Pengunjung melintas di kompleks Masjid Bayan Beleq,Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. | Tahta Aidilla/Republika

X-Kisah

Masjid Kuno Bayan Beleq dan Penghormatan Terhadap Alam

 

Banyak orang mengenal Pulau Lombok sebagai wilayah dengan keindahan alam yang luar biasa. Tidak sedikit turis lokal ataupun mancanegara menjadikan Lombok sebagai salah satu bagian dari daftar tempat yang wajib dikunjungi selama hidup.

Selain dikenal karena pemandangan pantainya yang eksotis, Lombok memiliki Gunung Rinjani. Dataran tinggi dengan udara yang relatif lebih sejuk dengan kekayaan alam dan budaya yang sangat kaya. Salah satu yang membuat Gunung Rinjani spesial adalah berdirinya sebuah masjid tertua di Lombok.

Masjid Kuno Bayan Beleq yang sebagian besar bangunannya terdiri atas anyaman bambu itu menjadi kebanggaan masyarakat di Desa Bayan. Saat Republika mengunjungi masjid tersebut, di bagian depan terdapat banyak reruntuhan tembok. Seorang warga yang juga menjadi pemandu wisata, Aruna, mengatakan, runtuhan tersebut adalah sisa-sisa gempa yang terjadi pada 2018.

Perempuan berusia 18 tahun itu mengatakan, warga memang tidak ingin membersihkan sisa-sisa reruntuhan itu. Reruntuhan yang masih tersisa itu dulunya adalah bangunan baru berupa toilet dan perlengkapan lainnya yang dibangun di sekitar masjid. Setelah gempa terjadi, hanya bangunan masjid dan bangunan berisi makam ketua agama di sekitarnya yang tidak roboh.

Pascagempa, sudut pandang masyarakat Lombok, khususnya di Desa Bayan dan kawasan kaki Gunung Rinjani sedikit banyak berubah. Masyarakat kini ingin kembali ke hal-hal yang alami. Sebab, mereka berpikir, bangunan baru berupa tembok pada akhirnya akan runtuh juga.

?Setelah gempa, roboh semua kecuali masjidnya. Masyarakat memutuskan untuk tidak membangun lagi karena sudah biar kembali ke alami saja,? kata Aruna.

Sisa-sisa reruntuhan itu kini ditata di bagian luar masjid menyerupai pagar yang membatasi kawasan masjid dengan jalan umum. Sengaja tidak dibuang, kata Aruna, untuk menunjukkan bahwa dulu pernah dibangun bangunan lain, tapi setelah gempa yang masih bertahan hanya bangunan masjid kuno dan bangunan makam di sekitarnya.

Selain itu, masyarakat Desa Bayan masih memercayai catatan-catatan kuno yang ada di dalam Kitab Bayan. Kitab tersebut berisikan catatan-catatan kuno yang pernah terjadi di desa tersebut selama bertahun-tahun. Kitab tersebut masih disimpan dan menjadi pedoman adat istiadat di Bayan. Di dalamnya, juga sempat dituliskan bahwa bencana gempa memang merupakan salah satu yang pasti terjadi setiap 30 tahun sekali. Kini, masyarakat setempat lebih memahami bencana yang terjadi dan lebih menghormati alam yang mereka tempati.

Masjid kuno tersebut tidak digunakan sebagai tempat beribadah sehari-hari. Pemangku adat setempat, Sukrati, mengatakan, masjid yang berdiri sejak abad 16 tersebut hanya dipakai ketika ada acara-acara keagamaan besar, seperti Lebaran atau Maulid Nabi. Tidak boleh sembarang orang masuk ke dalam masjid itu. Pintu masjid tersebut dikunci dan hanya ketua agama setempat yang bisa memasukinya.

Sukrati mengatakan, masjid itu lebih sering menjadi tempat berkumpul ketua agama di Desa Bayan dan sekitarnya. ?Kalau ada kiai, dia di sana melakukan upacara keagamaan. Baik itu hari raya Lebaran, Maulidan. Jadi, tempat sembahyangnya mereka,? kata Sukrati.

Keaslian bangunan

Bangunan Masjid Kuno Bayan Beleq masih dipertahankan keasliannya. Untuk dapat menuju masjid tersebut, pengunjung berjalan dari pintu masuk melewati tangga yang terbuat dari batu. Masjid dibuat di puncak tangga dengan posisi jalan orang yang datang lebih rendah dari posisi masjid.

Posisi masjid pun dibuat lebih tinggi dengan alas tumpukan batu. Barulah setelah tumpukan batu tersebut dibangun tembok yang terbuat dari anyaman bambu dan atap dari kayu yang ditumpuk dengan dedaunan kering.

Bentuk masjid yang demikian ternyata memiliki filosofi khusus. Aruna menjelaskan, bangunan masjid dibangun di puncak bukit kecil sebagai cara menghormati ketua agama yang berada di dalam masjid.

Di sekitar bangunan utama masjid, terdapat tiga bangunan serupa di sekelilingnya. Bangunan di sekeliling masjid adalah makam penyebar agama Islam di Lombok dan para ulama yang dihormati. n

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat