Para pemimpin dunia ambil bagian dalam KTT tahunan BRICS ke-17 di Rio de Janeiro, Ahad, 6 Juli 2025. - ( AP Photo/Eraldo Peres) | AP Photo/Eraldo Peres

Internasional

Ancaman Trump dan Ketakutan Terhadap BRICS

Trump menyatakan pengenaan tarif terhadap anggota BRICS segera diberlakukan.

WASHINGTON – Ancaman Presiden AS Donald Trump terhadap anggota-anggota BRICS menjadi-jadi. Yang terkini ia mengancam akan membubarkan kongsi ekonomi BRICS dengan penerapan tarif impor segera terhadap negara-negara anggota.

Donald Trump mengatakan pada Selasa bahwa AS akan "segera" mengenakan tarif 10 persen pada impor dari negara-negara BRICS. Ia  mengatakan dalam rapat kabinet di Gedung Putih bahwa tarif tersebut akan diberlakukan.

 "Siapa pun yang tergabung dalam BRICS akan segera mendapatkan tarif 10 persen... Jika mereka adalah anggota BRICS, mereka harus membayar tarif 10 persen... dan mereka tidak akan lama menjadi anggota."

Kelompok BRICS tahun lalu berkembang melampaui Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan hingga mencakup anggota seperti Iran dan Indonesia. Para pemimpin di KTT di Rio de Janeiro menyuarakan kritik tidak langsung terhadap kebijakan militer dan perdagangan AS.

Ketika ditanya tentang ancaman tarif Trump, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva mengatakan kepada wartawan di KTT BRICS bahwa dunia tidak menginginkan seorang kaisar. Setelah kunjungan kenegaraan Perdana Menteri India Narendra Modi, Lula pada hari Selasa menyatakan ketidaksetujuannya lebih lanjut.

photo
Para pemimpin dunia berfoto di sela dalam KTT tahunan BRICS ke-17 di Rio de Janeiro, Ahad, 6 Juli 2025. - ( AP Photo/Eraldo Peres) - (AP Photo/Eraldo Peres)

"Kami tidak akan menerima keluhan apapun mengenai KTT BRICS. Kami tidak setuju dengan sindiran presiden AS bahwa dia akan mengenakan tarif pada negara-negara BRICS," katanya kepada wartawan di Brasilia.

Trump tidak memberikan tanggal spesifik kapan tarif BRICS akan diberlakukan. Pada hari Senin, sebuah sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan bahwa pemerintahan Trump akan mengenakan tarif hanya jika negara-negara tersebut mengadopsi kebijakan anti-Amerika, sehingga membedakan tindakan tersebut dari pernyataan seperti yang diadopsi oleh para pemimpin BRICS pada hari Ahad.

Trump mengklaim tanpa bukti pada hari Selasa bahwa kelompok tersebut dibentuk untuk merugikan Amerika Serikat dan peran dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia. Ia menekankan tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

“BRICS didirikan untuk melemahkan dolar kita dan mengambil dolar kita… menjadikannya sebagai standar,” katanya. "Dan tidak apa-apa jika mereka ingin memainkan permainan itu, tapi saya juga bisa memainkan permainan itu."

Trump mengatakan kehilangan peran dolar sebagai mata uang cadangan dunia seperti "kalah dalam perang, perang dunia yang besar. Kita tidak akan menjadi negara yang sama lagi." Brasil pada bulan Februari membatalkan rencana agenda mata uang bersama selama tahun kepresidenannya.

Lini Masa Perluasan BRICS - (Republika)  ​

Apa yang membuat Presiden AS sedemikian terlihat ketakutan menghadapi koalisi tersebut?

Trump pekan lalu menggandakan tindakannya terhadap blok BRICS yang terdiri dari negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi pesat, termasuk Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan, dengan memperingatkan bahwa upaya mereka untuk melemahkan dominasi dolar AS akan mengancam supremasi ekonomi AS.

Sama seperti para pemimpin BRICS yang bertemu di Rio de Janeiro untuk pertemuan puncak tahunan mereka, Trump pada hari Ahad berjanji untuk mengenakan tarif tambahan sebesar 10 persen pada negara manapun yang mendukung “kebijakan anti-Amerika” kelompok tersebut, yang menambah tekanan pada pungutan perdagangan yang ada dan ancamannya.

Jeda tarif yang lebih tinggi yang ditetapkan pemerintahan Trump selama 90 hari akan berakhir pada hari Rabu, dan surat telah dikirim untuk memberi tahu lusinan negara mengenai pungutan impor baru AS, menurut Gedung Putih.

Meskipun ancaman terbarunya jauh lebih rendah dibandingkan tarif 100 persen yang dijanjikan pada bulan Januari terhadap negara-negara yang “bermain-main dengan dolar,” Trump tetap bersikukuh mengenai perlunya menjaga cadangan mata uang dunia.

photo
Ramai-Ramai Dedolarisasi - (Republika)

Selama dekade terakhir, BRICS telah berkembang dari empat menjadi 10 anggota, termasuk Indonesia, yang bergabung pada bulan Januari. Arab Saudi terdaftar sebagai anggota tetapi belum mengonfirmasi statusnya. Blok ini juga memiliki sembilan negara mitra, sementara puluhan negara lainnya sedang mengantri untuk bergabung.

Blok tersebut, yang disebut-sebut sebagai alternatif China terhadap negara-negara kaya G7 (Kelompok Tujuh), kini mewakili seperempat perekonomian global dan hampir separuh populasi dunia.

“Trump punya alasan untuk khawatir,” kata Alicia Garcia-Herrero, peneliti senior di lembaga pemikir Bruegel yang berbasis di Brussels, kepada Deutsche Welle. “BRICS jelas-jelas anti-Barat. Salah satu misinya adalah mengubah tatanan global.”

BRICS baru-baru ini mengintensifkan upaya untuk mengurangi ketergantungan pada dolar dengan mempromosikan perdagangan mata uang lokal di antara anggotanya.

Tersengat oleh sanksi dan tarif Barat, Rusia dan China mempelopori apa yang disebut sebagai langkah dedolarisasi, dengan menyelesaikan kesepakatan energi dalam mata uang rubel dan yuan. Sementara itu, India telah membayar minyak murah Rusia sejak tahun 2023 dalam yuan, rubel, dan bahkan dirham Uni Emirat Arab.

Ambisi yang lebih besar, seperti mata uang bersama yang didukung emas, yang dijuluki “Unit,” sejauh ini terhenti di tengah perpecahan internal antara anggota BRICS yang kuat. India, yang mewaspadai dominasi yuan China, telah menolak rencana tersebut, sementara tuan rumah KTT tahun 2025, Brasil, juga ingin memprioritaskan perdagangan mata uang lokal dibandingkan mata uang tunggal.

photo
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping saat resepsi meriah KTT BRICS di Kazan, Rusia, Rabu, 23 Oktober 2024. - ( Alexander Nemenov, Pool Photo via AP)

“India, bersama Brasil, berupaya menyeimbangkan pesan anti-Barat dari BRICS, yang didominasi oleh Tiongkok dan Rusia,” kata Garcia-Herrero, yang juga kepala ekonom (Asia Pasifik) di bank investasi Prancis Natixis.

Menurut situs BRICS, dari sekitar 33 triliun dolar AS perdagangan global yang dilakukan pada tahun 2024, perdagangan intra-BRICS hanya menyumbang 3 persen, atau sekitar 1 triliun dolar AS.

“Mayoritas perdagangan dunia masih menggunakan dolar dan mata uang tradisional lainnya,” kata ekonom Herbert Poenisch kepada DW. "Dibutuhkan banyak hal untuk melengserkannya."

Mata uang AS digunakan dalam 90 persen transaksi global dan 59 persen cadangan devisa, sehingga mendorong beberapa ekonom berpendapat bahwa dedolarisasi masih merupakan ancaman yang jauh.

Mereka percaya bahwa alternatif BRICS apa pun akan terhambat oleh kontrol modal yuan, volatilitas rubel, dan keengganan beberapa anggota untuk meninggalkan greenback.

Dengan bergabungnya Mesir, Ethiopia, Iran, Uni Emirat Arab (UEA) dan Indonesia baru-baru ini dan juga hampir adanya negara-negara mitra atau afiliasi baru seperti Aljazair dan Malaysia, BRICS jelas berada pada jalur pertumbuhan yang pesat.

photo
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) menyambut Presiden Palestina Mahmoud Abbas (kiri) sebelum pertemuan mereka di sela-sela KTT BRICS di Kazan, Rusia, 24 Oktober 2024. - (ALEXANDER ZEMLIANICHENKO/POOL via EPA)

Banyak negara yang tertarik bergabung dengan blok ini karena alasan pragmatis, mengupayakan tatanan dunia multipolar yang tidak terlalu didominasi oleh Barat. Mereka yakin BRICS akan memperkuat suara negara-negara Selatan di panggung dunia.

Negara-negara yang takut akan sanksi Barat, seperti Iran dan Rusia, mengandalkan BRICS untuk membantu melindungi perekonomian mereka melalui BRICS Pay dan BRICS Bridge – alternatif yang direncanakan untuk sistem pesan pembayaran Barat, SWIFT.

Negara-negara lain, termasuk Ethiopia dan Mesir, mencari pendanaan pembangunan yang bebas dari ikatan politik yang sering dikaitkan dengan bantuan Barat. Namun ancaman terbaru Trump bisa membuat mereka berpikir dua kali.

“Tiba-tiba, menjadi bagian dari BRICS memerlukan biaya,” kata Garcia-Herrero kepada DW. “Hal ini mungkin akan mematahkan semangat beberapa pihak, khususnya negara-negara miskin.”

Meskipun jumlah anggotanya semakin besar dan janji-janjinya menjanjikan, BRICS masih kesulitan mewujudkan ambisinya menjadi tindakan. Blok ini tidak memiliki kohesi kelembagaan dan mengalami perpecahan geopolitik yang mendalam, terutama antara India dan China.

Upaya untuk membangun lembaga keuangan alternatif juga dilakukan dengan hati-hati dan cakupannya terbatas. Bank Pembangunan Baru (NDB), yang disebut-sebut sebagai saingan Bank Dunia, sejauh ini telah menyetujui pinjaman senilai 39 miliar dolar AS, dibandingkan dengan pinjaman Bank Dunia yang berjumlah lebih dari 1 triliun persen.

Para pemimpin BRICS dengan cepat menyadari bahwa ekspansi tidak sama dengan pengaruh. Tanpa visi strategis yang jelas, koordinasi yang lebih kuat, dan alternatif yang nyata, beberapa pengamat percaya bahwa blok tersebut berisiko menjadi sebuah klub simbolik dan bukan kekuatan transformatif.

“Trump tidak perlu khawatir,” kata ekonom Herbert Poenisch kepada DW. “BRICS masih dalam tahap awal, dan menjembatani berbagai perbedaan prioritas merupakan hal yang sulit.”

Meskipun terdapat banyak perbedaan, para pemimpin BRICS mengambil sikap tegas terhadap tarif Trump selama KTT Brasil. Dalam deklarasi yang diterbitkan Senin (7 Juni), para pemimpin mengkritik sanksi sepihak dan tarif proteksionis, tanpa menyebut nama Trump secara langsung. Blok tersebut memperingatkan bahwa tindakan seperti itu “menyimpangkan perdagangan global” dan melanggar peraturan WTO. 

Berkembang dari forum yang sebagian besar bersifat ekonomi, para pemimpin menekankan kerja sama dalam tata kelola kecerdasan buatan (AI), perubahan iklim dan kesehatan global, serta mengecam konflik global.

Para pemimpin BRICS mengatakan serangan bulan lalu terhadap Iran adalah “pelanggaran hukum internasional,” tanpa menyebut AS atau Israel. Mereka juga menegaskan kembali dukungan terhadap negara Palestina dan mengecam penggunaan “kelaparan sebagai senjata” di Gaza.

Deklarasi tersebut menghindari kritik langsung terhadap Rusia, yang mencerminkan pendekatan hati-hati karena keanggotaan Rusia, namun mengutuk serangan Ukraina terhadap infrastruktur Rusia dan menyerukan “penyelesaian perdamaian yang berkelanjutan.”

Para pemimpin BRICS juga menegaskan kembali komitmen mereka terhadap multilateralisme, hukum internasional, dan reformasi Dewan Keamanan PBB, termasuk kursi permanen untuk Brasil, India, dan negara Afrika.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Trump Kembali Ancam Sanksi Perlawanan BRICS

Presiden Brasil mengkhawatirkan runtuhnya multilateralisme dunia.

SELENGKAPNYA