Suasana matahari terbenam di Pantai Trikora, Pulau Bintan, Kepulauan Riau. | Republika/Putra M. Akbar

Nusantara

Nyiur Melambai di Bintan

Rupanya, tidak hanya pantai dan bahari yang menjadi andalan kawasan ini.

 

Ketika menyebut Bintan, benak kita mungkin saja langsung dipenuhi dengan bayangan pantai yang indah dan menawan dengan nyiur yang melambai tertiup angin. Bintan memang terkenal dengan jajaran pantai-pantai yang menarik.

Sebut saja Pantai Trikora. Inilah salah satu tujuan wisata yang sayang jika dilewatkan kala Anda berkunjung ke Pulau Bintan. Pesona pasir putih dan ombak memberikan sensasi tersendiri. Maka, pantai ini pun menjadi salah satu pantai terindah yang banyak dikunjungi wisatawan di Pulau Sumatra.

Pantai Trikora terletak di Desa Malang Rapat, Kecamatan Gunung Kijang, Pulau Bintan. Jika Anda memulai perjalanan dari Tanjung Pinang maka harus bergerak ke arah timur sekitar 45 km. Pantai ini memiliki empat bagian, yakni Trikora 1, 2, 3, dan 4.

Menurut cerita masyarakat sekitar, nama Trikora berasal dari nama "three corral", yang diberikan oleh wisatawan asing yang kala itu berkunjung ke pantai ini. Namun, versi lain mengaitkan bahwa Trikora berhubungan dengan Tri Komando Rakyat. Konon saat pemerintahan Presiden Sukarno hangat beredar isu tentang "Ganyang Malaysia" dan pantai ini merupakan basis pertahanan wilayah terluar Indonesia pada masa itu.

photo
Wisatawan beraktivitas di Pantai Trikora, Pulau Bintan, Kepulauan Riau, beberapa tahun lalu. Republika/Putra M. Akbar - ()

Berkunjung ke sana, Anda harus mempersiapkan kendaraan sendiri. Pasalnya, akses untuk menuju Pantai Trikora belum dilengkapi dengan transportasi umum.

Sepanjang perjalanan menuju Trikora, Anda akan disuguhkan dengan pemandangan yang indah. Seperti perkampungan nelayan yang berjejer rapi, kawasan konservasi lamun, dan mangrove, serta resorresor mewah yang siap menjadi tempat nyaman untuk melewatkan waktu di sana.

Ada pula Pantai Lagoi. Barisan pepohonan kelapa yang berada di tepi pantai dengan pemandangan alamnya yang indah serta didukung dengan lingkungannya yang masih bersih, merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang ke Pantai Lagoi. Selain objek wisata pantai, di kawasan Pantai Lagoi terdapat beberapa tempat wisata yang tidak kalah menariknya, seperti hutan bakau dan Sungai Sebong.

Berada di pantai yang berada di Kecamatan Bintan Utara, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, ini, Anda bersiap saja untuk bermain air, berenang, snorkeling, menyelam atau hanya berjemur di atas pasir putihnya.

Tawaran tak kalah menarik datang dari Pulau Beralas Pasir atau sering disebut White Sands Island. Ini adalah sebuah pulau yang terletak di dalam wilayah Teluk Bakau, Kabupaten Bintan.  Pulau tak berpenghuni ini merupakan mutiara indah dunia wisata di Bintan. Pasir putih pulau ini terhampar luas menjadi daya tarik tersendiri.

Kelembutan pasirnya berbeda dengan pantai yang ada pada umumnya. Bak terigu, pasir pantai ini sangat lembut, bahkan tak sedikit pun melukai kulit. Hanya, bila kurang berhati-hati, Anda akan terantuk karang.

Ada beberapa karang yang tanpa sengaja tertanam di antara pasir. Namun, pulau ini sangat tepat bagi Anda yang ingin menghabiskan waktu dengan merenung, membuat sajak, merengkuh angan, dengan kesendirian.

Pulau Beralas Pasir dapat dicapai dengan menginap di Bintan Agro Beach Resort Group Oceanic Spa. Resor ini cukup populer di kalangan wisatawan asing karena saking dekatnya, hanya 40 km dari Singapura. Selain menikmati pasir putih pantai, snorkeling adalah kegiatan yang tak boleh dilewatkan. Alam bawah laut di sekitar pulau ini benar-benar menakjubkan.

photo
Wisatawan beraktivitas di Pantai Trikora, Pulau Bintan, Kepulauan Riau.- (Republika/Putra M. Akbar)

Salak hingga mangrove
Namun, rupanya Bintan tak melulu pantai. Seperti dikutip dari buku "The Beauty of Nature: An Essential Guide to Kepulauan Riau", Bintan juga punya objek wisata lain yang terbilang unik. Kebun salak Jago adalah salah satunya. Bagi penggemar salak, Anda bisa mendatangi Desa Lancang Kuning, Kecamatan Bintan Utara.

Desa Lancang Kuning atau yang lebih dikenal dengan sebutan 'Jago' merupakan sentra perkebunan salak yang memiliki luas hingga belasan hektare. Seluruh hasil panen buah salak petani di Jago ini tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat Bintan, tapi juga kerap jadi incaran wisatawan, terutama mereka yang berasal dari luar Pulau Bintan.

Setelah salak, kejutan lain datang dari sawah. Ya, Anda tidak salah membaca. Memang ada areal persawahan di Bintan. Setidaknya ada tiga kawasan persawahan yang bisa Anda susuri ketika bertandang ke sana. Meski tidak seluas sawah-sawah di Pulau Jawa, areal sawah Bintan tidak dimungkiri menjadi destinasi wisata yang menarik selain pantai dan bahari.

Tidak percaya? Cobalah sambangi Desa Wonoasri, Sebong Pereh, Kecamatan Teluk Sebong. Di sinilah Anda akan menemukan sisi lain Bintan. Di tempat ini, Anda bakal menemukan perkampungan yang menyuguhkan sawah dan ladang sebagai objek wisata.  Di perkampungan ini, wisatawan tidak hanya disuguhi sawah dan ladang, tetapi dapat juga ikut langsung belajar menanam padi, jagung, sayuran hingga berkebun di ladang karet serta sawit.

Luas areal sawah di desa ini berkisar lima hektare yang lengkap dengan pematang dan aliran airnya. Di tempat ini, Anda bisa bermain lumpur sepuas-puasnya atau belajar membajak sawah dan menanam padi atau bahkan, boleh membantu petani memanen jika sedang musim panen tiba.

Belum cukup? Silakan ikuti wisata malam di hutan mangrove. Jika penasaran dengan wisata malam mengelilingi hutan mangrove, bersiaplah mengikuti jadwal yang telah ditentukan. Anda dapat mengikuti wisata ini pada pukul setengah enam sore. Saat itulah kapal yang muat untuk 10 orang tersebut mulai menyisir perlahan Sungai Sebong, Bintan.

Bagi Anda yang belum pernah merasakan wisata malam mengelilingi hutan mangrove yang minim penerangan, mungkin sedikit menyeramkan. Berbagai halusinasi hewan mulai dari ular sungai, hingga buaya air payau pun sejenak singgah di kepala. Memang, suasana sangat gelap, dingin, dan lembap membuat imajinasi semua orang mengarah pada hal-hal yang menyeramkan.

Namun, setelah jauh menyisir dengan menggunakan kapal mesin, terlihatlah cahaya kelap-kelip di antara dedaunan. Begitu melihat cahaya yang diyakini adalah kunang-kunang, sang kapten kapal pun akan membawa kita mendekat pada dedaunan untuk lebih jelas melihat hewan yang hanya muncul di malam hari tersebut.

Semakin jauh masuk ke dalam hutan, semakin banyak gemerlap cahaya berkilauan berkelap-kelip, seperti lampu pada hiasan pohon cemara. Rasa ketakutan di awal perjalanan serta-merta hilang.

Tur kunang-kunang ini memakan waktu sekitar satu jam dengan menelusuri sungai sepanjang 6,8 kilometer. Meski begitu, perjalanan yang Anda kira akan berjalan sangat lamban, berubah menjadi cepat bila cahaya kunang-kunang mulai terlihat.

Wisata hutan mangrove ini bisa menjadi alternatif orang-orang yang bosan melihat pantai. Dalam sehari, minimal wisatawan yang dapat dilayani dalam tur ini adalah dua orang, dan maksimal sekitar 10 orang dengan waktu buka Senin-Ahad mulai pukul 18.00 hingga 22.00. Yuk, ke Bintan ….

(Disadur dari Harian Republika edisi 27 Maret 2017)

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat