
Internasional
Israel Membabi-buta, Kota Gaza Jadi Perangkap Maut
Israel mengeklaim telah menguasai 80 persen Kota Gaza.
GAZA – Setidaknya 10 warga Palestina syahid hingga Kamis malam akibat serangan udara dan tembakan Israel yang menargetkan beberapa wilayah di Jalur Gaza. Sementara serangan ke Kota Gaza membuat wilayah itu kian terkepung dan mematikan.
Kantor berita WAFA melansir, tiga orang syahid ketika serangan Israel menghantam sebuah rumah dekat Sekolah Al-Falah di lingkungan Al-Zaytoun, tenggara Kota Gaza. Empat orang lainnya, termasuk anak-anak, syahid ketika pasukan Israel mengebom sebuah kendaraan di dekat persimpangan Al-Tayaran di barat kota.
Beberapa orang lainnya dilaporkan syahid dalam serangan udara yang menargetkan sekelompok orang di dekat Menara Al-Dhafer di daerah Al-Saraya di Kota Gaza. Sementara itu, seorang wanita ditembak mati oleh pesawat tak berawak Israel di lingkungan Al-Baraka di Deir al-Balah, di Gaza tengah.
Jurnalis Bilal Al-Nabih terluka akibat tembakan Israel saat meliput pemboman yang sedang berlangsung dan pembongkaran rumah di lingkungan Al-Sabra, selatan Kota Gaza. Pasukan Israel juga meledakkan dan menghancurkan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas di daerah Qizan Al-Najjar, selatan Khan Younis di selatan Gaza.

Pengeboman tanpa pandang bulu yang dilakukan militer Israel di Kota Gaza membuat seluruh wilayah itu menjadi puing-puing, memaksa warga mengungsi karena panik. Tidak ada tempat yang aman di wilayah tersebut, yang telah dibombardir tanpa henti selama 23 bulan.
Dalam pengeboman terkini, enam warga Palestina syahid dan 50 lainnya terluka setelah pesawat tempur Israel menargetkan beberapa rumah berpenduduk di Kota Gaza. Jurnalis Muhammad Rabbah melaporkan bahwa serangan udara intens menghantam sejumlah rumah di lingkungan Al-Tuffah, sebelah timur Kota Gaza.
Beberapa korban syahid dan terluka telah dipindahkan ke Rumah Sakit Baptis, sementara yang lain masih terjebak di bawah reruntuhan. Hal ini terjadi ketika Israel melanjutkan serangannya di Jalur Gaza, yang mengakibatkan ribuan orang menjadi syuhada dan terluka.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza mengumumkan jumlah korban tewas akibat agresi Israel telah meningkat menjadi 64.231 orang syahid dan 161.583 orang luka-luka sejak 7 Oktober tahun ini.
Serangan Israel sepanjang waktu terhadap apa yang disebut UNICEF sebagai “kota ketakutan” termasuk serangan terhadap sebuah tenda di lingkungan Tal al-Hawa pada Kamis yang menewaskan seluruh keluarga yang terdiri dari lima orang, termasuk tiga anak.

Rekaman video serangan tersebut menunjukkan warga Palestina berada di luar tenda yang rusak, membersihkan barang-barang yang berserakan, termasuk sepasang sandal merah muda berlumuran darah yang tergeletak di antara puing-puing.
"Saya dan anak-anak saya sedang tidur di tenda ketika kami mendengar suara bom. Pecahan peluru menimpa kami, dan keempat anak saya mulai berteriak," kata Israa al-Basous kepada kantor berita AFP.
Serangan dilaporkan terjadi di distrik Zeitoun, Sabra, Tuffah, Nassr dan Shujaiya di Kota Gaza, ketika militer memusnahkan seluruh lingkungan dalam upayanya untuk mengusir sekitar satu juta orang dari pusat kota terbesar di wilayah tersebut.
Pemboman besar-besaran di lingkungan Tuffah menewaskan sedikitnya delapan orang dan melukai puluhan lainnya, menurut Mahmoud Basal, juru bicara layanan darurat sipil di wilayah tersebut.
Di Shujaiya, serangan Israel terhadap sebuah bangunan tempat tinggal menewaskan sedikitnya dua orang, menurut sumber ambulans. Dan di Zeitoun, tiga mayat ditarik keluar dari bawah reruntuhan rumah milik keluarga al-Ghaf yang hancur.

“Mereka berpindah dari satu daerah ke daerah lain yang tidak terlalu berbahaya, namun masih dalam jangkauan tembakan militer Israel, serangan udara dan pemboman,” kata Koresponden Al Jazeera.
Ia mengatakan banyak dari pengungsi yang mengungsi dengan harapan menemukan keselamatan selama beberapa hari, namun ternyata mereka harus mengungsi lagi.
Banyak dari mereka yang melarikan diri ke lingkungan Sheikh Radwan di kota tersebut, hanya untuk menemukan tank-tank yang bergerak maju ke wilayah barat laut pusat kota, menghancurkan rumah-rumah dan menyebabkan kebakaran di tenda-tenda perkemahan.
Rumah sakit kewalahan menangani korban jiwa. Di Rumah Sakit al-Shifa Kota Gaza, lantai kamar mayat dipenuhi jenazah yang dibungkus kain kafan putih. Seorang wanita mengelus kepala putranya yang meninggal saat jenazahnya dibaringkan di luar di atas tandu. "Kau tinggalkan aku pada siapa, Nak? Kenapa? Kenapa?" dia menangis.
Tess Ingram, manajer komunikasi UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, memperingatkan bahwa hampir satu juta orang terjebak di “kota ketakutan, pelarian dan pemakaman”. Secara total, 44 orang syahid pada Kamis di Kota Gaza.

Ketika penduduk yang ketakutan berpencar untuk mencari perlindungan dari bom, juru bicara militer Israel Brigadir Jenderal Effie Defrin mengatakan bahwa pasukan kini menguasai 40 persen kota.
Operasi tersebut, katanya, akan “terus diperluas dan diintensifkan” dalam beberapa hari mendatang. Badan pengecekan fakta Sanad milik Al Jazeera menganalisis gambar satelit yang menunjukkan “kehadiran besar” lebih dari 52 kendaraan tentara Israel di lingkungan Zeitoun.
Gambar-gambar tersebut, yang diambil pada tanggal 25 Agustus dan 1 September, menunjukkan pola yang jelas mengenai perpindahan paksa penduduk dari bagian utara dan tengah Kota Gaza ke arah barat – khususnya, di sepanjang Jalan al-Rashid dan pantai.
Warga Palestina yang meninggalkan Kota Gaza selama beberapa bulan terakhir telah menemukan kondisi yang mengerikan di wilayah selatan, di mana pergerakan massal telah membuat tenda-tenda pengungsi semakin padat dan mendorong harga barang-barang kebutuhan pokok jauh lebih tinggi.

Shorouk Abu Eid, seorang wanita hamil dari Kota Gaza, yang mengungsi ke Khan Younis empat bulan lalu, mengatakan kedatangan lebih banyak orang dari utara telah memperburuk penderitaan mereka. “Tidak ada privasi, tidak ada ketenangan,” katanya kepada kantor berita The Associated Press.
Bagaimanapun, warga Palestina yang melarikan diri kemungkinan besar akan menghadapi kematian dan kehancuran kemanapun mereka pergi. Pada Kamis, Israel juga mengebom kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah, menewaskan tujuh orang, termasuk tiga anak-anak.
Dan di Rafah selatan, pasukan Israel menembaki sekelompok orang yang mencari bantuan di dekat titik distribusi bantuan, menewaskan tujuh orang dan melukai lebih banyak lagi. Di wilayah kantong tersebut, 75 orang syahid akibat serangan darat dan udara tentara Israel sejak fajar.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Genosida di Gaza Makin Nyata
Mayoritas pakar menyepakati bahwa Israel melakukan genosida di Gaza.
SELENGKAPNYAKorban Kelaparan di Gaza Terus Melonjak
Tiga anak meninggal kelaparan dalam 24 jam belakangan.
SELENGKAPNYA