IKHWANUL KIRAM MASHURI | Daan Yahya | Republika

Resonansi

Nikmatnya Berhaji Tahun Ini

Jutaan warga asing di Saudi ikut mencari keberuntungan untuk bisa berhaji tahun ini.

Oleh IKHWANUL KIRAM MASHURI

OLEH IKHWANUL KIRAM MASHURI

Beruntung nian tiga orang Indonesia ini. Mereka termasuk 10 ribu orang dari 160 negara yang ditetapkan Kementerian Umrah dan Haji Arab Saudi untuk berhaji tahun ini. 

Mereka, dua perempuan, yakni Ata Yahra, perawat dan Irma Tazkiyya, ibu rumah tangga. Satu lagi, laki-laki, guru di Sekolah Indonesia di Riyadh. Ketiga WNI ini bermukim di Saudi.

Seperti di banyak negara, Covid-19 juga menyerang Saudi. Sejauh ini, kasus positif korona di Negeri Petro Dolar ini lebih dari 270 ribu dengan pasien meninggal hampir 3.000. Saudi, salah satu negara dengan kasus tertinggi di Timur Tengah.

Negeri ini lantas melarang jamaah haji internasional berhaji tahun ini. Namun, secara simbolis, mereka tetap menyelenggarakan ibadah haji, yang dibatasi hanya 10 ribu orang. Bandingkan dengan 2,5 juta jamaah haji tahun lalu.

 
Diperkirakan, jutaan warga asing di Saudi ikut mencari keberuntungan untuk bisa berhaji.
 
 

Dari 10 ribu jamaah, 70 persen warga dari 160 negara yang bermukim di Saudi. Mereka mendaftar secara daring. Kementerian Umrah dan Haji Saudi menyaringnya. 

Sedangkan 30 persen lainnya, warga Saudi, diutamakan tenaga kesehatan dan keamanan yang menangani pandemi Covid-19.

Diperkirakan, jutaan warga asing di Saudi ikut mencari keberuntungan untuk bisa berhaji.

Warga negara asing diperkirakan sepertiga dari 34 juta jiwa populasi Arab Saudi. Pendaftaran ditutup 10 Juli dan diumumkan 22 Juli. Di antara yang lolos seleksi adalah tiga WNI tadi. 

“Allah sangat menyayangi saya,” kata Ata Yahra sambil menyeka air matanya saat melakukan thawaf, Rabu (29/7) lalu. Kebahagiaan itu kian lengkap karena ia akan pulang. Masa kontraknya sebagai perawat di Saudi segera berakhir.

Kebahagiaan serupa dirasakan Irma Tazkiyya. Ia tak mengira terpilih. “Istri saya terus terang matanya berlinang menceritakan dirinya terpilih jadi calon haji tahun ini,” tutur suami Irma, Afnan Firdaus, Selasa (28/7) lalu.

Afnan bekerja di KJRI di Jeddah. “Ini semua berkah, panggilan Allah SWT.” Yang lebih mengharukan bagi tiga WNI tadi, semua biaya ditanggung Saudi alias gratis. 

Seperti dituturkan Afnan Firdaus, awalnya mereka mengira biaya haji sangat mahal. Karena itu, ketika istrinya memberi tahu ia terpilih jadi calon haji dan memintanya membantu biaya, ia sempat bingung, mengingat kondisi keuangannya.

Sebelumnya, ia mendapat info, biaya haji dengan jumlah sangat terbatas ini di kisaran 7.000 hingga 13 ribu riyal atau Rp 27 juta sampai Rp 50 juta, bergantung fasilitas yang dipilih. “Dan, ternyata tidak dipungut biaya apa pun,” ujar Afnan Firdaus.

 
Bagi Saudi, pelarangan jamaah haji internasional untuk berhaji tahun ini merupakan yang pertama kali dalam sejarah modern.
 
 

Tidak diketahui jumlah WNI di Saudi yang mendaftar. Yang jelas, Konsul Jendral Indonesia di Jeddah, Eko Hartano, termasuk yang mendaftarkan diri secara daring ini. Pun, sejumlah staf di KJRI. Bahkan, Duta Besar Indonesia juga. 

“Kita ikut daftar juga, termasuk Pak Dubes. Tidak ada yang lolos,” ujar Eko seperti dikutip BBC News.  Belum ada penjelasan mengapa si A diterima dan si B ditolak. Penetapan jamaah haji adalah domain Saudi sepenuhnya.

Bagi Saudi, pelarangan jamaah haji internasional untuk berhaji tahun ini merupakan yang pertama kali dalam sejarah modern. Keputusan yang bisa diterima semua pihak lantaran wabah korona yang mengganas dan mengancam nyawa siapa saja. 

Namun, bagi Saudi—yang rajanya bergelar Khadimu al-Haramain alias Pelayan Dua Tempat Suci, penyelenggaraan ibadah haji tahun ini tetap dianggap penting, meskipun dengan jumlah terbatas. 

Semua biaya dan keperluan haji ditanggung Saudi, sejak persiapan hingga usai menunaikan seluruh rangkaian ibadah haji. Dari makan-minum, transportasi, penginapan, hingga akomodasi. Protokol kesehatan diterapkan sangat ketat.

 Semuanya diawasi dengan sangat ketat oleh petugas kesehatan dan keamanan Saudi. Penerapan protokol kesehatan yang sangat ketat itu otomatis telah menjadikan 10 ribu orang yang berhaji tahun ini seperti jamaah VIP.

Per 20 orang terdiri atas beberapa negara disediakan satu bus. Masa karantina sebelum haji ditempatkan di hotel Makkah.

Menurut Irma, semua fasilitas dan pelayanan sangat bagus. Mereka ditempatkan satu kamar satu orang.

Selanjutnya, usai haji para jamaah diminta melakukan isolasi mandiri selama tujuh hari.

Ya, begitulah kehidupan. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Kehidupan adalah rahasia Allah SWT. Manusia hanya menjalaninya. Wabah virus korona bisa menjadi berkah bagi 10 ribu jamaah yang terpilih untuk berhaji tahun ini. 

Namun, bagi ratusan ribu, bahkan jutaan umat Islam dari seluruh dunia yang seharusnya bisa berhaji tahun ini harus tertunda. Semoga mereka masih ada umur. Wabah Covid-19, juga menghancurkan bisnis haji dan umrah.

Termasuk yang paling parah Saudi sendiri. Bagi Saudi, penyelenggaraan haji dan umrah menyumbang pendapatan terbesar kedua setelah minyak, sekitar 20 persen atau 12 miliar dolar AS per tahun. Dari haji saja, sekitar 6 miliar dolar.

Visi Saudi 2030 mencanangkan jumlah jamaah umrah dan haji meningkat hingga 30 juta setahun. Sekarang ini, baru 9 juta-10 juta jamaah. Covid-19 telah mengubah berbagai rencana manusia. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat