
Nasional
Kapal-Kapal Perang Italia dan Spanyol Kawal Armada Sumud
Kawalan dilakukan menyusul kian berbahayanya ancaman serangan.
REPUBLIKA.CO.ID, ROMA – Italia telah mengirim kapal perang kedua untuk mendukung Armada Sumud Global yang diserang pesawat tak berawak ketika mencoba menembus blokade Gaza. Dengan tambahan itu, tiga kapal perang bakal mengawal flotilla tersebut.
“Kami telah mengirimkan satu kapal dan kapal lainnya sedang dalam perjalanan, siap menghadapi segala kemungkinan,” kata Menteri Pertahanan Guido Crosetto dalam pidatonya di majelis rendah parlemen di Roma, Kamis
Armada Sumud Global alis Global Sumud Flotilla (GSF) mengerahkan sekitar 50 kapal sipil untuk mencoba mematahkan blokade laut Israel di Gaza. Indonesia menyertakan sejumlah kapal dan tiga orang perwakilan dalam flotilla tersebut.
Crosetto meminta para aktivis agar tidak bersikeras mencoba memecahkan blokade Israel. Ia mendesak mereka untuk menerima proposal Italia untuk menyerahkan pasokan bantuan mereka untuk didistribusikan di Gaza oleh Gereja Katolik setempat.
“Kami tidak bisa menjamin keselamatan sesama warga negara kami jika mereka memasuki wilayah perairan negara lain,” kata Crosetto.

Dalam sebuah pernyataan pada Rabu, Crosetto mengatakan dia mengarahkan kapal angkatan laut Italia menuju armada tersebut untuk menawarkan bantuan. Komentarnya muncul setelah Global Sumud Flotilla melaporkan adanya ledakan dan gangguan komunikasi.
Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani mengatakan ada “warga Italia bersama dengan anggota parlemen dan anggota parlemen” di antara aktivis pro-Palestina di armada tersebut, yang melaporkan mendengar lebih dari selusin ledakan di dekatnya saat kapal tersebut berlayar dari Yunani pada Selasa malam.
Ia juga melaporkan kerusakan yang disebabkan oleh “benda tak dikenal” yang dijatuhkan di dek.
“Untuk menjamin keselamatan mereka, Kementerian Luar Negeri telah memberitahu pihak berwenang Israel bahwa setiap operasi yang dipercayakan kepada pasukan Israel harus dilakukan sesuai dengan hukum internasional dan prinsip kehati-hatian mutlak,” katanya dalam sebuah pernyataan.
“Menteri Tajani telah meminta Kedutaan Besar Italia di Tel Aviv untuk mengumpulkan informasi dan mengulangi permintaan sebelumnya kepada pemerintah Israel untuk menjamin perlindungan mutlak bagi personel di dalamnya.”
Lihat postingan ini di Instagram
Pada Rabu, GSF mengatakan kapal itu menjadi sasaran drone yang menjatuhkan granat kejut dan bubuk gatal, di perairan internasional 30 mil laut (56 km) di lepas pantai pulau Gavdos, Yunani. GSF menyalahkan Israel atas serangan itu.
Kementerian luar negeri Israel tidak menanggapi secara langsung tuduhan tersebut, namun mengulangi seruan kepada armada tersebut untuk membuang bantuan kemanusiaan di pelabuhan Israel, menyerahkannya kepada pihak berwenang Israel untuk membawanya ke Gaza, atau menghadapi konsekuensinya.
Spanyol juga telah memutuskan untuk mengirim kapal perang militer untuk melindungi armada tersebut. Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengatakan pada hari Rabu bahwa negaranya akan bergabung dengan Italia dalam mengirimkan kapal perang untuk melindungi Armada Sumud Global.
Sanchez, yang dalam beberapa bulan terakhir muncul sebagai salah satu pemimpin pembela Gaza di antara para pemimpin dunia, mengatakan pada konferensi pers di PBB di New York bahwa sebuah kapal akan dikirim dari kota pelabuhan Cartagena di Spanyol pada hari Kamis “dengan semua sumber daya yang diperlukan jika diperlukan untuk membantu armada dan melakukan operasi penyelamatan”.
“Pemerintah Spanyol menegaskan bahwa hukum internasional dihormati dan hak warga negara kami harus dihormati untuk berlayar melalui Mediterania dalam kondisi aman,” katanya.
GSF mengatakan pada Kamis pagi bahwa kapal-kapalnya berlayar dengan kecepatan lambat di perairan teritorial Yunani, menjadi sasaran “aktivitas drone moderat” pada malam hari, dan menuju perairan internasional “hari ini”.
Aktivis armada tersebut memperkirakan akan terjadi serangan baru kemarin malam setelah Italia dan Spanyol mengumumkan bahwa mereka akan mengirimkan kapal angkatan laut untuk menemani mereka. Namun sejauh ini belum terjadi apa-apa.
Ada lebih dari 50 kapal berlayar menuju Gaza dan mereka berlayar melalui perairan internasional Yunani di lepas pulau Kreta. Mereka berharap hal ini akan mengurangi kemungkinan serangan oleh Israel atau pihak lain.
Bahkan setelah ancaman dan penyerangan, para aktivis tetap menegaskan tekad mereka untuk melanjutkan misi damai dan tanpa kekerasan ini. Mereka ingin menciptakan koridor bantuan kemanusiaan bagi masyarakat Gaza. Anggota parlemen dan aktivis dari lebih dari 50 negara berada di kapal ini dan hanya membawa bantuan kemanusiaan dan medis untuk masyarakat Gaza.

Penyelenggara armada mengatakan bahwa serangan pada Rabu dini hari telah menyebabkan beberapa penundaan. “Kami saat ini berjarak empat hari dari zona risiko tinggi dan enam hari dari Gaza,” tulis Global Sumud Flotilla di halaman Instagram-nya.
Zona berisiko tinggi adalah istilah yang digunakan untuk wilayah yang dekat dengan Gaza di mana penyelenggara armada yakin mereka kemungkinan besar akan menghadapi serangan atau ditembus oleh pasukan Israel, berdasarkan armada sebelumnya.
“Kami sekarang menuju ke perairan teritorial Yunani,” kata postingan tersebut, seraya menambahkan bahwa armada tersebut akan terhubung dengan kapal-kapal dari Yunani pada Kamis pagi.
“Kami akan membagikan kabar terkini setiap hari saat kami mendekati wilayah berisiko tinggi di dalam wilayah perairan Palestina,” tambah postingan tersebut. “Mereka yang berada di kapal bergantung pada orang-orang di seluruh dunia untuk mengawasi armada tersebut.”

Pembunuh Drone
Italia telah melansir kapal-kapal yag akan dikirmkan mengawal Armada Sumud. Kapal pertama yang dikirimkan adalah fregat “Fasan (F591)” yang sedang berlayar ke utara Kreta dan telah mencapai daerah di mana Armada Sumud Global berlayar.
Media Italia Corriere Dela Serra melansir, fregat Fasan dijuluki "Pembunuh Drone" dan didedikasikan untuk pahlawan Treviso pada Perang Dunia Pertama: Virginio Fasan. Ia gugur pada 9 September 1943 dalam upaya menjegal kapal torpedo yang ia tumpangi agar tidak diserahkan kepada Jerman.
Kapal kelas Bergamini pertama yang berspesialisasi dalam peperangan anti kapal selam ini dilengkapi dengan rudal, torpedo anti kapal selam, meriam, senapan mesin, peluncur roket, dan generator gelombang elektromagnetik yang dapat mengalihkan drone.
Diluncurkan pada 2012 di galangan kapal Fincantieri di Riva Trigoso di Genoa. Kapal ini telah mengambil bagian dalam beberapa operasi di laut. Di Somalia pada 2017, mereka berpatroli di perairan sekitar 60 mil laut di lepas pantai selatan untuk mengusir serangan bajak laut.

Ironisnya, kapal ini juga beroperasi di Terusan Suez pada 2023 melawan aktivitas kelompok Houthi yang memblokade wilayah itu untuk menekan Israel berhenti menyerang Gaza. Kapal tersebut menembak jatuh sebuah pesawat yang dikemudikan dari jarak jauh dengan meriam Super Cepat 76/62 mm yang diluncurkan dari wilayah yang dikuasai Houthi di Yaman.
Guido Crosetto juga mengumumkan akan mengirim kapal lain, "Alpino (F594)" untuk mendukung Armada Sumud. Ini adalah fregat anti-kapal selam yang dinamai untuk menghormati Korps Tentara Alpine dan nilai-nilai bersama antara para pelaut dan pasukan Alpine.
Kapal ini besar tetapi awaknya sedikit: ada 150-170 pelaut di dalamnya walaupun ranjang susunnya untuk 200 orang. Ini berguna ketika helikopter dan pasukan khusus perlu diberangkatkan untuk operasi tertentu.
Alpino adalah fregat generasi baru(diluncurkan pada 2014 dan dikirim ke Angkatan Laut pada tahun 2016. Kapal ini telah melakukan beberapa operasi "laut aman" di Libya, memastikan keselamatan kapal penangkap ikan dan anjungan minyak Eni, serta mendukung operasi penyelamatan migran.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.