Perkeja melindungi tubuh dari terik matahari saat berjalan di kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (18/12/2023). | Republika/Thoudy Badai

Ekonomi

Perubahan Iklim Ancam Ketersediaan Pangan

Ketersedian pangan adalah penentu hidup atau mati sebuah bangsa

JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Arif Satria menyatakan, perubahan iklim adalah suatu keniscayaan atau sudah terjadi. Apabila tidak diatasi, kata dia, maka ketersediaan pangan dunia, termasuk Indonesia, bakal terancam.

"Perubahan iklim sudah menjadi keniscayaan dan tentu berdampak terhadap pangan yang sangat serius. Setiap satu derajat kenaikan suhu maka akan menurunkan produktivitas padi satu persen," kata Arif dalam acara halal bihalal ICMI yang digelar di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Rabu (1/5/2024) malam.

Penurunan produktivitas juga akan terjadi terhadap pertanian kopi. Menurut hasil riset para ahli, kopi tidak akan ada lagi tahun 2080 apabila umat manusia tak melakukan mitigasi atas perubahan iklim.

"Skenario terburuk adalah tahun 2080 kopi sudah tidak ada lagi karena kita gagal mengantisipasi perubahan iklim. Jadi, nanti cicit-cicit kita melihat kopi itu di museum," kata Rektor IPB University itu.

photo
Seorang warga memeriksa kondisi tambak ikan di Tanjung Kait, Mauk, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (17/10/2023). Sekitar tiga hektar tambak ikan di daerah itu mengalami gagal panen akibat kekeringan dampak dari musim kemarau panjang sejak Agustus 2023. - (ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin)

Selain itu, lanjut dia, kandungan gizi mikro dalam pangan juga akan berkurang. Kandungan zat besi di kangkung, misalnya, semakin hari semakin berkurang. "Perubahan komponen gizi mikro pada tanaman ini akan membuat kita makan dalam volume yang sama tapi dampaknya berbeda pada tubuh kita," ujar Arif.

Dampak perubahan iklim, lanjut dia, juga akan terjadi terhadap sektor peternakan. Beberapa di antaranya adalah menurunnya produktivitas susu dan berat sapi.

Menurut Arif, berbagai permasalahan pangan yang akan terjadi itu harus diatasi. Sebab, ketersedian pangan adalah penentu hidup atau mati sebuah bangsa. Dia menyebut, permasalahan ketersediaan pangan bisa diatasi dengan dua hal.

Pertama, meningkatkan produksi. Kedua, mengurangi food loss atau hilangnya sejumlah makanan dalam tahap produksi dan distribusi.

Untuk peningkatan produksi, IPB University bersama Kementerian Pertanian telah meluncurkan varietas padi IPB9G yang bisa ditanam di lahan basah maupun kering. Varietas tersebut juga bisa menghemat 25 persen penggunaan pupuk. 

"Kalau varietas IPB9G digunakan di seluruh Indonesia, maka bisa menghemat Rp 10 triliun pupuk subsidi," ujarnya.

Menurut Arif, selain inovasi, dibutuhkan persatuan semua elemen bangsa untuk menghadapi tantangan krisis pangan. Persatuan akan menjadi kunci bagi Indonesia menghadapi semua tantangan nyata, tak hanya soal perubahan iklim. "Mau tidak mau kita ingin mengajak setiap komponen bangsa pasca Idul Fitri ini kembali bersatu bersilaturahmi," kata Arif.

Bagaimana Dampak Perubahan Iklim di Indonesia? - (Republika)

  ​

Acara halal bihalal ICMI dihadiri anggota dan pengurus organisasi tersebut. Beberapa di antaranya adalah tokoh bangsa seperti mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, mantan Ketua MPR Amien Rais, Gubernur Sumatra Barat Mahyeldi, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, dan sejumlah mantan menteri. 

Sementara itu, menurut laporan terbaru dari Organisasi Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organization (WMO), Asia masih menjadi wilayah yang paling banyak dilanda bencana di dunia akibat cuaca, iklim, dan bahaya yang berkaitan dengan air pada tahun 2023. Banjir dan badai menyebabkan jumlah korban jiwa dan kerugian ekonomi tertinggi, sementara dampak gelombang panas menjadi lebih parah.

Laporan State of the Climate in Asia 2023 menyoroti laju percepatan indikator perubahan iklim utama, seperti suhu permukaan, pencairan gletser, dan kenaikan permukaan air laut, yang akan berdampak besar pada masyarakat, ekonomi, dan ekosistem di kawasan ini.

Pada tahun 2023, suhu permukaan laut di barat laut Samudra Pasifik adalah yang tertinggi dalam catatan. Bahkan Samudra Arktik pun mengalami gelombang panas laut. Asia mengalami pemanasan lebih cepat dari rata-rata global. Tren pemanasan telah meningkat hampir dua kali lipat sejak periode 1961-1990.

“Kesimpulan dari laporan ini sangat menyadarkan kita. Banyak negara di kawasan ini mengalami tahun terpanas yang pernah tercatat pada tahun 2023, bersamaan dengan rentetan kondisi ekstrem, mulai dari kekeringan dan gelombang panas hingga banjir dan badai. Perubahan iklim memperburuk frekuensi dan tingkat keparahan peristiwa tersebut, yang berdampak besar pada masyarakat, ekonomi, dan yang terpenting, kehidupan manusia dan lingkungan tempat kita tinggal,” kata Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo dalam siaran pers PBB, Rabu (24/4/2024).

Pada tahun 2023, total 79 bencana yang terkait dengan bahaya hidrometeorologi dilaporkan di Asia menurut Emergency Events Database. Dari jumlah tersebut, lebih dari 80 persen terkait dengan peristiwa banjir dan badai, dengan lebih dari 2.000 korban jiwa dan sembilan juta orang terkena dampak langsung. Meskipun risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh panas ekstrem semakin meningkat, kematian akibat panas sering kali tidak dilaporkan.

“Sekali lagi, pada tahun 2023, negara-negara yang rentan terkena dampak yang tidak proporsional. Sebagai contoh, topan tropis Mocha, topan terkuat di Teluk Benggala dalam satu dekade terakhir, menghantam Bangladesh dan Myanmar. Peringatan dini dan kesiapsiagaan yang lebih baik telah menyelamatkan ribuan nyawa,” ujar Armida Salsiah Alisjahbana, Sekretaris Eksekutif Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia dan Pasifik (ESCAP), yang menjadi mitra dalam penyusunan laporan ini.

photo
Tren bencana akibat perubahan iklim. - (Republika)

Laporan State of the Climate in Asia 2023 merupakan upaya untuk menjembatani kesenjangan antara ilmu pengetahuan iklim dan risiko bencana melalui proposal kebijakan berbasis bukti. ESCAP dan WMO, melalui kemitraan, akan terus berinvestasi untuk meningkatkan ambisi iklim dan mempercepat implementasi kebijakan yang baik, termasuk memberikan peringatan dini kepada semua pihak di kawasan ini agar tidak ada yang tertinggal sering dengan krisis perubahan iklim yang terus berkembang.

Sekitar 80 persen Anggota WMO di wilayah ini menyediakan layanan iklim untuk mendukung kegiatan pengurangan risiko bencana. Namun, kurang dari 50 persen anggota menyediakan proyeksi iklim dan produk khusus yang diperlukan untuk menginformasikan manajemen risiko dan adaptasi serta mitigasi perubahan iklim dan dampaknya, menurut laporan tersebut.

Laporan ini, salah satu dari serangkaian laporan Status Iklim regional WMO, dirilis pada sesi ke-80 Komisi di Bangkok, Thailand. Laporan ini didasarkan pada masukan dari Badan Meteorologi dan Hidrologi National, mitra Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan jaringan ahli iklim. Laporan ini mencerminkan komitmen WMO untuk memprioritaskan inisiatif regional dan menginformasikan untuk pengambilan keputusan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat