Pegawai melakukan transaksi gadai emas dengan nasabah di Kantor Mandiri Syariah, Kuningan, Jakarta, Senin (4/5/2020). Hingga Maret 2020 omzet gadai emas Mandiri Syariah naik 11,26 persen dari Rp741,1 miliar per Februari 2020 menjadi Rp824,6 miliar per Mar | Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO

Opini

Kebangkitan Ekonomi Umat

Generasi muda Isla sewajarnya mengambil peran signifikan dalam mendorong kebangkitan ekonomi umat

Oleh ARIEF ROSYID, Ketum PB HMI 2013-2015, Co-Founder Rabu Hijrah

Tak terasa setahun berganti ketika ikhtiar Rabu Hijrah kami gelar secara luring, berkumpul dari satu gedung ke gedung yang lain, hingga dari masjid ke masjid yang lain.

Selain itu, berpindah dari satu daerah ke daerah lain, berkeliling ke tujuh kota yang ditutup dengan kolaborasi kegiatan dengan 20 organisasi pemuda Islam dalam acara Muktamar Pemuda Islam, 4 April 2019. Saat pandemi, kami kembali hadir lewat daring.

Secara konsisten, kami mendengungkan komitmen umat khususnya generasi muda untuk terlibat dalam arus besar kebangkitan ekonomi umat. Tema ini sering kali disampaikan banyak tokoh umat Islam.

Bahkan, sejak 1905 oleh Haji Samanhudi dan kawan-kawan melalui Sarekat Dagang Islam (SDI). Panjangnya rentang sejarah tersebut dan berbagai kemajuan yang telah dialami Indonesia, membuat kita harus banyak bersyukur.

 
Harus terus dibangun kesadaran untuk menghilangkan kesenjangan.
 
 

Tentu dengan tak boleh merasa cukup untuk berbuat dan berkontribusi demi Indonesia. Apalagi, yang tampak dari data BPS, meski dari tahun ke tahun membaik, masih terdapat ketimpangan (yang diukur dari Rasio Gini, berkisar 0,380).

Fakta ini menunjukkan tugas generasi muda Indonesia, khususnya generasi muda Islam tak boleh berhenti. Harus terus dibangun kesadaran untuk menghilangkan kesenjangan tersebut.

Dari data BPS, jumlah generasi muda sekitar 62,98 persen (usia milenial berkisar 33,75 persen dan usia sentenial berkisar 29,23 persen), sekitar 80 persen dari jumlah total generasi muda Indonesia itu adalah generasi muda Islam.

Fitrah sebagai generasi muda adalah penggerak perubahan, pendobrak kebuntuan, dan hal progresif lainnya. Di sinilah pentingnya mereka dihadirkan untuk terlibat penuh dalam setiap agenda kemajuan dan kebangkitan ekonomi umat.

Tentu banyak yang sudah terlibat, tapi tak sedikit yang masih tertinggal di belakang.  Rabu Hijrah sebagai ikhtiar untuk menjembatani kesenjangan antargenerasi muda Islam ini harus terus dirawat dan disemai menjadi kekuatan.

Menghubungkan satu sama lain adalah tugas tak ringan dan butuh konsistensi, seperti dalam surah al-Imran ayat 104, "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.’’

Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim, sudah sewajarnya mengambil peran signifikan dalam mendorong kebangkitan ekonomi umat, mesin penggerak utamanya adalah generasi muda Islam.

Kekuatan yang sebesar inilah yang tak dimiliki banyak negara lain di dunia. Secara total populasi Muslim di dunia, Indonesia memiliki sekitar 12,50 persen dari total populasi tersebut. Artinya, satu dari 10 Muslim di dunia adalah orang Indonesia.

Belum lagi, berdasarkan data The Future of World Religion & PEW Research Center, proyeksi populasi Muslim pada 2050 mencapai 29,7 persen, satu dari tiga orang di dunia adalah Muslim.

Besarnya potensi ini telah dilihat serius oleh pemerintah dalam hal ini Presiden Jokowi, setelah sebelumnya pada periode pertama menggandeng Wakil Presiden HM Jusuf Kalla yang juga sebagai ketua umum Dewan Masjid Indonesia.

 
Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim, sudah sewajarnya mengambil peran signifikan dalam mendorong kebangkitan ekonomi umat.
 
 

Pada periode kedua, Jokowi menggandeng Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin sekaligus sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia. Tak cukup sampai di situ, sejak 10 Februari 2020, keseriusan Presiden mendorong kebangkitan ekonomi umat ditunjukkan dengan mentransformasi Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) menjadi Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS).

KNKS dibentuk sejak periode pertama Presiden Jokowi melalui Peraturan Presiden (Perpres) No 91 Tahun 2016 tentang KNKS, yang kemudian perubahannya melalui Perpres No 28 Tahun 2020 tentang KNEKS.

KNEKS yang dipimpin langsung Presiden Jokowi sebagai ketua dan posisi Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin sebagai wakil ketua sekaligus sebagai ketua harian memiliki dampak kebijakan yang luar biasa. KNEKS tak hanya berperan mempercepat, memperluas, dan memajukan keuangan syariah, lebih besar daripada pengembangan ekonomi syariah dalam rangka memperkuat ketahanan ekonomi nasional.

Secara terang, keberpihakan Presiden terhadap kebijakan kebangkitan ekonomi umat tampak dengan meningkatnya peringkat Indonesia dalam Global Islamic Economy Report, dari peringkat ke-10 (2018) menjadi peringkat ke-5 (2019).

photo
Pedagang berinteraksi dengan pembeli di toko yang melayani pembayaran kode respons cepat berstandar nasional atau Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS), di toko Ummi Krudung, Pasar Mayestik Jakarta, Jumat (6/3). Mandiri Syariah adalah bank syariah pertama dan satu-satunya yang menjadi Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) implementasi QRIS - (Republika/Edwin Dwi Putranto)

Membangun ekosistem kebijakan yang memiliki keberpihakan ini terbukti sangat berpengaruh terhadap percepatan kebangkitan ekonomi umat. Selain itu, tentu saja dibutuhkan kesadaran tinggi dari umat.

Kesadaran dari umat atau melalui organisasi kemasyarakatan dan keagamaan, dibutuhkan agar ekosistem kebijakan yang dibangun pemerintah bertautan. Sebaliknya jika tidak, seperti ungkapan pepatah "Bagai cinta bertepuk sebelah tangan".

Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLK) 2019, meski indeks literasi keuangan syariah meningkat dari 8,1 persen (2016) menjadi 8,9 persen (2019), indeks inklusi keuangan syariah turun dari 11,1 persen (2016) menjadi 9,1 persen (2019).

Secara sederhana, kita belum menemukan upaya maksimal umat untuk mengimbangi kecepatan kebijakan pemerintah. Padahal, bertemunya keberpihakan pemerintah dan partisipasi aktif umat akan menjadi kekuatan.

Sekali lagi, generasi muda Islam sebagai mesin penggerak dan generasi sebelumnya sebagai pemandu gerak. Dengan begitu, orkestrasi kekuatan lintas generasi ini akan menopang dan menjaga keberlangsungan gelombang kebangkitan ekonomi umat. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat