Hikmah Republika Hari ini | Republika

Hikmah

Mensyukuri Hari Kemerdekaan

Mensyukuri kemerdekaan itu tecermin dari konsistensi menebarkan amal kebajikan dan cegah kejahatan,

Oleh IMRON BAEHAQI

OLEH IMRON BAEHAQI

Penggalan alinea pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan, "Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya."

Disadari atau tidak, para tokoh pendiri bangsa seolah mengingatkan kita semua bahwa segala urusan itu hendaklah dikembalikan kepada Allah SWT. Selaras dengan firman-Nya, “(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allahlah kembali segala urusan." (QS al-Hajj [22]: 41).

Maknanya, kemerdekaan yang dideklarasikan pada Jumat, 17 Agustus 1945, itu hakikatnya adalah nikmat dari Allah SWT. Bagi kaum Muslim, pengakuan yang sarat nilai akidah ini menjadi sangat penting. Sebab, ia mengandung nilai spiritual yang mencerminkan rasa syukur atas segala kenikmatan, termasuk nikmat kemerdekaan. Ucapan seperti ini menjadi amalan para nabi dan rasul terdahulu serta orang-orang saleh.

Misalnya, pengakuan total Nabi Sulaiman AS. Ketika memperoleh singgasana kerajaan yang besar, ia mengatakan bahwa kekuasaan itu adalah anugerah dari Tuhannya, Allah SWT. 

Bahkan, lebih dalam lagi, nikmat kekuasaan yang ada di sisinya itu diyakini sebagai bentuk ujian. Dengan kata lain, amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Lebih-lebih kepada Allah SWT. 

Oleh karena itu, secara sadar beliau pun mempertanyakan kemampuan dirinya terhadap nikmat itu. Apakah dia sanggup menjadi hamba yang bersyukur atas nikmat kerajaan itu atau justru menjadi hamba yang kufur? (QS an-Naml [27]:40).

Sejatinya, Nabi Sulaiman adalah hamba yang pandai bersyukur. Beliau dinobatkan oleh Allah sebagai seorang nabi dan rasul mewarisi ayahnya, yaitu Nabi Daud AS. Beliau menggantikan kenabian ayahnya, melanjutkan kerajaannya, serta mewarisi ilmu pengetahuan dan kitab suci Zabur.

Jika dikaitkan dengan kemerdekaan negara Indonesia yang saat ini sudah masuk ke-75 tahun, maka kisah Nabi Sulaiman yang diabadikan dalam Alquran itu penting dijadikan sebagai pengajaran dan bahan refleksi, terutama bagi para pemimpin yang memperoleh amanah kekuasaan atau kepemimpinan. 

Apakah kita menjadi hamba yang bersyukur atau kufur atas nikmat kemerdekaan dan jabatan kekuasaan yang diamanahkan. Dalam mensyukuri setiap nikmat, termasuk nikmat kemerdekaan ini, maka keimanan dan ketaatan beragama menjadi perkara yang paling dasar. Apalagi, iman dan takwa ini diyakini menjadi penyebab dibukakannya pintu kemakmuran (keberkahan) langit dan bumi. (QS al-A’raf [7]: 96).

Selain itu, mensyukuri anugerah kemerdekaan itu tecermin dari sikap setiap elemen bangsa yang konsisten menebarkan amal kebajikan, sekaligus mencegah segala kerusakan dan kejahatan. Sehingga tercipta tatanan kehidupan bangsa dan negara yang aman, makmur, dan maju. Wallahu al-Musta’aan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat