
Ekonomi
Erick Ingin Pertamina Lebih Gesit
Pertamina kini hanya memiliki enam direktur dari sebelumnya 11 kursi.
JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merampingkan struktur direksi PT Pertamina (Persero). Pertamina kini hanya memiliki enam direktur dari sebelumnya sebanyak 11 kursi.
Perombakan itu diputuskan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) pada Jumat (12/6) pagi. RUPS memutuskan menghapus enam kursi direksi dan membuat satu jabatan baru. Jabatan baru tersebut adalah direktur strategi portofolio dan new ventures yang dijabat Iman Rachman, mantan direktur keuangan PT Pelabuhan Indonesia III.
Lima direktur lainnya merupakan wajah lama. Mereka adalah Nicke Widyawati sebagai direktur utama, Emma Sri Martini (direktur keuangan), Koeshartono (direktur SDM), Mulyono (direktur logistik, supply chain, dan infrastruktur), dan direktur penunjang bisnis (M Haryo Yunianto).
Adapun jabatan direksi yang dihapus adalah direktur hulu, direktur megaproyek pengolahan dan petrokimia, direktur perencanaan investasi dan manajemen risiko, direktur pengolahan, direktur pemasaran korporat, dan direktur pemasaran ritel.

Erick menjelaskan, perombakan dan perampingan direksi Pertamina dilakukan agar perseroan bisa lebih berfokus pada bisnis inti. Erick juga ingin Pertamina lebih efisien dan memiliki portofolio yang kuat. "Pertamina ini kan holding, ya direksinya harus enam saja, enggak boleh lebih. Kita mau memastikan Pertamina fokus ke bisnis inti," ujar Erick di kantor Kementerian BUMN, Jumat (12/6).
Menurut Erick, gemuknya struktur organisasi membuat Pertamina tak mampu bergerak cepat. Ia mengungkapkan, salah satu persoalan yang terjadi karena gemuknya pertamina adalah lifting minyak dan gas yang terus turun. Dengan adanya perampingan, kata Erick, Pertamina bisa berfokus memperbaiki lifting.
"Dengan kebijakan yang disatukan, portofolio disatukan, maka kami harapkan ada sinergi. Untuk efisiensi ataupun untuk hal-hal yang lebih detail, misalnya sharing knowledge, ini harapannya lifting bisa tumbuh," ujar Erick.
Permasalahan itulah yang membuat membuat Erick mengubah komposisi direksi di tataran holding dan membagi subholding masing-masing sektor agar bisa berfokus mengurusi tupoksinya. Tak hanya di hulu, Erick juga mencontohkan persoalan distribusi produk Pertamina yang ada di hilir. Menurut dia, dengan adanya subholding sendiri yang mengurusi hilir migas, isu logistik yang selama ini menjadi kendala bisa selesai dengan efisiensi.
Dengan kebijakan yang disatukan, portofolio disatukan, maka kami harapkan ada sinergi.
"Dalam distribusi produk, perlu jalan yang efisien. Isu logistik akan selalu jadi kendala jika tidak ada subholding, apalagi produk Pertamina mereknya kebanyakan. Ini perlu sinergi distribusi," ujar Erick.
Alasan lain Erick melakukan perampingan direksi adalah ia tak ingin ada raja-raja kecil di tubuh Pertamina. Erick tak menampik bahwa sebelumnya banyak raja-raja kecil di Pertamina sehingga menimbulkan adanya sentimen antarsektor di internal perseroan.
Ia menegaskan, penataan Pertamina sangat penting dilakukan agar perusahaan migas pelat merah ini bisa segera berkembang. "Sudah ada edaran, anak-cucu holding (Pertamina) itu harus dikonsolidasikan. Saya pastikan tidak ada raja-raja kecil lagi," ujar Erick.
Erick menceritakan, sempat ada anak usaha pertamina yang memaksa untuk menggelar RUPS. Padahal, Pertamina holding belum melakukan itu. Ia pun mengeluarkan surat untuk direksi anak usaha menunda hal tersebut. "Ini kan lucu. Seharusnya, holding-nya. Saya keluarkan surat, kalau tetap teruskan, saya copot semua," ujar Erick.
Tugas dirut
Erick tetap mendapuk Nicke Widyawati sebagai direktur utama. Padahal, Nicke bukanlah satu-satunya nama yang dijagokan untuk menduduki kursi dirut Pertamina. Erick pun memberi dua pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Nicke selama dua tahun mendatang.

Tugas pertama, kata Erick, Nicke harus bisa segera menyelesaikan minimal dua anak subholding agar segera melantai di bursa. Menurut dia, ini penting agar visi transparasi di tubuh perusahaan migas pelat merah ini segera terealisasi.
"Ada nama lain, tetapi Bu Nicke masih yang terbaik. Hanya saja, tentu kita juga perlu melihat KPI-nya. Salah satunya adalah dalam dua tahun harus ada subholding yang bisa IPO," ujar Erick.
Selain itu, Erick meminta kepada Nicke agar setiap subholding bisa menjadi pemenang di sektor masing-masing. Namun, Erick tak mau ada saling sikut di tubuh internal Pertamina.
Erick pun kembali menyinggung lifting migas yang terus turun dari tahun ke tahun. Ia menilai hal itu karena adanya persaingan tidak sehat di tubuh anak usaha Pertamina. "Dengan adanya sinergi ini kan harusnya semua sektor saling bersinergi. Jangan sampai lifting turun terus," kata Erick.
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai langkah pemerintah merombak direksi Pertamina sudah tepat. Langkah ini perlu dilakukan agar perusahaan bisa lebih terfokus dalam menjalani bisnisnya.
Mamit menilai struktur organisasi yang ada menunjukkan bahwa Pertamina dibuat agar bisa menyerupai struktur Mind Id, holding pertambangan. Menurut dia, Pertamina ke depan bisa saja menjadi superholding energi.
"Pemangkasan dan penyederhanaan ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja Pertamina. Beberapa direktorat yang fungsinya hampir sama dilebur menjadi satu direktorat," ujar Mamit kepada Republika, Jumat (12/6).
Dalam hal sektor hulu migas, kata Mamit, pemerintah memutuskan menghapus direktorat hulu dan menjadikan upstream sebagai subholding untuk bisa membuat sektor hulu lebih terfokus. Selain itu, langkah ini dinilai positif untuk memperbesar portofolio Pertamina.
Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi, mengatakan, Nicke Widyawati harus bekerja lebih keras setelah terpilih kembali menjadi dirut. Fahmy menilai kinerja Nicke sebelumnya kurang maksimal.
Menurut Fahmy, Nicke gagal menaikkan lifting minyak dari sumur-sumur yang dikelola Pertamina. Bahkan, di sumur terminasi, yaitu Blok Madura dan Blok Mahakam, produksinya semakin menurun saat diambil alih oleh Pertamina. "Padahal, peningkatan lifting itu sangat dibutuhkan untuk menekan defisit neraca migas yang semakin membengkak," ujar Fahmy.
Ia menambahkan, Nicke juga belum berhasil dalam pembangunan kilang minyak. Dari lima kilang minyak yang direncanakan, kata Fahmy, hampir tidak ada progres yang berarti. Kerja sama Pertamina dan Aramco untuk pengembangan Kilang Cilacap pun justru berakhir sebelum dimulai. Begitu pun dengan Kilang Bontang yang bekerja sama dengan OOG Oman kandas di tengah jalan.
"Padahal, pembangunan kilang merupakan perintah Presiden Joko Widodo sejak periode pertama Pemerintahan Joko Widodo, tetapi tetap saja kilang minyak tidak dapat dibangun," katanya.
Susunan direksi Pertamina
Direktur Utama: Nicke Widyawati
Direktur Penunjang Bisnis: M Haryo Yunianto
Direktur Keuangan: Emma Sri Martini
Direktur SDM: Koeshartanto
Direktur Logistik, Supply Chain dan Infrastruktur: Mulyono
Direktur Strategi: Iman Rachman
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.