
Internasional
Menguatnya Rencana Penempatan Pasukan Perdamaian di Gaza
Pasukan akan dihimpun dari negara-negara Muslim.
NEW YORK – Rencana penempatan pasukan internasional di Palestina, utamanya di Jalur Gaza kian mengemuka. Presiden Prabowo Subianto menyatakan Indonesia siap mengirimkan pasukan untuk keperluan tersebut.
Para pemimpin dan pejabat senior dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Mesir, Yordania, Turki, Indonesia, dan Pakistan akan berpartisipasi dalam pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump. Ia disebut bakal meminta kesediaan penempatan pasukan perdamaian dari negara-negara Muslim di Gaza.
Presiden AS Donald Trump akan menyampaikan rencana kepada para pemimpin Arab dengan prinsip-prinsip AS untuk mengakhiri perang Gaza, sebuah laporan oleh Axios mengatakan pada Senin malam.
Trump diperkirakan akan membahas rencana pembebasan para sandera, jadwal penarikan Israel dari Gaza, dan bentuk pemerintahan pascaperang di Gaza tanpa Hamas. Axios melaporkan bahwa AS ingin negara-negara Arab setuju untuk mengirim pasukan militer ke Gaza untuk memungkinkan penarikan IDF.
Trump juga dilaporkan berusaha mendapatkan pendanaan dari negara-negara Arab untuk membangun kembali Jalur Gaza. Para pejabat Arab mengatakan kepada Axios bahwa hari Selasa dimaksudkan sebagai pertemuan pendahuluan.

“Pemahaman kami adalah Trump ingin mendapatkan masukan dan dukungan kami terhadap rencana AS untuk mengakhiri perang dan kemudian mendorongnya ke depan,” kata seorang pejabat Arab. Kami ingin menyampaikan apa yang kami anggap sebagai satu-satunya jalan ke depan dan kami ingin dukungan dan dukungan regional agar pertemuan ini berhasil,” kata seorang pejabat AS kepada Axios.
Seorang pejabat Israel menyatakan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengetahui dasar-dasar rencana tersebut, namun menyadari bahwa akan ada hal-hal spesifik yang sulit untuk disampaikan kepada pemerintah. “Akan ada pil pahit yang harus kita telan,” kata pejabat Israel itu kepada Axios.
Presiden RI Prabowo Subianto dalam pidatonya pada pertemuan solusi dua negara di Markas Besar PBB di New York telah menyatakan kesediaannya mengirimkan pasukan."Indonesia siap mengambil bagian dalam perjalanan menuju perdamaian ini. Kami bersedia mengirimkan pasukan penjaga perdamaian. Kami mohon, hentikan perang sekarang. Wujudkan perdamaian segera," kata Prabowo dalam pidatonya.
Di balik langkah pengakuan Negara Palestina, terungkap bahwa Prancis juga menyiapkan agenda pelucutan Hamas. Negara itu mengusulkan pembentukan pasukan internasional yang akan menggelar operasi demiliterisasi Gaza.
Lihat postingan ini di Instagram
Prancis memajukan inisiatif yang bertujuan untuk membentuk “Misi Stabilisasi Internasional” yang akan menggantikan IDF di Gaza dan berupaya melucuti senjata Hamas setelah perang berakhir, menurut rancangan proposal yang diperoleh The Times of Israel.
Proposal tersebut bertujuan untuk mengoperasionalkan deklarasi oleh sejumlah negara Arab di PBB pada Juli yang menyerukan solusi dua negara, perlucutan senjata Hamas dan penyerahan keamanan internal secara bertahap di Gaza ke Otoritas Palestina.
Kelompok Hamas terbentuk menyusul perlawanan semesta Palestina alias Intifada pada 1980-an. Sayap militernya, Brigade Izzuddin al-Qassam, bertanggung jawab melakukan perlawanan militer terhadap penjajah Israel.
Sebagai partai politik, Hamas memenangkan pemilu perdana Palestina pada 2006. Kendati demikian, kemenangan itu enggan diakui negara-negara Barat yang mencap Hamas sebagai kelompok teror. Dengan dukungan negara Barat, faksi Fatah melakukan pemberontakan atas kemenangan itu yang memicu perang sipil di Gaza.
Bagaimanapun, Hamas berhasil merebut kendali Gaza yang kemudian dibalas Israel dan sekutunya dengan blokade atas wilayah itu, menjadikannya penjara terbuka terbesar di dunia.
Pada 7 Oktober, Hamas bersama faksi-faksi perlawanan lainnya di Gaza seperti Jihad Islam Palestina, PFLP, DFLP, dan Komite Nasional mencoba membongkar kepungan itu dengan melakukan serangan ke Israel. Serangan itu diklaim Israel menewaskan seribu lebih tentara Israel dan warga sipil. Pihak Israel belakangan mengakui sebagian korban jiwa adalah karena tindakan militer Israel sendiri.
Para pejuang Palestina juga menyandera 200 lebih warga sipil dan tentara Israel untuk ditukar dengan ribuan warga Palestina yang dipenjarakan tanpa proses hukum oleh Israel.
Israel kemudian membalas aksi itu dengan melakukan serangan brutal di Gaza yang sejauh ini menewaskan lebih dari 65 ribu jiwa. Israel juga menerapkan blokade yang menyebabkan ratusan orang meninggal kelaparan. Berbagai lembaga termasuk penyelidik PBB menyimpulkan bahwa Israel melakukan genosida di Gaza dengan agresi tersebut. Sejauh ini, PM Israel Benjamin Netanyahu terus menggagalkan upaya gencatan senjata dan pertukaran sandera.
Proposal terkini Prancis membayangkan beberapa negara memimpin kekuatan transisi dan secara khusus menyebutkan Mesir, Yordania, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Qatar sebagai kandidat pilihan.
Rancangan tersebut “menguraikan jalur pragmatis untuk mengerahkan – dalam jangka waktu singkat – misi stabilisasi sementara yang dimandatkan oleh PBB dan dipimpin secara regional di Palestina sebagaimana diatur dalam Deklarasi New York, ketika lingkungan sudah cukup permisif.”

Deklarasi New York disponsori oleh Perancis dan Arab Saudi pada bulan Juli dan kemudian didukung oleh negara-negara Arab, termasuk Qatar dan Mesir, sebelum diabadikan dalam resolusi Majelis Umum PBB awal bulan ini.
Deklarasi tersebut menyatakan bahwa para penandatangan “mendukung pengerahan misi stabilisasi internasional sementara atas undangan Otoritas Palestina dan di bawah naungan PBB dan sejalan dengan prinsip-prinsip PBB.”
“Misi ini, yang dapat berkembang tergantung pada kebutuhan, akan memberikan perlindungan kepada penduduk sipil Palestina, mendukung pengalihan tanggung jawab keamanan internal kepada Otoritas Palestina, memberikan dukungan peningkatan kapasitas bagi Negara Palestina dan pasukan keamanannya, dan jaminan keamanan bagi Palestina dan Israel, termasuk pemantauan gencatan senjata dan perjanjian perdamaian di masa depan, dengan menghormati sepenuhnya kedaulatan mereka,” tambah Deklarasi New York.
Proposal Perancis untuk Misi Stabilisasi Internasional, yang diperoleh The Times of Israel, lebih spesifik mengenai mandat dan ruang lingkup misi tersebut, sehingga berpotensi menjadi pendahulu resolusi Dewan Keamanan PBB yang akan membentuk kekuatan tersebut.
Rancangan tersebut menyatakan bahwa pasukan tersebut idealnya berbentuk operasi penjaga perdamaian PBB (PKO) atau misi politik khusus (SPM), yang secara resmi netral, memiliki legitimasi internasional dan beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip yang jelas.

Namun, pembentukan Misi Multinasional ad hoc tingkat rendah yang dipimpin dan dikomandoi oleh negara-negara tertentu akan memungkinkan pengerahan lebih cepat, karena memerlukan lebih sedikit persetujuan, dan lebih mungkin diterima oleh pihak-pihak di lapangan, demikian isi proposal tersebut. Misi tersebut akan didanai oleh donor sukarela, seperti negara-negara Teluk, melalui dana perwalian khusus, bukan melalui kontribusi wajib, kata rancangan tersebut.
Berkebalikan dengan sikap terhadap Hamas dalam proposal tersebut, negara-negara Barat termasuk Prancis, Inggris, Jerman, dan utamanya AS; terus memasok senjata yang digunakan Israel untuk membantai warga Gaza.
Prancis sendirian, telah mengirimkan senjata ke Israel tanpa henti sejak awal genosida di Gaza, menurut laporan 10 organisasi nonpemerintah yang dilansir pada Juni 2025. Aliran senjata dari Prancis ke Israel melalui udara dan laut “tidak terputus” sejak Oktober 2023, ketika genosida warga Palestina di Gaza dimulai, kata LSM-LSM tersebut, termasuk kelompok-kelompok seperti Stop Arming Israel France, Gerakan Pemuda Palestina, dan Boikot, Divestasi, Sanksi (BDS).
Sebagaimana diliput oleh harian L'Humanite, laporan tersebut mengklaim bahwa peralatan militer diekspor dari Perancis ke Israel dalam dua kategori terpisah: bom, granat, torpedo, ranjau, rudal, dan amunisi perang lainnya, ditambah peluncur roket, granat tangan, penyembur api, artileri, senapan militer dan suku cadang serta aksesoris senapan berburu.
Laporan ini menggarisbawahi bahwa lebih dari 15 juta item pada kategori pertama dan 1.868 item pada kategori kedua dikirim ke Israel. Laporan tersebut juga mencatat bahwa nilai total pengiriman melebihi 10,3 juta dolar AS. Laporan itu menambahkan bahwa suku cadang untuk jet tempur F-35 telah dikirim dari AS ke Israel melalui Bandara Charles de Gaulle di Paris.
Perlawanan di Palestina
Sementara, seorang perwira pasukan penjajahan Israel (IDF) kembali tewas dalam pertempuran di Kota Gaza kemarin. Dia adalah komandan pertama yang tewas dalam serangan baru IDF terhadap Hamas di Kota Gaza, yang diluncurkan pekan lalu.
Prajurit yang terbunuh tersebut berpangkat mayor dan juga seorang komandan kompi di Batalyon 77 Brigade Lapis Baja ke-7, dari Migdal Haemek.
Menurut penyelidikan awal IDF, selama serangan yang sedang berlangsung di Kota Gaza pada hari Senin, seorang pejuang Palestina menembakkan RPG ke salah satu tank Batalyon ke-77, melukai petugas tersebut. Ia dibawa ke rumah sakit, namun kondisinya semakin memburuk hingga ia meninggal karena luka-lukanya.
Pada Senin, the Times of Israel melaporkan tiga pejuang Palestina mengadang operasi Divisi 162 di lingkungan Sheikh Radwan di Kota Gaza. Mereka membawa RPG dan senapan penembak jitu melepaskan tembakan ke sebuah tank dan pasukan Brigade Lapis Baja ke-401, menurut penyelidikan IDF.
Beberapa saat kemudian, seorang komandan kompi di Batalyon Shaked Brigade Infanteri Givati memimpin pasukan untuk mengejar pejuang tersebut. Selama pertempuran, komandan kompi terluka parah, dan ketiga pria bersenjata tersebut dibunuh oleh tentara Givati dan penembakan tank oleh Brigade 401, kata IDF.
Sebuah video yang dirilis oleh IDF menunjukkan salah satu pria bersenjata melarikan diri saat dilacak oleh drone tentara, sebelum sebuah tank dari Brigade Lapis Baja 401 menembakkan peluru yang membunuhnya.
Sebelumnya, 12 tentara Israel tewas dan terluka dalam operasi Perlawanan di Jalur Gaza, sementara Perlawanan Palestina terus memerangi penjajah di tengah serangan mengerikan terhadap daerah kantong yang terkepung dan kelaparan.
Media Israel mengkonfirmasi bahwa empat tentara pendudukan Israel tewas dan delapan lainnya menderita luka-luka setelah sebuah alat peledak menargetkan Humvee Israel. Insiden tersebut digambarkan sebagai "sangat sulit", dengan laporan media mencatat bahwa lokasi di mana operasi tersebut dilaksanakan seharusnya menjadi "zona aman untuk operasi Israel."
Hal ini terjadi ketika Perlawanan Palestina tetap berkomitmen tanpa henti untuk membela rakyat dan tanah mereka, ketika “Israel” mengintensifkan serangan gencarnya di Gaza dalam upaya untuk membersihkannya secara etnis.
Pekan lalu, Brigade al-Mujahidin mengumumkan bahwa para pejuangnya menargetkan dan langsung menyerang tank Merkava Israel dengan muatan Saeer di lingkungan al-Zaytoun.
Selain itu, Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, mengumumkan pada Rabu pekan lalu mereka menembakkan sejumlah roket 107mm ke konsentrasi pasukan pendudukan Israel di dekat persimpangan Murajja, selatan Khan Younis di Jalur Gaza selatan. Menurut pernyataan tersebut, operasi tersebut dilakukan bersama dengan pejuang Brigade al-Mujahidin, sayap militer Gerakan Mujahidin Palestina.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Pengungsi dari Kota Gaza, Kelaparan dan Terancam Bom Israel
Israel menggunakan robot berpeledak untuk hancurkan Kota Gaza.
SELENGKAPNYAWarga Kota Gaza Kian Terdesak Pergerakan Pasukan Penjajah
Tank-tank Israel terus mendesak warga Kota Gaza.
SELENGKAPNYATak Manusiawi, Pengusiran Warga Kota Gaza
Sekitar satu juta orang masih bertahan di Kota Gaza.
SELENGKAPNYA