Sarah Schnider | The Valerie Fund via AP

Internasional

Segudang Teka-Teki Menjaga Asa Anak-Anak

Oleh RIZKY JARAMAYA

Seorang remaja berusia 15 tahun, Sarah Schneider, punya cara unik. Untuk menghibur anak-anak yang menjalani perawatan jangka panjang karena penyakit cukup parah, ia bersama kawan-kawannya mengirimkan email dan menyelipkan aneka teka-teki jenaka.

Selama pandemi virus korona dan pemberlakuan pembatasan sosial, gadis yang tinggal di Maplewood, New Jersey itu memang banyak menghabiskan waktu untuk belajar dan bermain di rumah. Di sekolahnya, Shcneider bergabung dengan sebuah klub yang bergerak di bidang sosial.

Ketika sedang melakukan pertemuan bersama anggota klub lainnya melalui aplikasi Zoom, ia mengusulkan gagasan agar klubnya bergerak untuk menghibur anak-anak yang dirawat karena penyakit kanker, kelainan darah, dan penyakit langka lainnya.

Schneider dan teman-temannya sepakat untuk fokus memberikan hiburan kepada anak-anak yang menjalani perawatan medis jangka panjang. Di tengah pandemi virus korona ini, kunjungan terhadap pasien sangat dibatasi dengan ketat. Selain itu, para sukarelawan yang biasanya datang untuk menghibur telah dilarang.

Mengetahui ide putrinya tersebut, ibunda Schneider menghubungkan mereka dengan the Valerie Fund. Yayasan ini mengoperasikan pusat perawatan anak gratis di lima rumah sakit, terutama di New Jersey.

"Saya ingin mereka tahu bahwa mereka tidak sendirian," ujar Schneider. Schneider kemudian berkonsultasi dengan staf the Valerie Fund. Ia meminta saran tentang hiburan apa yang bisa diberikan kepada anak-anak yang menjalani perawatan medis tersebut.

Email akhirnya menjadi sarana. Schneider menjadi "sahabat email" mereka. Schneider juga menempelkan foto binatang lucu dan meme untuk diperlihatkan kepada anak-anak itu.

Salah satu anggota tim Schneider adalah neneknya sendiri, Estelle Slon. Ia menjadi gudang teka-teki dan pantun yang menjadi bahan yang disuguhkan kepada anak-anak itu.

Salah satu pasien yang menerima hiburan dari Schneider dan timnya adalah Sophie Chhowalla (8 tahun). Siswa kelas tiga sekolah dasar ini pada November lalu didiagnosis kanker langka stadium lanjut. Sophie menjalani kemoterapi yang mengharuskannya menginap di rumah sakit setiap tiga minggu sekali.

Sejak didiagnosa memiliki kanker, Sophie tidak bisa lagi pergi ke sekolah. Namun, dia ikut berpartisipasi melalui robot telepresence yang memungkinkan dia belajar bersama teman-teman sekelasnya.

Setelah diberlakukan lockdown, dia kehilangan interaksi dengan teman-temannya dan merasa kesepian. Selain itu, ketika menjalani perawatan pihak rumah sakit tidak mengizinkan teman-teman maupun kerabat Sophie untuk menjenguk. Dia hanya boleh ditemani oleh orang tuanya saja. Ibunda Sophie, Jill Chhowalla berterima kasih dengan gerakan yang dilakukan oleh Schneider dan teman-temannya.

Sophie tampak tertawa riang ketika melihat sebuah gambar seekor anjing dengan bayi perempuan di kepalanya. Sophie sangat terhibur dengan kehadiran email dari Schneider dan teman-temannya.

"Ini adalah perubahan yang sulit," kata Jill.

Direktur Eksekutif The Valerie Fund, Barry Kirschner mengatakan, sebelum pandemi virus korona para sukarelawan biasanya datang ke sejumlah rumah sakit di Amerika Serikat (AS), untuk menghibur dan memberikan dukungan kepada anak-anak yang menderita sakit parah. Misalnya saja di Children's National Hospital, Washington, DC, para sukarelawan membacakan buku untuk para pasien. Selain itu, mereka juga mendapatkan kunjungan rutin dari anjing terapi.

Namun, sejak pandemi berlangsung rumah sakit menetapkan kebijakan bahwa pasien yang berusia di bawah 18 tahun hanya boleh ditemani oleh salah satu orang tua atau pengasuh. Mereka tidak lagi mendapatkan kunjungan dari teman-teman, kerabat, maupun sukarelawan yang menghibur mereka.

"Sebelum pandemi ini, mereka memiliki orang-orang untuk menghibur mereka. Rumah sakit adalah tempat yang sangat menyeramkan bagi anak-anak," ujar Kirschner.

Rumah sakit di sejumlah wilayah di AS bekerja sama dengan yayasan seperti The Valerie Fund untuk mengumpulkan sukarelawan, dan membantu memberikan hiburan kepada anak-anak yang menjalani perawatan khusus. Koordinator sumber daya rumah sakit, Allie Williams menyerukan kepada para sukarelawan untuk membacakan cerita bagi anak-anak dengan merekam diri mereka sendiri. Williams juga meminta mereka untuk merekam cerita sebelum tidur. Rekaman video itu akan disiarkan di stasiun televisi internal rumah sakit. Dengan demikian, anak-anak yang sedang menjalani perawatan khusus bisa terhibur dengan cerita-cerita tersebut. n ap ed: yeyen rostiyani

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat