Transportasi publik seperti Transjakarta masih ramai di tengah imbauan pemerintah untuk menghindari keramaian. | Thoudy Badai_Republika

Jakarta

Transportasi Publik Jakarta Tetap Ramai

Karena transportasi publik masih ramai, rasanya sulit menerapkan kewaspadaan jarak 1-1,5 meter jarak antarmanusia.

JAKARTA -- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengeluarkan imbauan agar warga DKI Jakarta melakukan isolasi diri selama 14 hari untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19. Namun, titik pemberhentian transportasi publik di DKI Jakarta nyatanya tetap ramai.

Pemprov DKI Jakarta sempat memangkas layanan waktu dan intensitas operasional transportasi publik seperti Transjakarta, KRL dan MRT pada Senin (16/3) . Namun, yang terjadi, penumpang justru menumpuk di berbagai titik. Bahkan, di sejumlah stasiun, antrean penumpang mencapai bagian luar.

Pada Selasa (17/3), pemprov mengevaluasi kebijakannya dan membuka kembali transportasi publik seperti sebelumnya. Berdasarkan pantauan Republika di sejumlah titik seperti Stasiun Lenteng Agung, Pasar Minggu, Tebet dan Manggarai, Tanah Abang, tetap dipadati penumpang di jam sibuk.

Keadaan serupa juga terjadi di sejumlah halte Transjakarta, misalnya di halte Ragunan, Pejaten. Armada Transjakarta dari Ragunan menuju ke pusat tampak dipadati penumpang yang seperti hari-hari sebelum adanya imbauan pembatasan sosial (social distancing) yang diumumkan Gubernur Anies Baswedan.

Sementara itu, transportasi publik seperti angkot juga tetap dipergunakan oleh masyarakat. Di bilangan Tanjung Barat, angkutan umum berwarna oranye masih jamak dipakai berbagai kalangan masyarakat.

"Rame-rame aja, Bang, kita mah. Enggak rame banget, cuma enggak ada bedanya (dari sebelum imbauan)," ujar Sarwono, seorang sopir angkot yang tengah menunggu penumpang kepada Republika, Selasa (17/3).

Sedangkan, di stasiun MRT, kondisi pada Selasa (17/3) pagi hingga siang juga cukup ramai. Namun, keadaan ini tidak seramai pada Senin, di mana penumpang menumpuk hingga ke luar stasiun lantaran adanya pembatasan operasional. Kejadian ini terjadi di Stasiun MRT Fatmawati.

Dengan keadaan yang penuh, rasanya akan sulit menerapkan kewaspadaan jarak 1-1,5 meter jarak antarmanusia, seperti yang diinstruksikan Kementerian Kesehatan dalam mengantisipasi penyebaran Covid-19.

Salah seorang pengguna Transjakarta, Handayani (55 tahun), mengatakan, dirinya sejak Senin (16/3) tetap menggunakan Transjakarta. Meskipun pada Senin kemarin, ia harus menempuh empat kali pergantian armada dan antrean panjang. Padahal, biasanya ia hanya menempuh satu kali pergantian armada.

"Aku sampai kantor jam 10.55 WIB, empat kali naik busway karena ada rute yang enggak terlayani," ujar warga Cipinang, Jakarta Timur yang bekerja di Kebon Jeruk, Jakarta Barat tersebut.

Pengamat transportasi publik, Budiyanto, menilai, perlu diperhatikan bahwa kebijakan pembatasan sebaiknya tidak tiba- tiba, tetapi perlu ada perencanaan yang matang dan terencana. Pembatasan transportasi dan interaksi sosial tidak dibarengi kebijakan perusahaan swasta yang mengharuskan karyawannya tetap masuk.

Maka pemberlakuan pembatasan transportasi justru bak bumerang. Maka kebijakan harus dikordinasikan sematang mungkin. "Dikordinasikan dengan para stakeholders yang bertanggung jawab di bidang lalu lintas dan angkutan jalan khususnya bidang transportasi," ujar Budiyanto.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat