
Internasional
Ben Gvir, Provokator yang Menyalakan Timur Tengah
Penerobosan ke Masjid al-Aqsa terus dilakukan ekstremis Yahudi.
Menteri keamanan nasional sayap kanan Israel memimpin doa pada Ahad di tempat suci paling sensitif di Yerusalem. Hal ini memicu kecaman internasional dan meningkatkan ketegangan ketika Israel menghadapi kritik keras atas perang di Gaza.
Itamar Ben-Gvir sering mengunjungi kompleks puncak bukit Yerusalem yang diperebutkan selama perang di Gaza.
Orang-orang Yahudi memuja situs tersebut sebagai Temple Mount, tempat kuil-kuil dalam Alkitab pernah berdiri. Ini adalah situs paling suci dalam Yudaisme. Saat ini, di sana terdapat Masjid Al Aqsa, situs tersuci ketiga dalam Islam. Ketegangan di kompleks tersebut seringkali berubah menjadi kekerasan selama bertahun-tahun.
Ini adalah tindakan pembangkangan terbaru yang dilakukan oleh pemimpin pemukim ultranasionalis berusia 49 tahun yang selama beberapa dekade mengubah dirinya dari seorang penjahat dan provokator menjadi salah satu politisi paling berpengaruh di Israel.
Sejak Israel merebut situs tersebut pada tahun 1967, orang-orang Yahudi diizinkan untuk berkunjung tetapi tidak berdoa di sana. Warga Palestina menganggap masjid itu sebagai simbol nasional dan memandang kunjungan para pemimpin Yahudi sebagai hal yang provokatif dan berpotensi menjadi awal bagi Israel untuk mengambil kendali atas kompleks tersebut.

Kebanyakan rabbi melarang orang Yahudi untuk berdoa di situs tersebut, namun dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan gerakan orang Yahudi yang mendukung ibadah di sana. Ben-Gvir telah lama menyerukan akses yang lebih besar bagi orang Yahudi ke situs suci tersebut.
Ben-Gvir berkunjung untuk memperingati hari raya Yahudi Tisha B’Av, hari berkabung dan pertobatan ketika orang Yahudi merenungkan penghancuran Kuil Pertama dan Kedua, peristiwa penting dalam sejarah Yahudi.
Kunjungan seperti yang dilakukan Ben-Gvir adalah sah. Media Israel mengatakan kunjungan tersebut adalah pertama kalinya seorang menteri secara aktif dan vokal memimpin doa. Ben-Gvir juga menyerukan Israel untuk menaklukkan dan mendeklarasikan kedaulatan atas seluruh Jalur Gaza dan mendorong migrasi “sukarela” dari Gaza untuk mengakhiri perang dan membawa kembali para sandera. Warga Palestina mengatakan rencana migrasi tersebut adalah kedok pengusiran paksa.
Menanggapi kunjungan Ben-Gvir, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan status quo di situs tersebut tidak berubah dan tidak akan berubah untuk mengizinkan ibadah Yahudi.
Ben-Gvir telah dihukum delapan kali karena pelanggaran yang mencakup rasisme dan mendukung organisasi teroris. Tentara melarangnya melakukan wajib militer ketika ia masih remaja, karena menganggap pandangannya terlalu ekstrem.
Ben-Gvir mendapatkan ketenaran di masa mudanya sebagai pengikut mendiang rabi radikal Meir Kahane. Ia pertama kali menjadi tokoh nasional ketika ia memecahkan hiasan kap mobil Perdana Menteri Yitzhak Rabin pada tahun 1995.
“Kami mendatangi mobilnya, dan kami akan menemuinya juga,” katanya, hanya beberapa minggu sebelum Rabin dibunuh oleh ekstremis Yahudi yang menentang upaya perdamaiannya dengan Palestina.
Dua tahun kemudian, Ben-Gvir mengambil tanggung jawab untuk mengatur kampanye protes, termasuk ancaman pembunuhan, yang memaksa penyanyi Irlandia Sinead O’Connor membatalkan konser perdamaian di Yerusalem.

Kebangkitan politik Ben-Gvir adalah puncak dari upaya bertahun-tahun anggota parlemen yang paham media untuk mendapatkan legitimasi. Namun hal ini juga mencerminkan pergeseran pemilih ke sayap kanan di Israel yang membawa ideologi agama dan ultranasionalisnya ke dalam arus utama dan menghilangkan harapan bagi kemerdekaan Palestina.
Ben-Gvir dilatih sebagai pengacara dan memperoleh pengakuan sebagai pengacara pembela yang sukses bagi ekstremis Yahudi yang dituduh melakukan kekerasan terhadap warga Palestina.
Dengan kecerdasan yang cepat dan sikap ceria, Ben-Gvir yang blak-blakan juga menjadi tokoh populer di media, membuka jalannya untuk memasuki dunia politik. Dia pertama kali terpilih menjadi anggota parlemen pada tahun 2021.
Ben-Gvir menyerukan deportasi lawan politiknya. Dalam sebuah episode pada tahun 2022, dia mengacungkan pistol dan mendorong polisi untuk menembaki pelempar batu Palestina di lingkungan Yerusalem yang tegang. Dalam jabatan Kabinetnya, Ben-Gvir mengawasi kepolisian negara tersebut. Dia menggunakan pengaruhnya untuk mendorong Netanyahu agar terus melanjutkan perang di Gaza dan baru-baru ini sesumbar bahwa dia telah menghalangi upaya-upaya mencapai gencatan senjata di masa lalu.
Sebagai menteri keamanan nasional, ia mendorong polisi untuk mengambil tindakan tegas terhadap pengunjuk rasa anti-pemerintah.

Ben-Gvir mengamankan jabatan Kabinetnya setelah pemilu tahun 2022 yang menempatkan Netanyahu dan mitra sayap kanannya, termasuk partai Kekuatan Yahudi pimpinan Ben-Gvir, berkuasa.
“Selama setahun terakhir saya menjalankan misi untuk menyelamatkan Israel,” kata Ben-Gvir kepada wartawan sebelum pemilu tersebut. "Jutaan warga menunggu pemerintahan sayap kanan yang sebenarnya. Sudah tiba waktunya untuk memberikan pemerintahan itu kepada mereka."
Ben-Gvir telah menjadi magnet kontroversi selama masa jabatannya – mendorong distribusi senjata secara massal kepada warga Yahudi, mendukung upaya kontroversial Netanyahu untuk merombak sistem hukum negara tersebut dan sering mengecam para pemimpin AS karena dianggap meremehkan Israel.
Ben-Gvir untuk sementara mengundurkan diri dari kabinet Perdana Menteri Netanyahu awal tahun ini untuk menyatakan ketidaksetujuannya terhadap perjanjian gencatan senjata di Gaza.
Gencatan senjata berlangsung dari 19 Januari hingga 1 Maret. Hamas membebaskan 25 sandera Israel dan delapan jenazah lainnya sebagai imbalan atas hampir 1.800 tahanan Palestina, termasuk militan senior yang menjalani hukuman seumur hidup karena serangan mematikan. Pasukan Israel mundur ke zona penyangga, ratusan ribu warga Palestina kembali ke rumah mereka yang tersisa, dan terjadi lonjakan bantuan kemanusiaan.
Pengunduran diri Ben-Gvir tidak menghentikan gencatan senjata, namun melemahkan koalisi pemerintahan Netanyahu. Ben-Gvir bergabung kembali dengan kabinet ketika Israel mengakhiri gencatan senjata dan kembali aktif bertempur di Gaza pada Maret 2025.
Pekan lalu, Belanda melarang Ben-Gvir dan Menteri Keuangan sayap kanan Betzalel Smotrich memasuki negara itu. Inggris, Australia, Kanada, Selandia Baru dan Norwegia menjatuhkan sanksi keuangan terhadap kedua orang tersebut bulan lalu.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Israel Terus Lancarkan Rencana Penghancuran Gaza
Puluhan warga Gaza kembali dibantai Israel.
SELENGKAPNYASlovenia Larang Jual Senjata ke Israel
Portugal menyatakan tengah berkonsultasi untuk mengakui Palestina.
SELENGKAPNYAPuluhan Syahid Dibunuh Israel di Gaza
Sedikitnya 70 pencari makanan di bunuh di pusat bantuan.
SELENGKAPNYA