Umat muslim membaca Al Quran saat beriktikaf di Masjid Agung Baitul Makmur, Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Senin (3/5/2021). Menjelang berakhirnya sepuluh terakhir bulan suci Ramadhan, umat muslim memperbanyak membaca Al Quran, berzikir dan salat tahajud sambil menanti malam Lailatulkadar. | SYIFA YULINNAS/ANTARA FOTO

Tuntunan

Rakaat Shalat Tahajud

Berapa rakaat Rasulullah melaksanakan shalat Tahajud?

Oleh FUJI EP, MABRUROH

Tahajud merupakan shalat sunah yang dilakukan pada malam hari setelah bangun dari tidur. Shalat Tahajud juga termasuk bagian dari qiyamullail atau mendirikan malam dengan ibadah.

Imam an-Nawawi Rahimahullah, seorang ulama besar mazhab Syafi’i, menyebut shalat Tahajud dengan definisi sebagai berikut, "Para ulama mengatakan bahwa shalat Tahajud adalah shalat sunah pada malam hari setelah bangun dari tidur." Imam ar-Ramli Rahimahullah, seorang ulama besar mazhab Syafi’i, juga menyebutkan bahwa shalat Tahajud adalah shalat sunah pada malam hari setelah tidur.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهٖ نَافِلَةً لَّكَۖ عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا

"Pada sebagian malam lakukanlah shalat Tahajud sebagai (suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji" (QS al-Isra' Ayat 79).

Ayat ini memerintahkan Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslimin agar bangun pada malam hari untuk mengerjakan shalat Tahajud. Ayat tersebut merupakan ayat yang pertama kali memerintahkan Rasulullah SAW mengerjakan shalat malam sebagai tambahan atas shalat yang wajib. Shalat malam ini diterangkan oleh hadis Nabi Muhammad SAW:

  أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ: أَيُّ الصَّلَاةِ أَفْضَلُ بَعْدَ الْمَكْتُوْبَةِ؟ قَالَ: صَلَاةُ التَّهَجُّدِ. (رواه مسلم عن أبي هريرة) 

"Bahwasanya Nabi Muhammad SAW ditanya seseorang, 'Shalat manakah yang paling utama setelah shalat yang diwajibkan (shalat lima waktu)?' Rasulullah SAW menjawab, 'Shalat Tahajud'" (HR Imam Muslim dari Abu Hurairah).

photo
Umat muslim menunaikan Shalat Qiyamul Lail saat beritikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadhan 1444 H di Masjid Habiburrahman, Jalan Kapten Tata Natanegara, Cicendo, Kota Bandung, Rabu (12/4/2023) dini hari. Pada sepuluh hari menjelang berakhirnya Bulan Suci Ramadhan, umat muslim melakukan Itikaf untuk meraih malam kemuliaan (Lailatul Qadar) dengan membaca Alquran, Shalat Tahajud dan berzikir. - (ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA)

Berdasarkan hadis-hadis sahih yang diriwayatkan dari Aisyah dan Ibnu Abbas, Nabi Muhammad SAW bangun untuk mengerjakan shalat Tahajud setelah beliau tidur. Kebiasaan Nabi Muhammad SAW ini dapat dijadikan dasar hukum bahwa shalat Tahajud itu sunah dikerjakan oleh seseorang setelah tidur beberapa saat di malam hari, kemudian pada pertengahan malam hari ia bangun untuk shalat Tahajud.

Menurut Tafsir Kementerian Agama pada surat al-Isra' ayat 79, Allah SWT menerangkan hukum shalat Tahajud itu adalah sebagai ibadah tambahan bagi Rasulullah di samping shalat lima waktu. Oleh karena itu, hukumnya bagi Rasulullah adalah wajib, sedangkan bagi umatnya adalah sunah.

Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk membiasakan shalat Tahajud karena shalat sunah yang satu ini merupakan wujud ketakwaan dan cinta seorang hamba kepada Allah SWT. Shalat Tahajud sering dianggap shalat sunah yang sangat berat karena dilakukan pada malam hari ketika kebanyakan manusia tengah tertidur lelap setelah lelah bekerja pada siang hari. 

Karena itu, shalat Tahajud ini memiliki keutamaan yang luar biasa. Hanya orang yang bertakwa dan cinta kepada Allah SWT yang mampu melaksanakan shalat Tahajud terus-menerus setiap malam.

Jumlah rakaat shalat Tahajud 

Mengenai jumlah rakaat shalat Tahajud ini amat beragam bilangannya. Berikut ini dikutip dari buku Terapi Shalat Tahajud oleh Moh Sholeh, diuraikan hanya beberapa model jumlah rakaat shalat Tahajud yang dipandang bersumber pada hadis yang sahih dan terkenal di kalangan kaum Muslimin.

Telah berkata Aisyah, "Bahwasanya Rasulullah SAW pernah shalat antara waktu Isya dan Subuh 11 rakaat, yaitu beliau beri salam pada tiap-tiap dua rakaat, dan beliau shalat Witir satu rakaat" (HR Bukhari).

Telah berkata Aisyah, "Bahwasanya Rasulullah SAW pernah shalat malam 13 rakaat. Dari 13 rakaat itu, beliau shalat Witir lima rakaat, dan tidak duduk di antara rakaat-rakaat itu kecuali pada rakaat terakhir” (HR Bukhari dan Muslim).

photo
Warga melaksnakan shalat tahajud saat aksi reuni 212 di lapangan Monumen Nasional, Jakarta, Senin (2/12). Aksi Reuni 212 kali ini mengankat tema Keselamatan Negeri serts menyikapi permasalahan penistaan agama yang dimulai dari 2 Desember pukul 3.00 dini hari hingga 08.30. kegiatan tersebut diisi dengan tahajud berjamaah, shalat subuh, Tausiyah, hingg Doa istighasah bersama. Foto : Thoudy Badai - ()

Telah berkata Aisyah, "Bahwasanya Rasulullah SAW pernah shalat Tahajud empat rakaat, tetapi jangan engkau tanya bagusnya dan panjangnya, kemudian beliau shalat lagi empat rakaat, dan jangan kau tanya bagus dan panjangnya, kemudian beliau shalat Witir tiga rakaat" (HR Bukhari dan Muslim).

Ketiga hadis tersebut menunjukkan bervariasinya bilangan rakaat dan model yang ditempuh Rasulullah SAW dalam menjalankan shalat tahajud.  

Menurut ustadz Hamdi El-Natary dalam bukunya Shalat Tahajud Cara Rasulullah SAW: Sesuai Alqur'an dan Hadits, jumlah rakaat shalat Tahajud (qiyamullaili) sebenarnya tidak ada batasannya. Karena itu, bila kondisi tidak memungkinkan, cukup dengan mengerjakan shalat Witir tiga rakaat atau satu rakaat sesudah shalat Isya.

Rasulullah SAW bersabda:

"Dari Ibnu Abbas, ia berkata, 'Kita diperintah oleh Rasulullah mengerjakan shalat malam dan benar-benar menganjurkannya sehingga beliau berkata, 'Kerjakan shalat malam sekalipun hanya satu rakaat" (HR Thabrani dalam kitab al-Kabir dan al-Ausath).

Namun demikian, jumlah rakaat yang paling utama dan paling kuat adalah 11 rakaat. Jumlah tersebut juga sudah termasuk tiga rakaat shalat Witir. Pelaksanaannya, dapat 4 + 4 + 3 (4 rakaat shalat Tahajud + 4 shalat Tahajud + 3 rakaat shalat Witir). Dapat juga 2 + 2 + 2 + 2 (shalat Tahajud) ditambah tiga rakaat shalat Witir yang dilaksanakan secara 2 + 1 rakaat atau tiga rakaat sekaligus.

Pendapat tersebut didasarkan pada hadis dari Aisyah RA:

"Rasulullah tidak pernah menambah shalat malam itu, baik ketika bulan Ramadhan atau bulan lainnya dari 11 rakaat. Beliau shalat empat rakaat. Jangan tanya tentang baik dan panjangnya. Kemudian, shalat lagi empat rakaat, jangan tanya baik dan panjangnya. Kemudian, shalat Witir tiga rakaat. Saya bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum Witir? Beliau menjawab, “Ya, Aisyah. Walau kedua mataku tidur, namun hatiku tidak tidur'” (HR Bukhari Muslim).

"Dari lbnu Umar, ia berkata, 'Nabi Muhammad SAW mengerjakan shalat malam dua rakaat-dua rakaat dan shalat Witir satu rakaat'" (HR Bukhari Muslim).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat