Perawat mengenakan masker saat mengikuti unjuk rasa antirasialisme di Washington, pekan ini. Ahli memperkirakan jumlah kematian akibat Covid-19 di AS bisa mencapai 200 ribu. | Jacquelyn Martin/AP

Internasional

Ahli: Korban di AS Bisa Capai 200 Ribu Kematian

Jumlah kematian ini bisa terjadi ketika Pemerintah AS tak memberi tindakan drastis.

WASHINGTON – Health Institute Harvard, Rabu (10/6), memperkirakan, Amerika Serikat (AS) mungkin akan menghadapi 200 ribu kematian karena virus korona pada September. Jumlah tersebut dapat terjadi ketika Pemerintah AS tidak memberikan tindakan drastis. 

"Bahkan jika kita tidak memiliki kasus yang meningkat, bahkan jika kita menjaga keadaan tetap datar, masuk akal untuk berharap bahwa kita akan mencapai 200 ribu kematian sekitar September," kata Kepala Global Health Institute Harvard, Ashish Jha. 

Jha mengatakan, jumlah kematian akan terus meningkat, terlebih lagi mempertimbangkan pelonggaran yang terus dilakukan beberapa negara bagian. Padahal, jumlah kasus di negara ini telah melampaui angka dua juta kasus pada Rabu. 

"Dan itu baru sampai September. Pandemi tidak akan berakhir pada September," ujar Jha memprediksi virus korona akan bertahan lebih lama di negara tersebut sehingga membuatnya khawatir untuk masa selanjutnya. 

Total kematian yang berhubungan dengan virus korona berjumlah 112.754 pada Rabu dan menjadi yang terbesar di dunia. Jha mengatakan, hal itu terkait langsung dengan fakta bahwa AS adalah satu-satunya negara besar yang dibuka kembali tanpa berhasil menekan penyebaran virus korona.

photo
Warga memenuhi pusat pertokoan di Sao Paulo, Brasil, Rabu (10/6). Ahli memperkirakan jumlah kematian akibat Covid-19 di AS bisa mencapai 200 ribu  - (AP/Andre Penner)

Laporan Reuters menyatakan, New Mexico, Utah, dan Arizona masing-masing melaporkan jumlah kasus meningkat sebesar 40 persen per pekan pada minggu ini. Wilayah Florida dan Arkansas juga menjadi titik pusat penyebaran virus pula. Sebagian dari peningkatan ini diketahui karena lebih banyak pengujian yang mencapai rekor tertinggi di 545.690 tes dalam satu hari pada Jumat (5/6). 

Demonstrasi menggugat kematian George Floyd di tangan anggota polisi pun tidak bisa dihindari karena memancing kerumunan. Para ahli khawatir bahwa protes tanpa jarak sosial dapat menyebabkan lonjakan lain dalam kasus-kasus. 

Namun, Wakil Presiden Mike Pence menampik kekhawatiran itu. "Yang dapat saya katakan adalah bahwa pada titik ini kami tidak melihat peningkatan dalam kasus-kasus baru sekarang, hampir dua minggu sejak protes pertama mulai berlaku," kata Pence. 

Sementara, di Brasil, Kota Sao Paulo telah mengizinkan pertokoan untuk kembali beroperasi dan bersiap membuka sejumlah pusat perbelanjaan. Pelonggaran pembatasan sosial ini dilakukan ketika jumlah kasus virus korona di kota tersebut masih tinggi. 

Separuh pertokoan di distrik itu telah beroperasi kembali setelah ditutup sejak Maret lalu. Para pembeli tampak memadati jalanan di distrik perbelanjaan, 25 de Marco. 

Sementara, Rio de Janeiro dijadwalkan membuka seluruh mal pada Kamis (11/6). Pembukaan ini sebagai bagian dari pelonggaran pembatasan sosial. Keputusan untuk membuka kembali mal dan pertokoan telah diadvokasi oleh Presiden Brasil Jair Bolsonaro.

photo
Dokter mengambil sampel warga di Seoul, Korea Selatan, pekan lalu. Ahli memperkirakan jumlah kematian akibat Covid-19 di AS bisa mencapai 200 ribu - (Ahn Young-joon/AP)

Perparah gejala

Para dokter Korea Selatan (Korsel) menemukan kondisi tertentu yang memperparah gejala Covid-19. Hal ini disampaikan profesor penyakit dalam Yeungnam University Medical Center Ahn June-hong. Penemuan ini dapat membantu dokter mengidentifikasi dan memprioritaskan pasien dengan risiko yang paling tinggi sejak awal.

Pakar medis dan epidemiolog berusaha mencari tahu faktor yang memperburuk gejala Covid-19 yang telah kini telah menewaskan 400 ribu orang lebih secara global. Dalam jurnal yang diterbitkan Journal of Korean Medical Science pada 2 Juni lalu, Ahn dan dokter-dokter Korsel lainnya menemukan, diabetes, tingginya suhu tubuh, rendahnya kandungan oksigen dalam darah, dan penyakit jantung sebelumnya menjadi faktor prognostik yang memperparah Covid-19. 

"Saya yakin, menggunakan faktor-faktor prognostik yang memperparah kondisi pasien Covid-19 akan memberikan para dokter kesempatan untuk menawarkan perawatan terbaik pada pasien risiko tinggi itu sejak awal," kata Ahn, Kamis (11/6).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat