Roket H-2A membawa Hope Probe naik ke udara setelah meluncur dari landasan di Tanegashima Space Center pada pulau barat daya Tanegashima, Jepang (20/7). | Mitsubishi Heavy Industries/EPA-EFE

Kabar Utama

Langkah Raksasa Bangsa Arab

Proyek satelit penelitian ke Mars ini mewakili langkah maju bagi dunia Arab.

OLEH FEBRYAN A, DWINA AGUSTIN

"Allahuma hawwin safaranaa..."

Doa tersebut jamak diucapkan Muslim dan Muslimah sebelum mereka memulai perjalanan jauh. Ia adalah permohonan agar perjalanan dimudahkan dan dihindarkan dari marabahaya. "Ya Allah, mudahkanlah perjalanan kami..."

Pada Senin (20/7), sekutip doa itu dirapalkan seorang perempuan muda kelahiran Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), 33 tahun lalu bernama Sarah al-Amiri. Seperti laiknya kaum milenial, ia tautkan juga doa itu dalam cicitan akun Twitter-nya.

Yang ia doakan hari itu bukan perjalanan biasa. Ratusan juta kilometer jaraknya, memakan waktu sekitar tujuh bulan. Tujuannya, Planet Mars alias planet merah. 

Hari itu, pesawat antariksa yang membawa satelit penelitian milik UEA yang dinamai al-Amal alias "Harapan" bertolak dari Bumi. Pesawat itu diluncurkan dari Tanegashima Space Center di sebuah pulau kecil di selatan Jepang dengan roket H-IIA Mitsubishi Heavy Industries, tepat pukul 06.58 waktu setempat. Peluncuran sempat ditunda selama lima hari karena cuaca badai. 

"Kami umumkan, alhamdulillah, pelincuran satelit peneliti al-Amal berjalan sukses. Pesawat berhasil mengirimkan perintah kendali ke Pusat Operasi al-Khawaneej. Sistem kendali dan navigasi antariksa juga berjalan. Panel surya telah terkembang, sistem pendorong pesawat berfungsi. Kami memulai perjalanan 493 juta kilometer menuju Planet Merah..." tulis perempuan yang menjabat sebagai kepala Operasi Sains dan Wakil Manajer Misi UEA ke Mars di  Pusat Antariksa Mohammed bin Rashid (MBRSC).

Tak lama selepas peluncuran, dalam balutan hijab dan abaya putih, ia sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memungkinkan pemberangkatan. "Ini adalah langkah penting untuk wilayah kami," kata dia merujuk posisi UEA di Timur Tengah, wilayah yang sebagiannya masih didera rerupa konflik. "Ini jenis perasaan yang sukar digambarkan," ujar al-Amiri.

Dalam wawancaranya dengan jurnal sains Nature, al-Amiri mengenang bagaimana misi mereka dipandang remeh enam tahun lalu. “Kalian hanya sekelompok anak-anak. Bagaimana mungkin kalian akan mencapai Mars?" ujarnya mengutip cemoohan.

Peluncuran dua hari lalu menjawab cemoohan tersebut. Al-Amiri adalah bagian dari perempuan-perempuan yang meliputi 46 persen dari sekitar 400 orang yang bekerja menyukseskan misi al-Amal. Ia juga menjabat sebagai Menteri Ilmu Pengetahuan Tinggi UEA.

Direktur proyek Emirates Mars Mission, Omran Sharaf, mengatakan sekitar satu setengah jam setelah lepas landas, satelit itu mengirimkan sinyal. Selanjutnya tim akan terus memeriksa data. Bagaimana sejauh ini? Sharaf mengatakan semuanya masih terlihat baik untuk saat ini. 

Upaya pengiriman ke antariksa ini pun bukan kali pertama untuk UEA, walau negara ini bisa dibilang masih menjadi pendatang baru. UEA telah berhasil menempatkan tiga satelit pengamatan Bumi ke orbit. Dua dikembangkan oleh Korea Selatan dan diluncurkan oleh Rusia, dan yang ketiga dikembangkan sendiri, meski diluncurkan oleh Jepang.

 
Mengembangkan pesawat ruang angkasa tidak mudah bahkan jika ada dana yang cukup.
 
 

Misi al-Amal yang sukses ke Mars akan menjadi langkah besar bagi ekonomi negara yang bergantung pada minyak. Negara ini dapat mencari kemungkinan masa depan di luar angkasa. Apalagi misi ini juga dilakukan kurang dari setahun setelah peluncuran astronot UEA pertama, Hazzaa Ali Almansoori. Almansoori menghabiskan lebih dari sepekan di Stasiun Luar Angkasa Internasional musim gugur yang lalu.

Siapa kira UAE memiliki target ambisius. Kawasan ini sudah menargetkan bisa membangun koloni manusia di Mars pada 2117. "Ini mengirimkan pesan yang sangat kuat kepada pemuda Arab bahwa jika UEA dapat mencapai Mars dalam waktu kurang dari 50 tahun, mereka bisa melakukan lebih banyak lagi," kata Sharaf.

Masa depan

Untuk misi Mars pertama, UEA memilih mitra alih-alih melakukan semua sendiri. "Mengembangkan pesawat ruang angkasa tidak mudah bahkan jika ada dana yang cukup," kata astronom di Universitas Aizu, Junya Terazono.

Ilmuwan Emirat bekerja dengan para peneliti di University of Colorado Boulder, University of California, Berkeley dan Arizona State University. Benda antariksa itu dirakit di Boulder dan diangkut ke Jepang ketika kedua negara itu ingin memperluas hubungan dengan negara Timur Tengah yang kaya dan stabil secara politik.

Pesawat ruang angkasa Amal bersama dengan peluncurannya menelan biaya hingga 200 juta dolar AS. Sedangkan untuk biaya operasi di Mars, Sharaf belum akan mengungkapkan kepada publik.

Dengan ukuran setara mobil kecil ini, pesawat tersebut dapat membawa tiga instrumen untuk mempelajari atmosfer atas dan memonitor perubahan iklim sambil mengelilingi planet merah setidaknya selama dua tahun. Hal ini diatur untuk menindaklanjuti pengorbit Maven milik NASA yang dikirim ke Mars pada 2014.

Maven telah mempelajari kondisi yang berubah planet itu. Menelaah bagaimana evolusi Mars dari dunia yang hangat dan basah, sehingga mungkin memiliki kehidupan mikroba selama satu miliar tahun pertamanya, ke tempat yang dingin dan tandus saat ini. Al-Amal juga berencana untuk mengirim kembali gambar perubahan cuaca yang terjadi di planet tersebut.

Penelitian di bidang astronomi sempat ratusan tahun mewarnai tradisi keilmuan peradaban Islam dari Andalusia, Maghribi, Timur Tengah, hingga daratan Cina. Sejak abad ke-18, wilayah-wilayah yang dikuasai kesultanan Islam jadi mercusuar ilmu pengetahuan sebelum sinarnya meredup pada pertengahan milenium ke-dua.

Khusus untuk Planet Mars, ilmuwan abad ke-13 Muhyi al-Din ibn Abi al-Shukr al-Maghribi sempat melakukan penelitian sistematis pada 1264, 1266, 1270, dan 1271 di Observtorium Maragha di bagian utara wilayah Iran saat ini. Meski masih mendasari perhitungannya dengan teori bahwa bumi ada di pusat alam semesta alias geosentris, dalam beberapa aspek al-Maghribi berhasil mengajukan perhitungan sistematis terkait elemen-elemen orbital Mars. Perhitungan yang ia lakukan mencapai tingkat akurasi yang jauh lebih presisi dari upaya-upaya sebelumnya.

Omran Sharaf mengakui ada sentimen kenangan itu dalam misi al-Amal. "Kami adalah wilayah yang pernah memicu ilmu pengetahuan,” kata dia dikutip National Geography.

Namun alih-alih pandangan ke belakangan, ia meyakini proyek ini mewakili langkah maju bagi dunia Arab. "Jadi wilayah ini telah melalui masa-masa sulit dalam dekade terakhir, jika bukan berabad-abad. Sekarang kita memiliki UAE, negara yang bergerak maju dengan rencananya, melihat masa depan dan masa depan kawasan juga," kata Sharaf.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat