
Internasional
Israel Membabi-Buta di Gaza
Pejuang Palestina tewaskan tiga tentara Israel di Gaza.
GAZA – Setidaknya 51 warga Palestina syahid dan puluhan lainnya terluka di Jalur Gaza pada Selasa, ketika pasukan Israel meningkatkan serangan mereka terhadap daerah padat penduduk dan titik distribusi bantuan.
Sumber medis di Rumah Sakit Al-Ahli Arab (Baptis) mengkonfirmasi bahwa 10 warga sipil syahid dalam penembakan Israel terhadap sebuah rumah tinggal di lingkungan Al-Sabra, selatan Kota Gaza.
Sementara itu, tiga orang ditembak mati dan banyak lainnya terluka ketika pasukan Israel melepaskan tembakan ke arah kerumunan yang menunggu bantuan kemanusiaan di utara Rafah.
Warga sipil lainnya syahid , dan beberapa lainnya terluka, dalam penembakan artileri Israel di lingkungan Al-Shuja’iya di timur Kota Gaza. Selain itu, drone Israel melepaskan tembakan ke timur laut kamp pengungsi Al-Bureij di Gaza tengah.
Menurut para pejabat medis, kematian hari ini menambah total korban tewas di Gaza sejak pagi hari menjadi 51 orang, termasuk 32 orang syahid saat menunggu makanan dan bantuan.

Sejak 7 Oktober 2023, agresi Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 55.998 warga Palestina, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 131.559 lainnya. Ribuan orang masih terjebak di bawah reruntuhan atau di daerah yang tidak dapat diakses oleh tim penyelamat karena pemboman yang sedang berlangsung.
Anak Palestina Hassan Barbakh dari Gaza meninggal pada hari Selasa karena ketidakmampuan sistem perawatan kesehatan di Jalur Gaza untuk memberinya perawatan yang diperlukan.
Koresponden WAFA melaporkan bahwa anak tersebut meninggal setelah menderita pembesaran hati, kebocoran ginjal, dan peningkatan keasaman darah yang parah, disertai malnutrisi parah.
Dia mencatat bahwa keluarganya mengajukan beberapa permohonan mendesak untuk menyelamatkan nyawa anak mereka dan memindahkannya ke luar negeri untuk berobat, namun permohonan mereka tidak berhasil. Anak tersebut menyusul saudaranya yang meninggal karena kondisi kesehatan serupa.
Kisah Barbakh mencerminkan salah satu contoh penderitaan yang dialami ribuan anak di Jalur Gaza, di mana banyak dari mereka menghadapi nasib serupa karena runtuhnya sistem layanan kesehatan, kekurangan obat-obatan dan peralatan, dan larangan perjalanan untuk berobat ke luar Jalur Gaza.

Keluarga-keluarga di Gaza dan organisasi-organisasi kemanusiaan terus menuntut penyelamatan anak-anak dan penyediaan perawatan medis sebelum lebih banyak lagi nyawa tak berdosa yang hilang akibat blokade pendudukan Israel dan pencegahan masuknya peralatan medis dan obat-obatan.
Komisi Ahli Hukum Internasional (ICJ) dan 14 LSM lainnya menyerukan agar lembaga bantuan multilateral diizinkan bekerja lagi di Gaza. Seruan tersebut muncul di tengah kekhawatiran mengenai kerja Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), sebuah organisasi yang didukung Israel dan Amerika Serikat yang terperosok dalam kontroversi.
Sejak GHF memulai operasinya pada akhir Mei, tentara Israel telah membunuh ratusan warga Palestina yang berkumpul untuk mendapatkan makanan di dekat pusat bantuan mereka.
Dalam sebuah surat, para penandatangan mengatakan mereka yang terlibat dalam operasi GHF di wilayah kantong tersebut berisiko terlibat dalam kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan dan kemungkinan genosida.
Philip Grant, direktur eksekutif TRIAL International, mengatakan model pemberian bantuan militer dan privatisasi GHF “melanggar prinsip-prinsip inti kemanusiaan”.

Dia menambahkan bahwa pekerjaan GHF “membuat semua orang yang mengaktifkan atau mengambil keuntungan darinya menghadapi risiko nyata penuntutan atas keterlibatan mereka dalam kejahatan perang, termasuk pemindahan paksa warga sipil dan kelaparan warga sipil sebagai metode peperangan”. Grant menyimpulkan bahwa akuntabilitas hukum atas tindakan GHF “jelas dan tidak dapat dihindari berdasarkan hukum internasional”.
Tentara Israel tewas
Brigade Qassam mengumumkan pembunuhan tiga tentara Israel di timur Jabalia, utara Jalur Gaza, pada Senin malam. Sementara seruan gencatan senjata di Gaza mengemuka di Israel menyusul kabar kesepakatan dengan Iran.
Brigade Al-Qassam mengatakan dalam sebuah posting di Telegram bahwa para pejuangnya “mengkonfirmasi, setelah kembali dari garis depan, bahwa mereka telah membunuh tiga tentara Zionis dengan senjata ringan dari jarak dekat di timur Jabalia, utara Jalur Gaza.”
Dalam konteks yang sama, Brigade Al-Qassam mengatakan bahwa mereka mengebom situs Al-Sanati yang baru didirikan di sebelah timur Khan Yunis di Jalur Gaza selatan dengan sejumlah mortir kaliber sedang.

Sejak dimulainya perang pada 7 Oktober 2023, 871 perwira dan tentara Israel telah tewas, termasuk 428 orang sejak dimulainya operasi darat pada 27 Oktober. Sebanyak 6.000 perwira dan tentara terluka sejak dimulainya perang, termasuk 2.738 dalam pertempuran darat di Jalur Gaza, menurut data resmi militer.
Operasi ini dilakukan sebagai bagian dari respons faksi-faksi Palestina terhadap genosida yang dilakukan oleh Israel di Jalur Gaza, dengan dukungan AS, sejak 7 Oktober 2023. Genosida ini mencakup pembunuhan, kelaparan, perusakan, dan pengungsian, yang bertentangan dengan seruan dan perintah internasional dari Mahkamah Internasional untuk menghentikannya.
Sementara, Yair Golan, pemimpin Partai Demokrat yang berhaluan kiri-tengah, mendesak pemerintah untuk mengikuti gencatan senjata yang diumumkan Iran dengan menyetujui gencatan senjata di Gaza.
“Sekarang adalah waktu untuk menyelesaikan misi: Kembalikan semua sandera, akhiri perang di Gaza dan hentikan kudeta yang mengancam untuk membuat Israel lemah, terpecah belah dan rentan,” kata Golan dalam sebuah postingan di X.
Pemimpin oposisi Yair Lapid menyampaikan seruan serupa. "Dan sekarang Gaza. Sudah waktunya untuk menyelesaikannya juga di sana," katanya dalam komentar yang dimuat The Times of Israel. "Kembalikan para sandera, akhiri perang. Israel perlu mulai membangun kembali."
Kerabat para tawanan Israel yang ditahan di Gaza menyerukan kepada pemerintah mereka untuk mengakhiri perang di wilayah Palestina dan menjamin kepulangan orang-orang yang mereka cintai.
"Perjanjian gencatan senjata harus diperluas hingga mencakup Gaza. Kami menyerukan kepada pemerintah untuk segera terlibat dalam perundingan yang akan mengarah pada kembalinya semua sandera dan berakhirnya perang. Jika mereka dapat mencapai gencatan senjata dengan Iran, mereka juga dapat mengakhiri perang di Gaza," kata Forum Sandera dan Keluarga Hilang dalam sebuah pernyataan di X.
"Tidak terpikirkan bahwa setelah operasi brilian di Iran dan pukulan telak dan menghancurkan terhadap poros Iran, Israel akan kembali tenggelam di rawa Gaza. Ini bertentangan dengan logika dan kepentingan Israel," katanya.
"Mengakhiri operasi di Iran tanpa memanfaatkannya untuk menjamin kembalinya semua sandera akan menjadi kegagalan diplomatik yang serius. Ada peluang bersejarah, dan pemerintah Israel memiliki kewajiban untuk memanfaatkannya dengan kedua tangan."
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Penghinaan dan Pembantaian di ‘Pusat Bantuan’ di Gaza
Warga Gaza bertaruh nywa untuk memeroleh makan tiap harinya.
SELENGKAPNYAUE Tegaskan Israel Lakukan Genosida di Gaza
Israel terus melakukan pembantaian di Gaza.
SELENGKAPNYAPerang Melawan Iran tak Membuat Israel Setop Pembantaian di Gaza
Israel membunuh belasan pekerja bantuan pada Rabu kemarin.
SELENGKAPNYA