Dokter mengenakan baju hazmat di Lima, Peru. (ilustrasi) | AP/Rodrigo Abd

Internasional

WHO Soroti Krisis Mental

WHO juga memperingatkan, Covid-19 mungkin tidak akan pernah hilang seperti halnya penyakit lain seperti campak.

 

 

LONDON -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan ancaman krisis kesehatan mental global. Alasannya, jutaan orang terpaksa melakukan isolasi yang memicu kegelisahan akut karena terus-menerus mendengarkan begitu banyak berita kematian dan infeksi. 

"Isolasi, kematian, ketidakpastian, gejolak ekonomi, semuanya bisa atau sudah menyebabkan tekanan psikologis," kata Direktur Kesehatan Mental dan Penyalahgunaan Zat WHO, Devora Kestel, Kamis (14/5). 

Saat menyajikan laporan dan pedoman kebijakan Covid-19 dan kesehatan jiwa PBB, Kestel mengatakan, semakin besar kemungkinan munculnya sejumlah masalah kesehatan mental serius. "Kesehatan mental dan kesehatan masyarakat secara keseluruhan berdampak cukup parah oleh krisis ini dan isu harus menjadi prioritas untuk diatasi," katanya. 

Laporan ini menitikberatkan kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap tekanan mental, seperti anak-anak dan remaja yang terisolasi dari teman dan sekolah mereka. Titik rawan lain adalah petugas kesehatan yang melihat ribuan pasien terinfeksi dan sekarat karena virus korona. 

photo
Gambar mendiang Thomas Schaefer, menteri keuangan di wilayah Hesse, Jerman, yang meninggal bunuh diri terkait ambruknya perekonomian akibat terdampak Covid-19. - (Andrras Arnold/dpa via AP)

Tak bakal hilang

WHO juga memperingatkan, Covid-19 mungkin tidak akan pernah hilang. Kalaupun nanti vaksin ditemukan, upaya mengendalikan virus membutuhkan upaya besar-besaran.

"Penting untuk blak-blakan. Virus ini dapat menjadi virus endemik lain di masyarakat kita dan virus ini mungkin tidak akan pernah hilang," kata Direktur Program Kedaruratan WHO Dr Mike Ryan dalam sebuah konferensi pers virtual, dikutip laman BBC, Kamis (14/5).  

Ryan menyebut, saat ini terdapat 100 vaksin potensial yang tengah dikembangkan untuk Covid-19. Namun, dia mencatat, ada penyakit lain, seperti campak yang masih belum bisa dihilangkan walaupun telah ditemukan vaksinnya. Hal sama diperkirakan terjadi pada Covid-19. Dia mengaku, tidak memercayai siapa pun dapat memprediksi kapan Covid-19 akan hilang. 

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menekankan upaya mengendalikan penyebaran Covid-19 masih mungkin dilakukan. "Arah ada di tangan kita dan itu urusan semua orang. Kita semua harus berkontribusi untuk menghentikan pandemi ini," ucapnya.  Dia kembali memperingatkan negara-negara yang mulai melonggarkan karantina wilayah.

"Banyak negara ingin keluar dari langkah-langkah yang berbeda. Tapi, rekomendasi kami tetap waspada di negara mana pun harus pada tingkat setinggi mungkin," kata Ghebreyesus.  Saat ini, terdapat lebih dari 4,3 juta kasus Covid-19 di seluruh dunia. Pandemi telah menyebabkan sedikitnya 297 ribu orang meninggal. 

 

Heboh Soal Vaksin

Grup perusahaan farmasi Prancis, Sanofi, akhirnya memastikan bahwa vaksin Covid-19 yang mereka buat akan dapat diakses semua negara. Pernyataan ini dibuat beberapa jam setelah Direktur Utama Sanofi Paul Hudson mengatakan, Amerika Serikat (AS) akan mendapatkan akses pertama terhadap vaksin produksi mereka.  "Kami akan selalu berkomitmen dalam kondisi seperti ini untuk membuat vaksin kami dapat diakses semua orang," demikian pernyataan terbaru Sanofi.

Sebelumnya, Hudson mengatakan, Sanofi bekerja sama dengan badan AS, yaitu Biomedical Advanced Research and Development Authority (BARDA). BARDA mengucurkan dana kepada Sanofi untuk mengembangkan vaksin. 

"Pemerintah AS berhak memesan pertama kali karena mereka telah berinvestasi degan mengambil risiko," kata Hudson kepada Bloomberg

Komentar Hudson memicu reaksi keras dari Pemerintah Prancis. Menteri junior bidang ekonomi Prancis, Agnes Pannier-Runacher, mengatakan kepada Sud Radio, "Bagi kami, sangat tidak bisa diterima jika ada sebuah negara yang mendapatkan akses istimewa karena alasan uang."

Sanofi menyatakan, mereka akhirnya melakukan pembahasan konstruktif dengan Uni Eropa untuk mempercepat pengembangan vaksin. Pembahasan juga meliputi akses vaksin bagi semua orang.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat