ILUSTRASI Masjid Agung Banten. | DOK WIKIPEDIA

Kitab

Dari Hulu ke Hilir: Lintasan Sejarah Banten Dalam Buku Legasi Maulana Hasanuddin

Buku ini menawarkan perspektif yang segar dan komprehensif tentang sejarah Banten.

Sebagai salah satu kerajaan Islam yang berpengaruh di Nusantara, Kesultanan Banten menyimpan kisah kejayaan maritim, diplomasi, dan dakwah Islam. Buku karya Prof Mufti Ali, Dr M Ali Fadilah, dan Brigjen TNI Fierman S Agustus ini mengajak pembaca untuk menelusuri jejak sejarah Banten yang merentang sejak abad ke-16 Masehi hingga masa keruntuhannya.

Berbeda dengan buku-buku lainnya yang mengenai sejarah Banten, karya berjudul Legasi Maulana Hasanuddin Banten ini menyuguhkan narasi dari berbagai sisi. Para penulisnya menyoroti kerajaan Islam ini dari perspektif geohistoris, arkeologis, hingga filosofis. Uraiannya ditutup dengan sketsa biografi tentang Maulana Hasanuddin, sang pendiri Kesultanan Banten.

Legasi Maulana Hasanuddin Banten dibuka dengan pembahasan tentang bentang natural Banten. Wilayah yang kini menjadi sebuah provinsi Indonesia ini memiliki kekayaan alam yang variatif, baik flora maupun faunanya. Daerah tersebut juga mengandung mineral yang bernilai tinggi, termasuk emas dan perak.

Pada bab pertama, buku ini memaparkan upaya-upaya menyelidiki jejak manusia pertama di Banten. Dalam hal ini, situs arkeologis yang paling terkenal ialah punden berundak (terraced pyramid) di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Kampung Cibedug, Desa Citorek Barat, Kabupaten Lebak. Masyarakat setempat menganggapnya sebagai tempat keramat (hlm 18).

Berlanjut ke narasi tentang zaman kuno. Pada bab kedua buku ini, para penulisnya menegaskan, sejak dua ribu tahun silam Banten telah menjadi wilayah yang kaya akan sumber alam. Karena itu, bagian paling barat Pulau Jawa ini kerap menjadi objek eksploitasi, yang ditransformasikan sebagai komoditas ekonomi penduduk.

Tumbuhnya permukiman di hulu dan hilir wilayah Banten adalah efek dari pengelolaan sumber daya yang tersedia. Pada gilirannya, hal ini berdampak pada pertanian dan perdagangan pada jaringan maritim di Asia Tenggara.

Lokasi strategis dan kekayaan sumber daya alam menjadikan Banten berperan strategis dalam ekonomi internasional, khususnya di jalur laut yang menghubungkan antara India dan China. Penguasa lokal memanfaatkan aktivitas perdagangan lintas benua yang singgah di pesisir wilayahnya. Hal itu sesungguhnya sudah dimulai sejak era Kerajaan Tarumanegara, tetapi lebih pesat terjadi pada abad ke-10, yakni masa Kerajaan Sunda.

photo
Buku Legasi Maulana Hasanuddin Banten - (ist)

Penguasa Sunda membangun kota di Banten Girang dan pelabuhannya di muara Ci Banten. Tapak perdagangan maritime di awal era zaman dagang kemudian makin menguat setelah kedatangan Islam ke Banten (hlm 31). Sunan Gunung Jati, salah seorang wali sanga, meyakinkan putranya yang bernama Maulana Hasanuddin, untuk memindahkan ibu kota ke muara Ci Banten. Hal ini mengisyaratkan, kemajuan hanya akan dicapai bila pusat pemerintahan berada di pesisir utara—sebagaimana yang terjadi pada Demak.

Kemunduran Kerajaan Majapahit sejak abad ke-15 Masehi membuka jalan bagi muncul dan berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Demak menjadi yang pertama di pulau tersebut.

Pada 1526, Sunan Gunung Jati, Maulana Hasanuddin, dan seorang punggawa Banten Girang yang telah memihak Demak, melancarkan serangan ke wilayah Sunda tersebut. Misi ini berhasil. Sejak saat itu, Banten menjadi daerah taklukan Demak.

Bab ketiga membahas tentang kebangkitan Banten sebagai sebuah kerajaan Islam. Kemenangan Demak atas Sunda juga menandakan tertutupnya kemungkinan ekspansi pengaruh Portugis di Jawa.

Sebelumnya, pada 1511 armada Alfonso de Albuquerque, dengan ambisi memonopoli perniagaan rempah-rempah di seluruh Nusantara, telah menaklukkan Bandar Malaka dan Pasai. Setelah itu, Sunda mengadakan Perjanjian Padrong dengan Portugis sehingga entitas Eropa ini dibolehkan mendirikan benteng di Sunda Kelapa (kini Jakarta).

Imbas dari kesepakatan ini memicu Demak untuk bergerak. Hingga akhirnya, Sunda terpaksa melepas Banten dari genggaman.

Tidak hanya mengusir Portugis dari Jawa, penaklukan Banten oleh Demak pun membuka jalan bagi meluasnya syiar Islam di sana. Seperti dicatat dalam naskah “Carita Purwaka Caruban Nagari” (1720), yang dikutip dalam buku ini: “Syarif Hidayat yang bergelar Susuhunan Jati pergi menyiarkan ajaran Islam ke Banten. Di sana, ia memperistri Nyai Kawunganten, adik Bupati Banten. Melalui perkawinan ini, Bupati Banten dan sebagian dari para pembesar serta warga masyarakat Banten menjadi penganut agama Islam” (hlm 62-63).

photo
Masjid Agung Banten, Serang, Banten, Selasa (11/4). Masjid ini dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama dari Kesultanan Banten. Ia adalah putra pertama dari Sunan Gunung Jati. Republika/ Wihdan - (Republika/ Wihdan)

Bab terakhir buku ini berjudul “Tapak Karya.” Dalam bagian ini, para penulisnya menguraikan perihal peninggalan Banten dan juga catatan tekstual tentang kerajaan Islam ini. Dokumen-dokumen Eropa, terutama kesaksian langsung maupun tidak langsung dari orang Portugis, telah menjelaskan situasi Banten dan sekitarnya pada awal abad ke-16 M, belasan tahun sebelum kelompok elite Islam berkuasa di sana.

Berdasarkan catatan yang ada, Banten telah menunjukkan karakter kosmopolitan. Ciri ini semakin kentara ketika wilayah tersebut dalam masa kekuasaan Islam. Buku Legasi Maulana Hasanuddin Banten ini dengan bernas menampilkan bukti-bukti arkeologis maupun tekstual tentang reputasi Banten sebagai kerajaan dengan reputasi dunia.

Secara keseluruhan, Legasi Maulana Hasanuddin Banten setebal 138 halaman ini dapat membuka cakrawala luas tentang riwayat Kerajaan Banten dan pengaruh sang putra wali songo. Terbitan Gramedia Pustaka Utama ini juga unggul dalam hal tampilan, semisal kertasnya yang terkesan lux sehingga cenderung berbeda dengan kebanyakan buku di pasaran.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Hantu-Hantu dalam Kepala

Cerpen A Rantojati

SELENGKAPNYA

Renungan Senja

Puisi Syarifah Rahmah

SELENGKAPNYA

Bertamu Ke Kampung Adat Cikondang

Kampung adat sejak abad ke-17 bertahan di tengah-tengah hunian modern.

SELENGKAPNYA