Petugas medis berpose usai melaksanakan tes swab COVID-19 di Stasiun Bojong Gede, Bogor, Jawa Barat, Senin (11/5/2020). | ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

Kabar Utama

Rumah Sakit Siasati Overkapasitas

Pasien OTG tak dirawat di rumah sakit untuk menghindari overkapasitas.

 

JAKARTA – Sejumlah rumah sakit mengakui potensi penuhnya kapasitas tempat tidur seiring terus bertambahnya kasus Covid-19 di Indonesia. Penambahan ranjang hingga penyaringan pasien jadi langkah yang harus diambil.

Di Jakarta, Direktur Utama (Dirut) RSPI Sulianti Saroso, Mohammad Syahril mengatakan, dari 44 tempat tidur pasien Covid-19 yang disiapkan, sebanyak 38 unit telah terisi. "Tempat tidur pasien Covid-19 di RSPI akan penuh. Jadi, kami sedang menambahnya menjadi 70 tempat tidur dan nantinya maksimal menjadi 90 unit," ujarnya saat dihubungi Republika, Kamis (13/8). 

Pada masa-masa awal mewabahnya Covid-19 lalu, RSPI Sulianti Saroso hanya menyiapkan 11 ranjang dan terus ditambah seiring pasien yang terus berdatangan.  RSPI Sulianti Saroso berencana menambah tempat tidur pasien Covid-19 secara bertahap hingga mencapai 90 unit pada November. Jika penambahan tersebut tak juga mencukupi, menurut Syahril, rumah sakitnya tak sanggup lagi menampung pasien. "Kapasitas tempat tidur tidak mungkin ditambah karena melihat luas ruangan RSPI (tidak berubah)," kata dia.

Untuk mengantisipasi membeludaknya pasien Covid-19, RSPI Sulianti Saroso saat ini hanya menerima pasien rujukan yang mengalami kasus berat seperti yang membutuhkan ventilator, atau pasien dengan penyakit penyerta (komorbid). Ia meminta pasien dengan gejala ringan hingga sedang bisa dirawat di tempat lain, seperti Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat. 

"Karena kalau tidak diterapkan kebijakan seperti ini maka kasihan pasien dengan kasus berat. Kami tidak bisa lagi menerima pasien lebih banyak," ujarnya.

DKI Jakarta beberapa waktu belakangan kembali mengalami lonjakan kasus positif Covid-19. Pada Kamis (13/8), provinsi tersebut kembali menyumbang kasus harian terbanyak, yakni 608 kasus dari total penambahan 2.098 se-Indonesia. Jumlah kemarin melanjutkan tren menanjak tiga hari belakangan yakni 471 kasus pada Selasa (11/8) dan 578 pada Rabu (12/8).

Di Jawa Timur, proses penanganan pasien positif Covid-19 di RSUD Saiful Anwar (RSSA)  sempat mengalami beberapa kali stagnasi di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) karena kamar perawatan penuh. "Kalau overkapasitas sih ndak, cuma sempat terjadi stagnasi di IGD," kata Kepala Bagian (Kabag) Humas RSSA Malang, Donny Iryan kepada Republika, Kamis (13/8).

Saat ini, RSSA menyediakan 80 tempat tidur di gedung khusus instalasi Covid-19. Dari jumlah tersebut, 73 merupakan kamar isolasi, sedangkan tujuh lainnya ruang ICU. RS juga menyediakan 20 tempat tidur tambahan di ruang IGD instalasi Covid-19 sebagai antisipasi overkapasitas pasien.

Ruangan perawatan khusus pasien positif Covid-19 sempat penuh pada Rabu (12/8) pukul 13.00 WIB. Dari 80 tempat tidur, 79 di antaranya terisi oleh pasien Covid-19. Namun pada Kamis (13/8)  sudah kembali tersedia 13 kamar kosong.

 
Karena kalau tidak diterapkan kebijakan seperti ini maka kasihan pasien dengan kasus berat. Kami tidak bisa lagi menerima pasien lebih banyak.
 
 

Sekitar 60 sampai 65 persen pasien Covid di RS tersebut berdomisili di Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu. "Tapi banyak juga dari Pasuruan, Lumajang, sempat ada dari Kediri sama Blitar," kata Iryan.

Di Jawa Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten Garut menilai ketersediaan ruangan untuk pasien Covid-19 di RSUD dr Slamet Garut masih mencukupi, meski dalam beberapa hari terakhir terus terjadi penambahan kasus positif. Dari 63 tempat tidur khusus pasien Covid, saat ini hanya belasan kasur yang digunakan. 

Meski begitu, Sekretaris Dinas Kesehatan Garut, Leli Yuliani mengatakan, Dinas Kesehatan Kabupaten Garut tetap menyiapkan rencana cadangan bila nanti rumah sakit tak mampu menampung pasien. Saat ini, ada 32 puskesmas di Kabupaten Garut yang memiliki layanan rawat inap dan bisa dimaksimalkan untuk perawatan pasien Covid-19 jika dibutuhkan. Pihaknya juga sudah menyiapkan rumah sakit darurat untuk menampung pasien Covid-19 jika terjadi lonjakan. 

Sebelumnya menurut data yang dirilis Kementerian Kesehatan pada Rabu (12/8), ada satu provinsi yang melaporkan tingkat keterisian tempat tidur isolasi di atas 80 persen, yakni Papua (92,06 persen). Tingkat keterisian tempat tidur pasien Covid-19 di Papua jauh di atas provinsi lain. Tak ada provinsi lain yang okupanasinya melampaui 60 persen. Meski begitu, kasus-kasus overkapasitas mulai dilaporkan sejumlah rumah sakit. 

photo
Anggota Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Bandung melakukan simulasi penanganan pasien Covid-19 di mobil Ambulans Khusus Covid-19 di Markas PMI Kota Bandung, Jalan Aceh, Kota Bandung, Rabu (22/7). Pihak Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Bandung menyiapkan ambulans khusus untuk penanganan pasien Covid-19 - (ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA)

Satgas: RS Masih Cukup

Pemerintah meyakini kapasitas rumah sakit (RS) rujukan Covid-19 masih memadai untuk menampung dan melayani pasien baru. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito menyampaikan, daya tampung rumah sakit yang memadai terlihat dari tingkat keterisian tempat tidur (BOR/bed occupancy rate) yang masih di bawah ambang kerawanan.

Wiku menyebutkan, tingkat keterisian tempat tidur pasien Covid-19 secara nasional masih berada di level 66 persen. "Untuk BOR rumah sakit itu rata-rata yang aman adalah 60-80 persen. Yang dihitung per bulan. Artinya, masih ada buffer sekitar 14 persen menuju 80 persen. Dan tentunya ini adalah BOR rumah sakit dengan bed khusus pasien Covid," kata Wiku di kantor Presiden, Kamis (13/8).  

Kendati masih aman, Wiku menegaskan, pemerintah selalu memantau dinamika yang terjadi di lapangan. Bila memang ditemukan ada rumah sakit yang kewalahan menangani pasien Covid-19, pemerintah akan menyiapkan rumah sakit lain untuk ikut menyediakan ruang isolasi bagi pasien baru.

"Jadi pada saat ini kondisinya masih terkendali. Pemerintah tetap perhatikan kondisi ini dengan adanya potensi peningkatan kasus, dan kami mohon warga tetap menjaga agar menjalankan protokol kesehatan," ujar Wiku.

Wiku juga meminta warga yang merasa mengalami gejala Covid-19 agar segera melapor kepada petugas kesehatan sehingga bisa diperiksa. Bila memang tidak memerlukan perawatan medis, pasien positif tanpa gejala bisa melakukan isolasi secara mandiri. "Sehingga tidak menyebabkan penuhnya rumah sakit. Rumah sakit ini hanya untuk tangani kasus-kasus yang perlu penanganan, terutama kasus berat," katanya.

 
Jadi pada saat ini kondisinya masih terkendali. Pemerintah tetap perhatikan kondisi ini dengan adanya potensi peningkatan kasus, dan kami mohon warga tetap menjaga agar menjalankan protokol kesehatan.
 
 

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah juga mengeklaim kapasitas ruang isolasi dan penanganan pasien positif Covid-19 di rumah sakit rujukan yang ada di daerahnya masih cukup. “Untuk ketersediaan ruang perawatan dan isolasi bagi pasien Covid-19 di Jawa Tengah masih sangat aman,” ujar Kepala Dinkes Provinsi Jawa Tengah, Yulianto Prabowo, yang dikonfirmasi di Semarang, Kamis (13/8). 

Sebelumnya, Yulianto juga menyampaikan, untuk penanganan pasien Covid-19 tersebut, Gugus Tugas Covid-19 Provinsi Jawa Tengah telah menyiapkan berbagai fasilitas penanganan serta rumah sakit rujukan bagi pasien Covid-19, yang tersebar di berbagai daerah di  Jawa Tengah. Dinkes Provinsi Jawa Tengah telah memiliki kapasitas 2.047 tempat tidur di ruang isolasi, yang tersebar di 58 rumah sakit rujukan bagi penanganan pasien Covid-19 di wilayah Provinsi Jawa Tengah.

Jumlah ini belum termasuk sejumlah tempat isolasi darurat yang khusus disiapkan untuk menampung dan menangani pasien Covid-19 yang menjalani isolasi, seperti halnya rumah dinas wali kota Semarang.

Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Sumatra Barat, Jasman Rizal mengatakan, kapasitas rumah sakit untuk penanganan Covid-19 di Sumbar masih cukup untuk menampung pasien. Jasman menyebut walau jumlah tambahan kasus positif Covid-19 di Sumbar akhir-akhir ini cukup tinggi, kapasitas rumah sakit masih banyak tersedia karena banyak dari kasus Covid-19 adalah gejala ringan dan orang tanpa gejala (OTG). 

photo
Tenaga kesehatan menggunakan alat pelindung diri saat menunggu pasien di ruang isolasi Rumah Sakit Dadi Keluarga, Kabupetan Ciamis, Jawa Barat, Selasa (14/7/2020). Kementerian Keuangan menyatakan penyerapan anggaran kesehatan dalam pemulihan pandemi COVID-19 meningkat dari 4,68 persen menjadi 5,12 persen atau sebesar Rp87,55 triliun - (ADENG BUSTOMI/ANTARA FOTO)

"Kapasitas rumah sakit masih banyak karena kebanyakan OTG," kata Jasman kepada Republika, Kamis (13/8). Jasman menyebut kapasitas rumah sakit penanganan Covid-19 di Sumbar memiliki 500 lebih tempat tidur. Sementara yang terisi baru sekitar 133 lebih pasien Covid-19. 

Sementara itu, Juru Bicara Penanganan Covid-19 untuk DI Yogyakarta, Berty Murtiningsih mengatakan, hanya 145 kasus dari 265 kasus positif di DIY yang diisolasi di RS rujukan. Dengan begitu, ada 120 kasus positif yang tidak diisolasi di RS rujukan. "Jumlah OTG yang tidak dirawat di RS Rujukan merupakan sisa dari yang 145 orang (120 orang/kasus)," kata Berty, Kamis (13/8).

Ia menegaskan, sebagian besar kasus positif di DIY sendiri merupakan OTG. Bahkan, dari total 911 kasus positif di DIY per 13 Agustus 2020 ini, 638 kasus di antaranya merupakan OTG. "Sehingga, dari total 911 kasus di DIY, 70 persen di antaranya merupakan OTG," kata Berty.

Menurut Berty, OTG yang tidak diisolasi di rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 ini bertujuan untuk mengantisipasi adanya kelebihan kapasitas di RS rujukan. Dengan demikian, OTG ditempatkan di berbagai penampungan yang sudah disediakan di tiap-tiap kabupaten dan kota di DIY.

Penampungan yang disediakan ini meliputi asrama haji, balai pelatihan dan pendidikan, balai desa, hingga rumah sakit lapangan.  "Seperti di Bantul, mempunyai Rumah Sakit Lapangan khusus Covid di Bambanglipuro, yang saat ini menampung kasus yang tanpa gejala tersebut, terutama bagi kasus penduduk Bantul," ujarnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat