Bendera Lebanon dikibarkan di Beirut pada Ahad (9/8). | AP/Hassan Ammar

Internasional

Kemarahan Massa Lebanon Belum Reda

Warga Beirut secara swadaya mulai membersihkan sisa-sisa ledakan.

BEIRUT -- Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab menyatakan mundur pada Senin (10/8) malam waktu setempat. Untuk sementara, Diab akan memimpin pemerintahan sementara atas permintaan Presiden Lebanon Michel Aoun. Namun, kemarahan rakyat Lebanon belum juga reda. 

"Semua ini tidak akan berakhir dengan mundurnya pemerintah," demikian salah satu isi selebaran di media sosial yang dilaporkan Aljazirah. Mereka menuntut seluruh penguasa mundur demi pembaruan di Lebanon.

Lebanon diguncang ledakan terbesar dalam sejarah pada 4 Agustus. Ledakan terjadi akibat simpanan sekitar 2.750 ton amonium nitrat di Pelabuhan Beirut. Sejumlah sumber menyebut angka korban tewas mencapai 200 orang dan sekitar 6.000 cedera.

Bagi banyak rakyat Lebanon, ledakan itu adalah cerminan krisis yang membelit negeri mereka. Keberadaan zat kimia tersebut menunjukkan penguasa yang korup dan tidak berfungsi.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengungkapkan solidaritas penuh dan dukungan PBB untuk rakyat Lebanon setelah ledakan di pelabuhan di Beirut. Ia menyatakan rasa belasungkawa mendalam kepada keluarga korban. 

Guterres menyerukan dukungan internasional untuk Lebanon serta berterima kasih kepada negara-negara yang memberikan bantuan finansial dan material. "Kekuatan legendaris rakyat Lebanon kini menghadapi ujian tambahan," ujar Guterres pada pengarahan virtual bersama para pejabat PBB seperti dikutip laman UN News, Selasa (!1/8).

Amonium nitrat biasanya digunakan sebagai pupuk atau bahan peledak tambang. Ada peraturan yang sangat ketat mengenai di mana dan berapa lama senyawa kimia itu disimpan. Khawatir dapat digunakan sebagai peledak, maka sebagian besar lokasi penyimpanan amonium nitrat disembunyikan.

Namun, sejarah mencatat ledakan akibat amonium nitrat juga pernah terjadi  di pabrik pupuk West Fertilizer Co. di Amerika Serikat pada 2013. Saat itu 15 orang tewas akibat insiden tersebut. 

Kini, masyarakat di negara lain kini khawatir dengan lokasi penyimpanan amonium nitrat di dekat tempat tinggal mereka.  Laman BBC, Selasa (11/8), melaporkan lokasi-lokasi amonium nitrat yang diketahui di seluruh dunia.

India, ulas BBC,  menyimpan 740 ton amonium nitrat dari 37 kontainer sebesar 700 meter di luar Kota Chennai. Lokasi penyimpanan amonium nitrat itu terletak 20 kilometer dari pemukiman warga. Sebagian kecil amonium nitrat itu terbawa banjir yang terjadi pada 2015 lalu. Setelah sempat terjadi sengketa soal kepemilikan, sebanyak 697 ton sisanya kini dilelang dan dikirim ke negara bagian tetangga, Telangana.

photo
Warga berjalan dekat reruntuhan tak jauh dari lokasi ledakan di Beirut.  - (AP/Thibault Camus)

Sementara itu jaksa agung Yaman telah memerintahkan penyelidikan terhadap laporan media mengenai 100 kontainer berisi amonium nitrat yang disimpan di pelabuhan Aden, Yaman. Mereka mengatakan bahan kimia itu diimpor tiga tahun yang lalu dan disita oleh pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi. 

Pemerintah Irak memerintahkan agar penyelidikan benda berbahaya di pelabuhan dan bandara-bandara. Ini dilakukan setelah ditemukan amonium nitrat di Bandara Internasional Baghdad. "Direktorat Teknik Militer Kementerian Pertahanan Irak dengan aman memindahkan materi berbahaya dari seksi kargo udara di Bandara Baghdad ke destinasi mereka, gudang Direktorat Teknik Militer," cicit militer Irak di Twitter, Ahad (9/8) lalu. 

Sebelum ledakan Beirut, masyarakat Newcastle, New South Wales, Australia sudah meminta agar amonium nitrat yang disimpan di gudang yang terletak sekitar 3 kilometer dari pemukiman warga dipindahkan. Tapi perusahaan pemasok bahan peledak untuk tambang, Orica mengatakan amonium nitrat itu disimpan dengan aman. Selain itu lembaga pengawas tempat kerja Australia Selatan, SafeWork SA mengatakan amonium nitrat di simpan di 170 lokasi di seluruh wilayah yang diatur dan diawasi secara ketat.

Kerja sama

Ledakan yang terjadi di Beirut setara dengan sepersepuluh kekuatan bom Hiroshima. Upaya besar pun sedang dilakukan untuk membuat situasi kembali normal. Tentara ada di mana-mana untuk menjaga keamanan, menghindari penjarahan, melindungi situs sensitif, memastikan lalu lintas, dan lalu lintas kendaraan darurat.

Gambaran itu disampaikan Pierre Balanian dalam artikelnya berjudul "Beirut, Young Christians and Muslims: The Thread of Hope" di laman Asia News. Dia juga menggambarkan Otoritas Pertahanan Sipil di Lebanon yang berjibaku mengeluarkan tubuh korban yang berada di bawah reruntuhan.

Kota Beirut diselimuti puing-puing, kaca, pepohonan terkena ledakan, dan rumah-rumah tanpa dinding seperti panggung yang suram menjadi pemandangan nyata dari kehidupan yang tiba-tiba terputus. Kalangan orang tua yang kesepian ingin membersihkan rumah mereka tetapi tidak memiliki kekuatan atau keberanian dan tidak tahu harus mulai dari mana.

Mereka menangis, berdoa, berharap, menyembunyikan wajah mereka karena rasa malu, sakit, dan tidak berdaya. Dalam keputusasaan ini, kekuatan sejati suatu bangsa telah bangkit. Kekuatan ini merupakan energi baru untuk masa depan, energi yang bersih, dinamis, dan budak kepentingan politik atau ekonomi. Ya, kekuatan itu adalah pemuda.

Para pemuda berdatangan dari mana-mana. Dari utara, dari selatan, dari pegunungan, yang diorganisir dalam kelompok-kelompok kecil pertemanan, yang dipersenjatai dengan sikat, sekop, sarung tangan dan tas. Mereka tidur di tempat terbuka, bekerja tanpa bicara, tanpa membual, mereka bertindak dalam keheningan, tanpa pemimpin, tanpa koordinator, tidak terorganisir. Tetapi efek yang mereka hasilkan sangat mencengangkan.

photo
arga Beirut Gotong-Royong Bersihkan Masjid Muhammad Al-Amin. - (REUTERS/AZIZ TAHER)

Mereka membersihkan, menyapu jalan dan trotoar, bangunan umum, klinik, rumah sakit, dan tempat ibadah. Seperti lebah atau semut, mereka bekerja tanpa lelah, tanpa mencela, siap menghibur siapa saja yang menderita, berpelukan, menawarkan air, sandwich, buah, dan makanan yang hangat.

Tempat-tempat logistik bermunculan setiap 10 meter, yang menawarkan botol air, makanan, dan buah. Semua dikumpulkan atas inisiatif sendiri. Sumbangan dari keluarga, teman, kerabat. Seorang pemuda berusia 20 tahun, Leila Mkerzi menuturkan, keberadaannya di Beirut karena dia memiliki tugas moril membantu para korban ledakan itu. "Itu tugas kita," kata dia, sambil membersihkan tangga bekas reruntuhan akibat ledakan.

Kelompok lain, tiga pria muda dan seorang wanita, berada di depan sebuah toko. Mereka membeli sikat, tas dan sarung tangan dengan uang mereka sendiri. Pedagang tidak memberi mereka diskon apapun. "Kami tidak menginginkan apa pun, kami hanya ingin hidup," kata salah satu remaja putra.

 
Kami tidak menginginkan apa pun, kami hanya ingin hidup.
 
 

Orang tuanya, Ibu Rita Freim, langsung menimpalinya dengan mengatakan bahwa mereka enggan banyak berpikir. Dia merasa kepalanya benar-benar kosong. "Kami tidak mengandalkan siapapun lagi. Tidak ada orang dari luar negeri yang pernah melakukan sesuatu yang konkret untuk kami," katanya.

"Apa yang sedang dilakukan dunia? Mereka mengirim kami dua atau tiga pesawat bantuan, mereka menenangkan hati nurani mereka dan kemudian pergi. Apa tujuan Macron (Presiden Prancis)? Lelucon yang lain. Saya tidak punya harapan lagi," kata Freim.

Di jalan-jalan Beirut yang hancur, ada puluhan ribu anak muda. Mulai dari teman sekolah, mahasiswa, pramuka, umat paroki, Muslim, hingga Kristen. Sekelompok anak muda dari Chouf menolak menyebutkan siapa di antara mereka yang merupakan Druze. Sementara, sekelompok orang Armenia dari Bourj Hammoud, lingkungan lain yang hancur, mengatakan, "Kami orang Lebanon dan hanya itu."

Sebagian besar anak muda ini lahir setelah 2005-2006. Mereka tidak mengetahui kengerian perang saudara. Akan tetapi, mereka telah melihat perampasan dan pemerintahan yang gagal.

Mereka hidup tanpa listrik, air minum, dan pekerjaan. Mereka ingin menciptakan negeri yang lebih baik dengan tangan mereka sendiri, masa depan yang lebih baik tanpa mengharapkan apapun dari luar negeri.

Tentu saja mereka berharap mendapatkan dukungan atau bantuan. Jika tidak datang, mereka akan melakukan apa yang mereka bisa dengan kekuatan sendiri. Sebagian dari mereka juga termasuk pengungsi muda Suriah di Lebanon.

Ini memang bukan negara mereka, tapi rasa sakit dan keinginan untuk berubah menyatukan mereka dengan orang Lebanon. "Saya hanya melihat pada seorang pendeta yang membagikan sandwich dan botol air kepada para pengungsi Suriah," katanya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat