Pekerja menyiapkan gula pasir untuk disalurkan ke operasi pasar (ilustrasi) | FAUZAN/ANTARA FOTO

DIY

Pasokan Gula Diperkirakan Masuk Juli

Kelangkaan gula ini tidak serta-merta bisa dilihat sebagai suatu indikasi krisis pangan yang akan melanda Indonesia.

SLEMAN -- Memasuki Ramadhan, beberapa bahan pokok seperti gula mulai langka. Pakar ekonomi pertanian UGM, Prof Masyhuri menilai hal ini dikarenakan permintaan tinggi jelang Idul Fitri dan panic buying karena pandemi Covid-19.

"Kelangkaan disebabkan persediaan hampir habis jelang musim giling, permintaan tinggi selama bulan puasa dan menjelang hari raya, panic buying karena Covid-19, dan pedagang spekulan yang menyimpan," kata Masyhuri, Selasa (5/5).

Masyhuri menuturkan, memasuki Mei ini merupakan awal masuknya musim giling. Sehingga, pasokan bahan pokok seperti gula diperkirakan baru akan tersedia di pasar-pasar pada Juli mendatang.

Ia berpendapat, kelangkaan ini tidak serta-merta bisa dilihat sebagai suatu indikasi krisis pangan yang akan melanda Indonesia. Kondisi ini tidak akan mengarah ke krisis pangan jika pandemi Covid-19 dapat segera berakhir.

"Sebaliknya, potensi krisis muncul jika pandemi berkepanjangan. Bila pandemi ini panjang produksi berkurang karena input yang digunakan berkurang. Produksi input seperti pupuk dan pestisida juga akan berkurang," ujar Masyhuri.

Pandemi Covid-19 dirasa memang cukup memengaruhi sektor pangan Indonesia dan dunia. Beberapa negara-negara dunia mengambil langkah mengatasi pandemi yang salah satunya dengan pemberlakuan pembatasan sosial atau lockdown.

Kondisi itu secara langsung mengakibatkan terganggunya roda perekonomian. Sebab, kerja yang terbatas dan transportasi yang terbatas, otomatis mengakibat kan produktivitas dan produksi pangan berkurang.

"Gangguan transportasi akan mengganggu juga ekspor impor, tambahan lagi nilai dolar meningkat dan nilai rupiah anjlok, sehingga impor mahal dan permintaan ekspor menurun," kata Masyhuri.

Untuk menghadapi ini, ia menyarankan pemerintah meningkatkan kemandirian pangan. Apalagi, hampir semua sektor pangan utama Indonesia masih mengalami defisit seperti gandum, gula, kedelai, jagung, bawang, cabai, telur dan lain-lain.

Untuk itu, Indonesia perlu meningkatkan produksi pangan dalam negeri serta membangkitkan kembali target pencetakan sawah yang selama ini masih mengalami kegagalan. Di samping, mendorong adanya lumbung pangan di daerah.

"Gudang Bulog sangat tidak cukup untuk cadangan pangan. Oleh karena itu, pemerintah harus mendorong adanya lumbung pangan mulai dari RT, RW, pedukuhan, kelurahan, dan seterusnya," ujar Masyhuri.

Selain itu, masyarakat perlu disosialisasi mengenai program pemerintah yang menjamin tersedianya bahan kebutuhan pokok tersebut. Pemerintah harus mampu meyakinkan masyarakat. "Keberadaan lumbung pangan akan membantu memberikan keyakinan tersebut," kata Masyhuri.

 
Pemerintah harus mendorong adanya lumbung pangan 
PAKAR EKONOMI PERTANIAN UGM, PROF MASYHURI 
 

Sebelumnya, harga kebutuhan pokok di Kabupaten Sleman relatif stabil. Tinjauan lapangan yang dilakukan Bupati Sleman, Sri Purnomo, menemukan kenaikan hanya terjadi pada kebutuhan pokok jenis gula pasir.

Tinjauan dilaksanakan ke dua pusat grosir yang ada di Kecamatan Gamping. Mulai dari Gudang CV Lestari di Desa Triganggo, dan PT Goedang Grosir Berdikari di Desa Banyuraden.

"Harga kebutuhan pokok seperti beras, tepung, minyak goreng dan lainnya stabil dan cukup. Stok barang ada, namun pem belinya yang agak turun," kata Sri yang didampingi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), Kamis (30/4).

Ia menerangkan, kenaikan bahan pokok yang ditemukan untuk komoditi gula pasir memiliki harga tertinggi Rp 18 ribu per kilogram. Sedangkan, harga terendah ditemukan sekitar Rp 16.500 per kilogram.

Namun, Sri berpendapat, harga gula saat ini sudah menurun dibandingkan bulan lalu dengan harga tertingginya mencapai Rp 20 ribu. Sedangkan, harga terendah sekitar Rp 17.500 per kilogram. "Gula ini memang stok menipis dan distribusi dari pabrik belum lancar. Kami akan koordinasi ke provinsi agar pendistribusian gula pasir bisa lancar," ujar Sri. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat