Sawah baru tanam di Blok Suketbaju, Desa Plosokerep, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu terendam banjir, Ahad (4/2/2024). | Dok. Republika

Nusantara

Kebanjiran, Sawah Terancam Gagal Panen

Pemda menyiapkan bantuan benih gratis untuk tanam ulang bagi petani yang lahannya terdampak banjir.

MAJALENGKA – Ratusan hektare sawah di Kabupaten Majalengka terancam gagal panen. Hal itu menyusul terjadinya banjir akibat jebolnya tanggul sungai Cipelang.

Banjir tersebut merendam tiga desa di Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka sejak Ahad (11/2/2024) malam hingga Senin (12/2/2024). Ketiga desa itu adalah Desa Palasah, Desa Kertawinangun, dan Desa Pakubeureum.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka Iman Firmansyah menyebutkan, luas lahan sawah yang terendam banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Cipelang mencapai 647,88 hektare.

"(Umur tanaman padi) rata-rata hampir 45 hari sesudah tanam. Bahkan, ada yang 10 hari lagi panen, di (Desa) Palasah. Itu terancam gagal panen," ujar Iman, Senin (12/2/2024).

photo
Seorang petani mengumpulkan bibit padi pada lahan sawah yang terkena banjir di Cawas, Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (20/1/2024). Banjir tersebut mengganggu jadwal tanam padi pertama 2024. - (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)

Iman berharap, genangan air bisa surut secepatnya. Dia menyatakan, jika tergenang dalam waktu satu atau dua hari, maka tanaman padi masih bisa terselamatkan.

"Kalau (terendam banjir) sudah tiga hari lewat, ya sudah, akan terjadi gagal panen, (tanaman padi) yang sudah tinggal 10-20 hari lagi panen," terang Iman.

Iman menyatakan, Pemkab Majalengka sudah menyiapkan bantuan benih padi gratis untuk tanam ulang bagi petani yang lahannya terdampak banjir. Meski demikian, pihaknya berharap agar seluruh tanaman padi bisa terselamatkan.

Berdasarkan data dari BPBD Kabupaten Majalengka, selain merendam sawah, banjir akibat jebolnya tanggul sungai Cipelang juga menggenangi ribuan rumah warga di ketiga desa tersebut.

Di ketiga desa itu, total rumah warga yang diperkirakan terendam banjir mencapai kurang lebih 1.300 unit rumah. Yakni, di Desa Palasah sebanyak 800 rumah, Desa Kertawiangun 450 rumah, dan Desa Pakubeureum sebanyak 50 rumah.

Adapun ketinggian banjir tersebut bervariasi, dari mulai 60 sentimeter hingga sekitar satu meter. Tercatat ada sekitar 3.500 warga atau 1.300 kepala keluarga (KK) yang terdampak banjir tersebut.

photo
Mbah Tum (68) menanam padi sendirian di persawahan kawasan Trihanggo, Sleman, Yogyakarta, Rabu (13/12/2023).  - (Republika/Wihdan Hidayat)

Di daerah lain, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Lampung memetakan sawah di daerahnya yang memiliki risiko terdampak banjir di tengah berlangsungnya musim hujan.
 
"Beberapa waktu lalu BPBD Lampung telah membuat kajian risiko bencana dan ada pemetaan mengenai sawah yang berisiko terpapar banjir di beberapa wilayah," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Provinsi Lampung Joni Toyib di Bandar Lampung.

Ia menjelaskan sawah yang berada di sepanjang aliran sungai dan dekat dengan daerah pesisir seperti Mesuji memiliki musim tanam normal pada musim hujan, dan lokasinya biasanya ada di dekat sungai utama juga terdapat di sepanjang anak sungai.

Apabila terjadi banjir, secara otomatis sawah akan tergenang oleh air terutama pada wilayah pertemuan sungai. "Dan berdasarkan hasil valuasi luasan sawah, total luasan sawah yang berisiko terpapar banjir pada daerah berisiko ancaman banjir adalah 74.095 hektare," katanya.

Dia mengatakan, jumlah luasan sawah yang berisiko terdampak banjir itu terdiri atas 35.096 hektare yang masuk dalam kawasan berisiko rendah, lalu seluas 23.553 hektare masuk dalam kawasan berisiko sedang, dan 15.445 hektare masuk dalam kawasan berisiko tinggi.

"Dokumen kajian risiko bencana Provinsi Lampung pada 2019-2024 yang disusun BPBD Provinsi Lampung dan Institut Teknologi Sumatera ini disusun dengan harapan bisa melakukan antisipasi terlebih dahulu di daerah-daerah yang berisiko terdampak bencana alam salah satunya banjir," ucapnya.

Menurut dia, berdasarkan hasil analisis potensi sawah terpapar risiko banjir berdasarkan kabupaten kota meliputi, untuk yang berisiko terdampak banjir terbesar ada di Kabupaten Lampung Tengah dengan luasan 29.117 hektare dan valuasi kerugian Rp 539 miliar, sedangkan yang dampaknya terkecil adalah Kota Bandar Lampung dengan luasan 9,44 hektare dengan nilai valuasi kerugian Rp 174 juta.

Kemudian, potensi sawah terdampak banjir di Kabupaten Lampung Barat seluas 1.671 hektare, Kabupaten Lampung Selatan 4.839 hektare, Lampung Timur 16.286 hektare, Lampung Utara 42 hektare, Mesuji 788 hektare, Kota Metro 41 hektare.

Selanjutnya, potensi sawah terpapar banjir ada di Kabupaten Pesawaran seluas 1.162 hektare, Pesisir Barat 5.705 hektare, Pringsewu 63 hektare, Tanggamus 4.818 hektare.

Dan di Kabupaten Tulang Bawang sawah yang berpotensi terpapar risiko dampak banjir seluas 8.750 hektare, Tulang Bawang Barat 193 hektare, dan Way Kanan 273 hektare.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat