Petani memanen padi di area persawahan di Kulon Progo, Yogyakarta, Selasa (2/6/2020).Kalimantan Tengah sedang disiapkan untuk menjadi lumbung pangan. | Wihdan Hidayat/ Republika

Ekonomi

Kalteng Disiapkan Jadi Lumbung Pangan

Lahan di Kalteng yang dikembangkan akan menjadi food estate.

 

 

JAKARTA -- Pemerintah akan melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi lahan sawah di Kalimantan Tengah. Program pengembangan itu akan menggunakan lahan rawa seluas total 164.598 hektare (ha) yang tersebar di sejumlah kabupaten dan kota.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, lahan yang dikembangkan itu nantinya akan menjadi sebuah food estate. Pihaknya pun meminta agar pemerintah daerah Kalimantan Tengah agar serius dalam mengembangan proyek tersebut.

"Presiden sudah menginstruksikan kepada saya untuk mempersiapkan Kalimantan Tengah menjadi lumbung pangan. Ini tantangan yang bagus bagi kita," kata Syahrul dalam pernyataan resminya, Kamis (11/6).

Syahrul menjelaskan, food estate pada umumnya merupakan proyek klaster untuk pengembangan tanaman aneka pangan seperti padi dan jagung. Namun, kawasan itu juga akan digunakan untuk pengembangan sayuran dan buah-buahan yang menjadi kebutuhan utama masyarakat. Pemerintah, kata Syahrul, akan membangun sarana produksi dan infrastruktur embung dan irigasi.

"Food estate bukan hanya padi dan jagung saja, kita buat konsep berbasis klaster. Setiap wilayah harus dipetakan," kata dia.

 
Food estate bukan hanya padi dan jagung saja, kita buat konsep berbasis klaster. Setiap wilayah harus dipetakan.
SYAHRUL YASIN LIMPO, Menteri Pertanian
 

Menurut dia, selama ini pengembangan lahan sawah kebanyakan untuk beras dan jagung. Namun, di area seluas 164.698 hektare kali ini akan dibuat berbeda dari berbagai program yang telah dilakukan.

Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran mengatakan, wilayah yang ia pimpin memiliki potensi besar akan pengambangan berbagai komoditas. Ia pun memastikan perangkat daerah siap bekerja untuk mulai membangun lahan sawah tersebut.

Kalimantan Tengah merupakan wilayah subur yang berhasil mengembangkan Padi Inbrida Varietas Unggul Baru INPARI-42 dan Padi Hibrida SUPADI. Selain padi, provinsi ini juga memproduksi jagung untuk kebutuhan nasional. Untuk luas baku sawah Kalimantan Tengah yang telah diverifikasi akhir tahun 2019 mencapai seluas 136.486 ha.

Kementan akan berfokus terlebih dahulu pada intensifikasi dengan meningkatkan produktivitas hasil panen. Selanjutnya, proyek dilanjutkan pada tahap ekstensifikasi atau perluasan lahan sawah.

"Tahun 2020 sepertinya kita baru intensifikasi dan itu (anggarannya) di luar dari APBN," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Agung Hendriadi dalam diskusi virtual, Kamis (11/6).

Hanya saja, Agung tidak menjelaskan lebih lanjut perihal sumber dana dan pihak yang bakal menggarap proyek tersebut. Agung mengatakan, sembari proyek tersebut dijalankan, produksi, dan ketersediaan 11 komoditas pangan pokok dipastikan mencukupi.

"Namanya prognosis (perkiraan) pasti banyak sekali perubahan-perubahan tapi kita juga selalu menyiapkan antisipasinya," kata Agung. Diketahui, total kebutuhan dana untuk program lahan food estate itu mencapai Rp 2,55 triliun.

 
Kebutuhan dana untuk food estate mencapai Rp 2,55 triliun.
 
 

Pakar gambut Universitas Palangkaraya, Salampak Dohong, meminta pemerintah untuk membuat program jangka pendek dan panjang dalam proyek food estate lahan rawa di Kalimantan Tengah.

Salampak mengatakan, Kalteng merupakan lokasi pengembangan lahan pangan nasional dengan prioritas lahan yang dimanfaatkan di bekas proyek lahan gambut sejuta hektare era Presiden Soeharto. Diperlukan persiapan yang matang agar proyek tersebut bisa membuahkan hasil positif bagi ketahanan pangan di Indonesia.

"Penyediaan pangan nasional dihadapkan pada waktu, biaya, tenaga kerja, serta problem sawah baru jika harus membuka lahan pertanian baru," kata Salampak.

Untuk itu, kata dia, perlu diperhatikan program jangka pendek dan jangka panjang. Rencana jangka pendek bisa dilakukan dengan inventarisasi lahan sawah untuk mengetahui lahan sawah aktif dan bongkor.

"Sawah yang aktif kita perbaiki, kita intensifikasi dengan memasukkan berbagai teknologi termasuk kesiapan petani. Sementara, sawah bongkor kita rehabilitasi atau revitalisasi," tuturnya.

Sementara, untuk jangka panjang dengan mencetak sawah baru (ekstensifikasi) harus dipilah antara lahan gambut dan tanah mineral. Untuk lahan pertanian bisa memanfaatkan tanah mineral.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat