Warga korban banjir bandang melihat rumahnya yang hancur diterjang material lumpur di Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Jumat (17/7/2020). | ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/pras

Kabar Utama

Kelindan Bencana dan Kerusakan Hutan di Luwu

Banyak faktor penyumbang bencana karena kalau ada bencana tidak ada faktor tunggal,

OLEH FUJI E PERMANA

Masih lekat dalam ingatan Irawati (38 tahun), gemuruh pada Senin (13/7) lalu. Luapan air bah, lumpur, pasir dan bongkahan kayu merusak ribuan rumah di Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan hari itu. Tidak bisa menyembunyikan rasa sedihnya, Irawati masih mudah mengangis mengenang peristiwa itu.

Irawati bersama suami dan dua anaknya awalnya tinggal di Kampung Lontang, Kelurahan Bone, Kecamatan Masamba, Luwu Utara. Pada Senin (13/7) malam air luapan Sungai Masamba sudah menenggelamkan rumahnya sampai setinggi pintu rumah. Irawati bersama keluarga dan tetangganya langsung mengungsi kala itu.

Keesokan harinya, datang banjir bandang. "Alhamdulillah kami masih disayang Allah, diberi banjir (permulaan) pada Senin malam, seandainya tak dikasih banjir Senin malam itu sebagai pertanda mungkin kami sudah meninggal dunia," kata Irawati berkaca-kaca saat ditemui Republika, dikampung halamannya Ahad (26/7) Ia menuturkan, seorang tetangganya meninggal dunia saat berusaha menyelamatkan anaknya pada saat banjir bandang Selasa (14/7) malam. 

Di salah satu wilayah padat pemukiman di Kelurahan Bone, Kecamatan Masamba. Republika menyaksikan lumpur dan pasir telah menenggelamkan kampung halaman warga. Banyak rumah yang tertimbun lumpur dan pasir. Di atas hamparan luas lumpur dan pasir banyak berserakan bongkahan pohon berbagai ukuran.

Ada rumah yang hilang dihanyutkan banjir bandang dan tenggelam di dalam lumpur. Ada juga rumah-rumah yang hanya nampak bagian atapnya saja. Rumah yang berada tidak jauh dari aliran sungai juga banyak yang hancur total diterjang banjir.

Ketika memasuki wilayah Masamba dan sekitarnya, lumpur dan pasir nampak di mana-mana. Jalan sekolah, perkantoran, masjid, rumah warga dan bangunan-bangunan lainnya terendam lumpur dan pasir setinggi sekitar setengah meter sampai satu meter.

Irawati kini mengungsi di rumah saudaranya yang diisi oleh 50 orang warga terdampak banjir bandang. Sementara pengungsi lainnya masih banyak yang tinggal di tenda darurat. Pemerintah Kabupaten Luwu Utara menyampaikan masih ada sekitar 14 ribu orang yang tinggal di pengungsian.

Asiyah seorang janda berusia 30 tahun ibu dari tiga anak tinggal di tenda darurat pengungsian. Rumahnya di Kampung Petambua, Desa Rada, Kecamatan Baebunta sudah tidak ada bekasnya akibat terbawa hanyut banjir bandang.

Sudah hampir dua pekan Aisyah dan anak bungsunya yang masih berusia lima tahun tinggal di tenda darurat yang terbuat dari terpal. Bila terjadi hujan besar, air hujan biasa masuk ke dalam tenda darurat. "Yang dibutuhkan alat dapur, satu tenda pengungsi ada empat rumah tangga, makanan dan pakaian alhamdulillah, kalau ada butuh beras dan yang utama alat dapur," ujar Aisyah yang sudah dua pekan tinggal di tenda darurat.

 
Kalau dari pandangan lingkungan, ada yang perambah hutan, mengalihfungsikan hutan dari hutan lindung menjadi hutan fungsi, termasuk adanya perkebunan kelapa sawit.
 
 

Banyaknya bongkahan pohon yang dibawa oleh banjir bandang membuat sebagian masyarakat korban banjir menduga ada hutan yang rusak di wilayah hulu sungai. Namun masyarakat tidak mengetahui kerusakan hutan tersebut terjadi secara alami atau karena ada perusakan hutan.

Yang jelas, menurut Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Luwu Utara, Nurul Haq, bencana banjir bandang yang membawa lumpur, pasir dan bongkahan kayu belum pernah terjadi sebelumnya. "Kalau dari pandangan lingkungan, ada yang perambah hutan, mengalihfungsikan hutan dari hutan lindung menjadi hutan fungsi, termasuk adanya perkebunan kelapa sawit," ujarnya.

Sekretaris Tim Penanggulangan Bencana (TPB) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Ustaz Nadjamuddin Ramly menyampaikan, harmoni manusia dengan alam harus didahului harmoni manusia dengan Allah dan harmoni manusia dengan manusia. Karena manusia itu bagian dari alam, maka manusia juga harus harmoni dengan alam.

Mengutip Surat Ar-Rum Ayat 41, Ustaz Ramly mengingatkan janji Allah soal akibat saat telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. "Hutan-hutan yang ada di Luwu Utara ini berganti menjadi kebun kelapa sawit yang tadinya bukit-bukit ditumbuhi pohon besar digunduli, karena hak penguasaan hutan yang diberikan sudah ugal-ugalan oleh pemerintah di zaman lalu," ujarnya.

Pemerintah termasuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menduga penyebab banjir bandang di Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel) karena curah hujan tinggi, peralihan lahan, sejarah patahan yang mengakibatkan kondisi formasi di kawasan hulu lemah hingga tata ruang daerah tersebut. Kendati demikian ini baru asumsi dan perlu dievaluasi lebih lanjut.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati sebelumnya telah menyatakan soal beberapa dugaan penyebab bencana tersebut. "Asumsi pertama curah hujan yang tinggi, kemungkinan kedua peralihan lahan karena ada penambangan, kemudian sejarah patahan yang mengakibatkan kondisi formasi di kawasan hulu lemah," ujarnya saat dihubungi Republika.

Ia menyebutkan, melihat daerah aliran sungai (DAS) yang menimbulkan banjir bandang maka perlu dinilai terkait kondisi kawasan di sekitar sungai itu, misalnya permukiman, penggunaan lahan untuk persawahan, aktivitas masyarakat, sekolah, hingga infrastrukturnya. "Tetapi lagi-lagi itu semua asumsi atau analisis yang perlu diselidiki lagi dengan hati-hati. Evaluasi ini kan bukan berarti buruk, jadi jangan buru-buru menyimpulkan," katanya.

BNPB mencatat, jumlah korban meninggal dunia bencana banjir bandang itu mencapai 38 jiwa. Sedangkan korban luka-luka 97 orang, hilang 11 orang, sehingga total korban terdampak berjumlah 3.627 kepala keluarga (KK) atau 14.483 orang.

Bencana geologi

Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indrian menerangkan, belum bisa menyimpulkan penyebab banjir bandang meski sudah mendapat laporan dari pemerintah provinsi, badan ekoregion dari kementerian dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan). Berdasarkan data sementara yang ditemukan terjadi ratusan titik longsor di wilayah pegunungan tapi bukan karena pembukaan lahan. 

photo
Warga melintas di dekat rumah yang tertimbun lumpur akibat banjir bandang di Desa Radda Masamba, kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan Selasa (21/07/2020). Tim SAR masih kesulitan membuka jalur trans Sulawesi akibat tingginya lumpur yang menutupi jalan - (YUSRAN UCCANG/ANTARA FOTO)

"Karena pegunungan di Kabupaten Luwu Utara ini tingkat kelerengannya sangat curam, sangat sulit untuk dilakukan aktivitas penebangan di sana, itu sementara kesimpulan dari Badan Geologi. Badan Geologi juga masih sementara merampungkan hasil kajian," kata Indah.

Indah mengungkapkan, selama menjabat sebagai wakil bupati pada 2016, tidak pernah ada izin hak pengusahaan hutan (HPH) dan izin pertambangan juga tidak ada di wilayah hulu sungai. Memang ada alih fungsi lahan dari primer ke sekunder tapi sampai sekarang belum ada aktivitas di sana.

Ia menyampaikan, ada tiga sungai penyebab banjir bandang di antaranya Sungai Rada, Sungai Masamba dan Sungai Rongkang. Di tiga hulu sungai tersebut ada ratusan titik longsor. Di daerah hulu Sungai Rongkong dulu di masa Orde Baru ada daerah yang dijadikan kawasan terbuka untuk diambil kayunya. Letaknya di daerah Mangkaluku, Luwu Utara.

"Banyak sekali faktor penyumbang bencana karena kalau ada bencana tidak ada faktor tunggal, pertama kelerengan gunung di Luwu Utara khususnya Gunung Melero, Gunung Magandrang dan Gunung Damaro yang ada di hulu sungai itu kelerengannya sangat curam," ujarnya. Mengenai banyaknya bongkahan pohon yang terbawa banjir bandang karena terjadi longsor di kawasan hutan primer.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat