Calon pembeli melihat gerai niaga daring melalui ponsel. Pengamat menilai, pandemi Covid-19 meningkatkan potensi niaga daring dan transaksi digital. | Republika/Rakhmawaty La'lang

Ekonomi

Marketplace Syariah Butuh Dukungan Ekosistem

Teknologi membuat ekonomi syariah bisa meningkatkan portofolio baik dari segi keuangan maupun industri halal.

 

JAKARTA -- Marketplace berpotensi menjadi salah satu rantai ekosistem yang dapat mendorong potensi ekonomi dan keuangan syariah Indonesia. CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin menyampaikan, marketplace masih akan terus tumbuh, khususnya pada masa pembatasan sosial karena Covid-19.

Namun, ujarnya, masih banyak orang yang belum menikmati mudahnya transaksi jual beli dengan marketplace. Salah satu penyebabnya adalah keterbatasan infrastruktur seperti akses pembayaran atau keuangan.

 
Setelah Covid-19, umat Islam akan lebih siap menggarap bisnis yang tadinya tertinggal.
Pengamat ekonomi syariah Adiwarman Karim
 

“Misal, karena masyarakat tidak punya rekening bank atau dompet digital sehingga inklusivitas layanan keuangan juga menjadi pendorong majunya transaksi jual beli secara digital,” kata Rachmat dalam Webinar Potensi Marketplace Syariah di Indonesia, Rabu (13/5). 

Dari total transaksi ritel, marketplace saat ini baru menempati porsi sekitar 5 persen. Rachmat menyampaikan, Bukalapak masih terus mengembangkan segmen marketplace halal. 

Salah satu yang ditonjolkan yakni jaminan transaksi di Bukalapak telah sesuai dengan ethical business yang juga menjadi prinsip dalam transaksi syariah. Rachmat menjamin, Bukalapak terus meningkatkan performanya untuk jadi tempat jual beli daring yang aman. Bukalapak juga terus berinovasi guna memenuhi kebutuhan masyarakat. "Jangan takut untuk pakai karena kami berusaha untuk selalu menyediakan tempat yang aman," kata dia.

Isu kebocoran data pelanggan marketplace yang baru-baru ini menyeruak juga menjadi perhatian Bukalapak. Rachmat menyampaikan, sistem keamanan berlapis sudah diterapkan dan pengguna juga perlu aktif menjaga keamanan datanya, seperti dengan mengganti password secara berkala.

Pengamat ekonomi syariah Adiwarman Karim menyampaikan, masa pandemi Covid-19 saat ini telah meningkatkan potensi marketplace dan transaksi digital. Kondisi saat ini memaksa masyarakat untuk menuju era normal yang baru. "Covid-19 telah mengubah pola hidup kita, termasuk pola belanja dan pola bayar juga," katanya dalam kesempatan yang sama.

photo
Pengunjung melihat produk yang dipamerkan saat gelaran Halal Expo Indonesia di Ice BSD, Tangerang, Banten, beberapa waktu lalu. - (Thoudy Badai_Republika)

Menurut dia, ini adalah saat yang tepat untuk sektor ekonomi syariah mengejar ketertinggalan. Dengan adanya teknologi, ekonomi syariah bisa meningkatkan portofolionya, baik dari segi keuangan maupun industri halal.

Peran marketplace sangat strategis karena bisa menggabungkan semua ekosistem tersebut. Adiwarman menyampaikan, semua mata rantai kini sudah lengkap sehingga ia yakin industri ekonomi syariah bisa tumbuh eksponensial di masa depan. "Setelah Covid-19, umat Islam akan lebih siap menggarap bisnis yang tadinya tertinggal," katanya.

Potensi pengeluaran masyarakat Muslim terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2018, total pengeluaran atau konsumsinya mencapai 224 miliar dolar AS. Sebagian besar dihabiskan untuk makanan halal yang berjumlah 173 miliar dolar AS.

Pengeluaran Muslim selanjutnya dihabiskan untuk busana Muslim, media, wisata, farmasi, dan kosmetik halal. Potensi dari sisi dana sosial Islam atau ziswaf juga terus meningkat. Indonesia merupakan negara paling dermawan menurut World Giving Index 2018. Dana zakat infak sedekah (ZIS) mencapai Rp 8,11 triliun pada 2018. Menurut data Baznas pada 2020, perolehan dana ZIS juga terus tumbuh rata-rata 36,2 persen per tahun selama periode 2002-2019. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat