Proses pemilahan sampah di Banjar Kerta Petasikan di Desa Sidakarya, Bali. | ISWMP

Ekonomi

Cara Warga Denpasar Ubah Sampah Jadi Berkah

Sebanyak 79 persen warga sudah konsisten memilah sampah.

Sebuah sudut sederhana di Denpasar Selatan kini menjadi contoh nyata bagaimana sampah bisa dikelola berbeda. Banjar Kerta Petasikan di Desa Sidakarya, yang sebelumnya jauh dari isu lingkungan, perlahan berubah menjadi laboratorium hidup pengelolaan sampah.

Sejak Januari 2025, warga mulai terbiasa memilah sampah dari rumah, bukan karena paksaan, melainkan karena kesadaran bahwa langkah sederhana ini bisa memberi dampak besar. Transformasi ini terjadi lewat dukungan Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities Project (ISWMP).

Selama dua bulan pendampingan, perubahan signifikan terlihat jelas. Dari total 235 kepala keluarga (KK), sebanyak 186 KK atau sebanyak 79 persen, sudah konsisten memilah sampah langsung dari sumber. Angka ini bukan hanya melampaui target 70 persen, tetapi juga membuktikan bahwa pendekatan edukatif dan partisipatif mampu mengubah kebiasaan warga.

Sebagaimana kota besar lainnya, Denpasar masih menghadapi masalah serius dalam pengelolaan sampah. Setidaknya ada lima tantangan utama, yaitu kelembagaan yang belum merata, keterbatasan pembiayaan, sistem operasional yang masih bergantung pada angkut buang, regulasi yang belum sepenuhnya berjalan, serta partisipasi masyarakat yang masih rendah.

ISWMP hadir untuk mengisi kekosongan itu. Program ini tak hanya fokus membangun infrastruktur, tetapi juga membenahi sistem pengelolaan sampah dari hulu ke hilir. Implementasinya berfokus pada lima pilar, yaitu penyusunan rencana induk dan regulasi, penguatan kelembagaan, mekanisme pembiayaan berkelanjutan, pembangunan fasilitas pengolahan modern, serta peningkatan peran aktif masyarakat.

Kepala DLHK Kota Denpasar, Ida Bagus Putra Wirawaba, menegaskan dukungan penuh Pemkot. “Pada prinsipnya, kami sangat mendukung kegiatan Aksi Bersama yang dilakukan ISWMP. Upaya yang telah dilakukan ISWMP dan tim PPAM bersama DLHK dalam memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat sangat membantu kami mengatasi permasalahan sampah di Denpasar,” ujarnya dalam siaran pers ISWMP, Rabu (24/9/2025).

Banjar Kerta Petasikan dipilih sebagai pilot project bukan karena sudah ideal, melainkan karena dinilai siap berubah. Wilayah ini berada dalam layanan TPST, memiliki kelembagaan TPS3R aktif, mendapat dukungan tokoh lokal, serta warganya cukup terbuka terhadap gagasan baru. Mayoritas penduduk yang merupakan warga pendatang justru menjadi keunggulan karena lebih mudah beradaptasi dengan kebiasaan positif.

Pilot project berlangsung sejak 17 Januari hingga 16 Maret 2025. Warga dilibatkan dalam FGD, sosialisasi, hingga pembagian sarana seperti ember, dropbox, timbangan, dan stiker rumah. Jadwal pengumpulan sampah diatur ketat, yaitu organik setiap Senin, Kamis, dan Sabtu, sedangkan anorganik setiap Selasa dan Jumat. Sampah organik kemudian dimanfaatkan sebagai pakan ternak babi, sementara anorganik didaur ulang oleh BUMDes atau pengepul.
Keberlanjutan Usai Pendampingan

Usai dua bulan program, Desa Sidakarya tidak ingin berhenti di tengah jalan. Pemerintah desa bersama tim PPAM Bali menyiapkan strategi keberlanjutan, mulai dari pembentukan kader edukasi, SOP lokal, hingga penguatan kapasitas petugas angkut. Anggaran desa juga mulai dialokasikan untuk insentif kader dan penyediaan sarana pemilahan.

Inovasi lain adalah penjajakan sistem digital untuk pencatatan dan pelaporan sampah, agar proses lebih transparan dan terpantau. Langkah ini memastikan praktik baik tidak hanya bertahan sementara, tetapi berlanjut secara mandiri di masyarakat.

Cerita Banjar Kerta Petasikan menunjukkan bahwa perubahan bisa dimulai dari komunitas kecil. Dengan edukasi yang konsisten, kebijakan yang berpihak, serta partisipasi masyarakat, pengelolaan sampah bukan lagi sekadar urusan teknis, melainkan bagian dari kesadaran kolektif.

Capaian di Sidakarya diharapkan bisa direplikasi di kawasan lain. Sebuah model yang murah, mudah dijalankan, dan yang terpenting lahir dari partisipasi warganya sendiri.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat