Truk bantuan kemanusiaan untuk Jalur Gaza menuju penyeberangan Kerem Shalom saat petugas polisi perbatasan mencegah pengunjuk rasa memblokir jalan di Israel selatan, Rabu, 21 Mei 2025. | AP Photo/Ohad Zwigenberg

Internasional

Bantuan ke Gaza Masih Seret

Bantuan yang masuk ke Gaza belum mencapai warga.

GAZA – Israel mengeklaim sudah mulai membolehkan bantuan masuk ke Gaza. Namun menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), belum ada satu bantuan kemanusiaan pun yang benar-benar berhasil disalurkan ke warga di wilayah kantong Palestina itu. 

Pada Selasa (20/5/2025), Israel dilaporkan telah menyetujui masuknya 100 truk bantuan kemanusiaan ke Gaza. “Hari ini, salah satu tim kami menunggu selama beberapa jam untuk mendapatkan lampu hijau dari Israel agar dapat mengakses area Kerem Shalom dan mengambil suplai gizi. Sayangnya, mereka tidak dapat membawa suplai itu ke gudang kami,” kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric kepada wartawan, Selasa (20/5/2025).

“Jadi, untuk memperjelas, meskipun lebih banyak suplai telah berhasil masuk ke Jalur Gaza, kami belum dapat mengamankan kedatangan bantuan tersebut ke gudang dan titik distribusi kami.” Pernyataan tersebut mencuat setelah Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menyampaikan bahwa Israel telah menyetujui masuknya sekitar 100 truk bantuan ke Gaza. Jumlah truk yang diizinkan masuk itu meningkat tajam dibanding hanya sembilan truk sehari sebelumnya.

Namun, jumlah tersebut masih sangat jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan warga Gaza yang berada di ambang kelaparan, kata berbagai organisasi kemanusiaan dan lembaga internasional. “Pada akhirnya, hanya sekitar empat truk, bukan lima, yang diizinkan masuk kemarin. Hari ini, ada beberapa lusin... Namun yang perlu digarisbawahi adalah logistik, keamanan, dan situasi secara keseluruhan membuat proses ini sangat, sangat sulit,” kata Dujarric.

photo
Truk bantuan kemanusiaan untuk Jalur Gaza menuju penyeberangan Kerem Shalom saat petugas polisi perbatasan mencegah pengunjuk rasa memblokir jalan di Israel selatan, Rabu, 21 Mei 2025. - (AP Photo/Ohad Zwigenberg)

Ia menjelaskan bahwa bantuan itu saat ini masih tertahan di area bongkar muat karena prosesnya sangat kompleks: “Barang-barang harus melewati tembok Israel ke Gaza, masuk ke area di mana truk harus dibongkar dan dimuat ulang, lalu kami harus mendapat izin dari pasukan keamanan Israel untuk mengirim tim kami mengambil truk-truk tersebut.”

Pada Selasa, lanjut Dujarric, salah satu tim PBB memang berhasil masuk ke area tersebut. Tetapi karena waktu sudah terlalu sore, mereka tidak sempat membawa keluar truk-truk bantuan itu. “Tantangan utama kami adalah mengamankan jalur dari area bongkar muat menuju gudang atau titik distribusi. Kami perlu mendapat izin dari IDF (tentara Israel), dan kami juga harus memastikan area tersebut aman bagi tim kami.”

“Kondisi jalan yang sangat padat juga menjadi hambatan tambahan. Jadi situasinya benar-benar menantang,” katanya. Distribusi bantuan, menurut Dujarric, merupakan “proses yang sangat panjang, kompleks, rumit, dan berbahaya.”

Warga Palestina di Gaza mengatakan mereka putus asa dan mengiyakan jumlah bantuan yang dijanjikan Israel tidaklah cukup. "Bahkan jumlah bantuan yang mereka bicarakan dan kami dengar tidak cukup bagi siapapun. Bahkan tidak cukup untuk satu kelompok orang. Orang-orang akan berebut bantuan, bahkan jika bantuan itu datang, orang-orang akan berebut," kata seorang wanita lanjut usia di Kota Gaza.

"Kami tidak tahan dengan apa yang terjadi. Kami muak. Kami ingin kembali ke kota, rumah, dan kehidupan kami. Kami ingin kehidupan kembali normal seperti sebelumnya." Seorang pria Palestina di Kota Gaza mengatakan Israel berusaha menipu dunia dengan mengatakan truk bantuan memasuki Gaza.

“Ini tidak berguna bagi orang-orang di dalam,” katanya. "Para pengungsi di daerah ini semuanya membutuhkan makanan dan mengalami malnutrisi. Ketika kami membawa anak-anak ke rumah sakit, dokter selalu mengatakan bahwa orang tersebut mengalami malnutrisi dan memerlukan vitamin, makanan, dan air."

Aljazirah menyatakan, sekitar 100 truk-truk bantuan telah mendapat izin militer untuk mengakses wilayah Palestina. Namun mereka belum melakukan perjalanan ke daerah kantong tersebut. Mereka masih terjebak di perlintasan perbatasan. Hanya lima truk yang berhasil masuk.

Ini bisa menjadi tanda lain dari hambatan sistematis terhadap bantuan di Gaza. Banyak kritikus mengatakan Israel menunda masuknya truk bantuan sampai Yayasan Kemanusiaan Gaza – sebuah organisasi yang didukung Israel untuk mendistribusikan bantuan – akan mulai beroperasi di Gaza, pada akhir bulan ini. Yang lain mengatakan pemerintah Israel sangat terpecah mengenai distribusi bantuan.

photo
Truk yang membawa bantuan kemanusiaan memasuki Jalur Gaza dari Mesir di kota Rafah di Gaza selatan, 12 Februari 2025. - (AP Photo/Abdel Kareem Hana)

Beberapa truk bantuan yang masuk ke Gaza tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan Gaza yang sangat besar dan malah berfungsi sebagai “tabir asap” bagi Israel untuk “berpura-pura bahwa pengepungan telah berakhir”, menurut badan amal medis Doctors Without Borders, yang dikenal dengan inisial MSF dalam bahasa Prancis.

“Keputusan pemerintah Israel untuk mengizinkan bantuan dalam jumlah yang sangat tidak mencukupi ke Gaza setelah berbulan-bulan pengepungan ketat menandakan niat mereka untuk menghindari tuduhan kelaparan di Gaza, namun pada kenyataannya membuat mereka nyaris tidak bisa bertahan hidup,” kata Pascale Coissard, koordinator darurat MSF di Khan Younis.

Seperti yang telah kami laporkan, Israel telah menyetujui masuknya 100 truk bantuan untuk menyeberang ke daerah kantong tersebut, namun PBB mengatakan belum ada bantuan yang didistribusikan ke sana karena pembatasan yang dilakukan Israel.

Juru bicara UNRWA Louise Wateridge mengatakan badan tersebut memiliki cukup makanan di salah satu gudangnya di Yordania untuk memberi makan “200.000 orang saja selama sebulan penuh”. “Sudah berminggu-minggu di sini, siap memasuki Jalur Gaza,” kata Wateridge dalam video yang diambil di gudang, hanya beberapa jam perjalanan dari Gaza.

photo
Warga Palestina berjuang untuk mendapatkan sumbangan makanan di dapur komunitas di Khan Younis, di selatan Jalur Gaza, Jumat, 9 Mei 2025. - (AP Photo/Abdel Kareem Hana)

"Baru pagi ini, saya menerima rekaman dari rekan-rekan saya di Gaza. Mereka sama sekali tidak punya apa-apa lagi. Tapi, di sini, hanya beberapa jam perjalanan, semuanya ada," katanya, seraya menambahkan bahwa persediaan tersebut termasuk makanan dan obat-obatan. "Kami membutuhkan bantuan ini untuk masuk sekarang. Bantuan ini harus diberikan kepada orang-orang yang putus asa," tambahnya.

Doctors Without Borders, yang dikenal dengan singkatan MSF dalam bahasa Perancis, mengatakan bahwa Israel membiarkan jumlah bantuan yang tidak mencukupi masuk ke Gaza sebagai “tabir asap” bahwa pengepungannya telah berakhir, dan menjadikan rumah sakit dan klinik di wilayah tersebut sebagai sasaran “serangan intensif”, dan memaksa mereka berhenti beroperasi.

“Keputusan pemerintah Israel untuk mengizinkan bantuan dalam jumlah yang sangat tidak mencukupi ke Gaza setelah berbulan-bulan pengepungan ketat menandakan niat mereka untuk menghindari tuduhan kelaparan di Gaza, namun pada kenyataannya membuat mereka nyaris tidak bisa bertahan hidup,” kata Pascale Coissard, koordinator darurat MSF di Khan Younis.

“Rencana ini adalah cara untuk memanfaatkan bantuan, menjadikannya alat untuk mencapai tujuan militer pasukan Israel,” katanya.

MSF mengatakan bahwa setidaknya 20 fasilitas medis di Gaza telah “rusak, atau terpaksa tidak berfungsi sebagian atau seluruhnya dalam seminggu terakhir karena kemajuan operasi darat Israel, peningkatan serangan udara, dan perintah evakuasi yang meluas”.

Dikatakan bahwa timnya di Khan Younis melaporkan mendengar hampir satu serangan Israel per menit antara pukul 06.00 hingga 06.30 pada tanggal 19 Mei, termasuk satu serangan yang menghantam Rumah Sakit Nasser. Serangan tersebut merupakan yang ketiga kalinya terjadi di rumah sakit tersebut dalam dua bulan terakhir, dan hal ini merusak persediaan obat-obatan, tambahnya.

Sebelumnya, seorang anggota staf MSF di Deir el-Balah tengah mengatakan kepada Aljazirah bahwa kelompok tersebut belum melihat bantuan apapun didistribusikan dari sembilan truk gelombang pertama yang diizinkan Israel untuk masuk pada hari Senin.

Claire Manera juga mengatakan dia melihat “perempuan dan anak-anak yang sepertinya belum makan selama berminggu-minggu”, dan orang-orang yang kekurangan gizi membanjiri klinik untuk meminta bantuan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Bantuan tak Cukup, ‘Hanya Bom yang Masuk Gaza’

Kondisi di Gaza saat ini yang terburuk sejak 7 Oktober 2023.

SELENGKAPNYA

Israel Habisi Rumah Sakit di Gaza

Serangan Israel kian gencar sejak akhir pekan.

SELENGKAPNYA

Didesak Dunia, Israel Buka Blokade Bantuan ke Gaza

Kabinet Israel bersitegang soal bantuan ke Gaza.

SELENGKAPNYA