Pemantauan Hilal. Anggota Tim Hisab Rukyat Kemenag DKI Jakarta melakukan pemantauan hilal di Gedung Kanwil Kemenag DKI Jakarta, Jakarta Timur, Kamis (23/4) | Edwin Dwi Putranto/Republika

Tajuk

Selamat Datang Ramadhan

Kita merasakan ada yang sangat berbeda dengan datangnya bulan yang agung kali ini.

Kementerian Agama (Kemenag) tadi malam telah menggelar sidang isbat Ramadhan 1441 Hijriyah. Awal Ramadhan telah ditetapkan hari ini, Jumat (24/4). Umat Muslim seluruh Indonesia dan dunia mulai melaksanakan ibadah puasa pada bulan penuh ampunan ini sampai satu bulan ke depan.

Kita merasakan ada yang sangat berbeda dengan datangnya bulan yang agung kali ini. Biasanya sukacita masuknya bulan Ramadhan tidak saja ditandai dari sisi keagamaan. Bukan hanya masjid-masjid dan mushala berhias untuk menggelar berbagai kegiatan menghidupkan ibadah bulan Ramadhan, melainkan juga sektor bisnis, baik itu pusat perbelanjaan, restoran, perusahaan telekomunikasi, dan bidang bisnis lainnya. Semua berlomba-lomba mengambil tema Ramadhan untuk menjaring konsumen.

Tahun ini ketika bulan Ramadhan tiba, para pengurus yang tergabung dalam dewan kemakmuran masjid (DKM) tak lagi menghias masjid secara fisik. Sebagian besar pengurus DKM pun tak lagi mempersiapkan berbagai kegiatan yang berpusat di masjid. Ini karena sejumlah pemerintah daerah (pemda) melarang masyarakat menggelar ibadah shalat Tarawih dan kegiatan lainnya di masjid atau mushala untuk mencegah penyebaran lebih luas dari Covid-19. Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga sudah mengimbau agar umat melaksanakan ibadah di rumah masing-masing.

Pusat-pusat perbelanjaan seperti di Jakarta yang selama ini selalu ramai diserbu konsumen setiap bulan Ramadhan dan menjelang Idul Fitri pun sekarang harus menahan diri. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan diperpanjang sampai 22 Mei atau hanya dua hari menjelang Lebaran. Kebijakan ini menyebabkan pusat-pusat bisnis akan tutup pada bulan Ramadhan. Situasi yang tidak pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.

Kondisi sulit akibat wabah korona ini sudah semestinya tidak lantas membuat kita putus asa. Semua pihak, baik itu aparat pemerintah, pelaku usaha, maupun masyarakat tidak boleh lekas menyerah. Bukan hanya negara kita yang mengalami nasib seperti ini. Hampir semua pemerintahan di dunia, warga dan pengusahanya mengalami masa yang sangat sulit ini. Bahkan, secara ekonomi, saat ini merupakan resesi terparah dalam 90 tahun terakhir.

photo
Suasana masjid Istiqlal yang tidak menyelenggarakan tarawih pertama, Jakarta, Kamis (23/4). Masjid Istiqal meniadakan kegiatan shalat tarawih berjamaah dan sejumlah kegiatan yang melibatkan banyak orang pada Ramadhan 1441 H - (Prayogi/Republika)

Nilai-nilai dari ibadah puasa pada bulan Ramadhan ini seharusnya bisa menjadi dasar bagi kita untuk selalu menimbulkan rasa optimistis. Ibadah puasa melatih setiap insan untuk bersabar. Bersabar tidak hanya secara fisik menahan rasa haus dan lapar dari terbit fajar sampai matahari tenggelam, tetapi secara nonfisik juga kita dilatih bersabar untuk menahan amarah, gibah, baik dalam ucapan maupun rasa iri dengki di hati agar ibadah puasa yang kita jalankan tidak ternoda.

Bulan Ramadhan yang selalu dirindukan oleh seluruh umat ini juga merupakan waktu yang tepat untuk memohon ampun. Waktu yang paling tepat untuk memanjatkan doa dengan penuh harap untuk dikabulkan. Ramadhan menjadi bulan yang sangat istimewa. Tidak semua bulan seistimewa Ramadhan. Bulan ini menjadi waktu yang sangat tepat untuk memohon agar kita dapat keluar dari kesulitan.

Dengan berbagai keistimewaannya tersebut, seharusnya kita, baik itu pemerintah, pelaku usaha, maupun masyarakat dapat menghadapi cobaan yang sangat berat akibat wabah korona ini dengan lebih banyak bersabar. Mari kita manfaatkan bulan Ramadhan untuk bahu-membahu, tolong-menolong, meringankan saudara kita yang membutuhkan bantuan.

Bulan Ramadhan ini juga menjadi tempat bagi kita sebagai pelaku usaha untuk terus berusaha dan tidak pantang menyerah. Berbagai terobosan harus dilakukan agar perusahaan tidak tenggelam dalam kehancuran. Selain itu, tidak lupa untuk berdoa, termasuk meminta doa dari para karyawan agar bantuan Tuhan ikut menyelamatkan perusahaan kita.

Sementara itu, untuk pemerintah, marilah mengeluarkan berbagai kebijakan terkait wabah korona ini yang bisa menenangkan dan membantu masyarakat. Dalam kondisi sulit seperti ini, masyarakat sangat menanti kebijakan yang menyejukkan. Bukan kebijakan yang saling bertentangan.

Kita juga berharap, masyarakat bersabar dan patuh terhadap keputusan-keputusan pemerintah. Keberhasilan penanggulangan wabah korona ini sangat bergantung pada masyarakat yang patuh terhadap aturan yang dibuat pemerintah. Di sisi lain, dalam bulan ampunan ini, masyarakat juga harus banyak berdoa agar negeri kita tercinta ini segera lepas dari wabah yang banyak menimbulkan korban jiwa. n

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat