Petugas kesehatan mengukur lingkar lengan anak usia bawah lima tahun (balita) di Posyandu Sakura 01 Sukarasa, Bandung, Jawa Barat, Kamis (23/11/2023). Kegiatan Bulan Pengukuran tersebut bertujuan untuk menghasilkan data yang lebih akurat dan tepat sasaran | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Gaya Hidup

Golden Years dan Fondasi Masa Depan Anak

Jika anak yang cemburu tidak bisa mengatasi rasa irinya, hal ini akan berpengaruh dalam jangka panjang.

Viralnya tayangan realitas Korea Selatan "My Golden Kids" membuat banyak orang semakin sadar mengenai pentingnya periode golden age. Banyak warganet sadar pengasuhan pada masa itu tak boleh disepelekan.

Golden age atau periode emas merupakan tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa awal kehidupan anak. Ada yang menyebutnya ada di rentang nol sampai lima tahun, enam tahun, atau tujuh tahun.

Dalam "My Golden Kids" episode ke-169 yang menjadi viral, yang jadi sorotan adalah balita lelaki empat tahun bernama Geum Ji Eun. Warganet menyayangkan cara ayah dan ibunya menghadapi tingkah bocah itu.

Salah satunya, momen ketika ibu Geum Ji Eun menyepelekan minat putranya. Juga, ketika ibunya tidak memberikan perhatian yang cukup karena kelelahan setelah bekerja dan mengurus adik Geum Ji Eun yang masih bayi.

Dikutip dari laman Healthline, Rabu (22/11/2023), psikolog berlisensi Juli Fraga yang berbasis di San Francisco, Amerika Serikat, menjelaskan sejumlah hal yang dibutuhkan anak dari orang tua di tujuh tahun pertama kehidupannya. Menurut Fraga, periode itu penting, meski juga bukan 'segalanya'.

Sebab, Fraga berpendapat pendampingan orang tua dalam perkembangan anak harus terus dilakukan, bahkan hingga anak beranjak remaja dan dewasa. Setidaknya, tujuh tahun pertama kehidupan punya arti penting dalam mengembangkan keterampilan sosial anak.

"Seperti banyak aspek dalam mengasuh anak, tidak ada hitam atau putih. Meskipun menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak kita sangatlah penting, kondisi yang tidak sempurna, seperti trauma dini, penyakit, atau cedera tidak selalu menentukan kesejahteraan anak kita secara keseluruhan," ujar Fraga.

Data dari studi oleh Universitas Harvard menunjukkan, otak manusia berkembang pesat selama tahun-tahun pertama kehidupan. Sebelum anak menginjak usia tiga tahun, terbentuk satu juta koneksi saraf setiap menitnya. 

Tautan itu menjadi sistem pemetaan otak, yang dibentuk oleh kombinasi alam dan pengasuhan, terutama interaksi "melayani dan membalas". Untuk bayi, interaksi respons dengan orang tua/pengasuh itu misalnya berupa menyusui, memberi makan, mengganti popok, atau menidurkan saat bayi menangis.

Namun, saat bayi beranjak balita, interaksi "melayani dan membalas" dapat diekspresikan dengan obrolan serta memainkan berbagai permainan. Interaksi itu memberi tahu anak-anak bahwa orang tua/pengasuh memperhatikan dan terlibat dengan apa yang ingin mereka katakan. 

Pada akhirnya itu dapat menjadi landasan bagaimana seorang anak mempelajari norma-norma sosial, keterampilan komunikasi, dan seluk-beluk hubungan. "Koneksi saraf ibarat akar pohon, fondasi tempat terjadinya semua pertumbuhan," ujar psikoterapis Hilary Jacobs Hendel.

Jika interaksi tadi terganggu atau rusak, akan sangat berdampak pada perkembangan anak. Apabila sesekali terlewatkan, misalnya, akibat stres dan pekerjaan sehingga membuat orang tua sibuk dan mengabaikan anak, para pakar menyebut itu masih bisa dimaklumi.

Akan tetapi, sebaiknya tidak terus-menerus mengabaikan interaksi dan momen dengan anak selama tahun-tahun awal perkembangannya. Sebab, itu bakal memengaruhi gaya keterikatan anak, yang berdampak pada cara mereka mengembangkan hubungan pada masa depan. "Keterikatan membentuk ketahanan untuk menghadapi tantangan hidup," kata Hendel.

Ketika Punya Adik

Memiliki anak kedua saat anak pertama masih berusia di bawah lima tahun (balita) bisa berujung pada masalah kecemburuan. Ada kalanya anak pertama merasa cemburu karena menganggap ayah atau ibu lebih perhatian kepada adik.

Parent coach bersertifikat Meghan Leahy menganggap hal tersebut merupakan hal yang umum terjadi. Namun, orang tua perlu menghadapinya dengan cara tepat supaya tidak berkembang menjadi persaingan yang merusak hubungan saudara.

"Saya tidak mencoba menakut-nakuti. Namun, jika anak yang cemburu tidak bisa mengatasi rasa irinya, cara orang tua menanganinya akan berpengaruh dalam jangka panjang," ujar Leahy, dikutip dari laman Washington Post, Rabu (22/11/2023).

photo
Anak-anak bermain bola di Kampung Lemah Putro RW 09, Embong Kaliasin, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (11/11/2023). Kampung Lemah Putro tersebut dihiasi dengan mural tematik Piala Dunia, seperti bendera peserta, gambar maskot Bacuya, dan tema sepak bola lainnya untuk ikut menyemarakkan perhelatan Piala Dunia U17 yang digelar di beberapa kota, yakni Surabaya, Jakarta, Bandung dan Solo. - (Republika/Thoudy Badai)

Bagaimana cara menghadapi kecemburuan dengan tepat? Pertama, Leahy menyarankan ayah dan ibu memperkuat hubungan dengan anak. Sebagai contoh, duduklah bersama anak yang lebih tua untuk membuat daftar hal menyenangkan yang bisa dimainkan dan dilakukan bersama.

Bebaskan imajinasi dan tulis semua, lalu pilih beberapa hal yang paling memungkinkan untuk dilakukan. Berkomitmenlah pada waktu dan aktivitas tersebut, hanya dengan anak yang berumur lebih tua.

Leahy mengatakan, anak sulung itu akan merasa mendapat perhatian yang dibutuhkan, juga merasakan kegembiraan dan kesenangan tanpa keterikatan apa pun yang bersaing. "Kencan spesial" itu juga merupakan waktu untuk mendengarkan rengekan dan keluh kesahnya. 

Tanyakan perlahan, apa kesulitan yang dia rasakan selama menjadi kakak dan simak semua yang dia katakan. Dengan hanya mendengarkan, orang tua menunjukkan kepedulian bahwa sudut pandangnya didengar. Informasi itu pun bisa digunakan untuk memecahkan masalah kecemburuan.

Selain itu, menurut Leahy orang tua tidak perlu "memperbaiki", menasihati, atau mengomentari saat anak sulung merasa diperlakukan tidak adil. Dengan tetap diam dan membiarkan badai itu berlalu, orang tua membantu anak membangun ketahanan. "Setiap kali Anda menceramahi atau menjelaskan, bahkan secara positif, itu akan merusak kemampuan anak untuk beradaptasi," kata Leahy. 

Menurut dia, penjelasan tidak harus diberikan saat itu juga ketika anak merengek, tapi di momen lain, yang lebih kondusif. Leahy lebih menganjurkan perjalanan mengasuh anak yang fokus pada hubungan, komunikasi, dan pemecahan masalah.

 

 

 
Periode Golden Years itu penting, meski juga bukan 'segalanya'.
 
JULI FRAGA, Psikolog berlisensi. 
 
 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Membangun Mental Anak Dimulai dari Rumah

Hargai sekecil apapun usaha yang anak lakukan.

SELENGKAPNYA

Erick Thohir: Orang Tua Harus Mendekatkan Diri pada Anak

Satu dari tiga anak remaja mengalami masalah kejiwaan.

SELENGKAPNYA

Membantu Anak yang Terjerat Jahatnya Judi Online

Terdapat sejumlah tanda apabila anak mungkin memiliki hubungan yang merugikan dengan perjudian online.

SELENGKAPNYA

Jangan Biarkan Anak-Anak Jatuh dari Gedung Tinggi Sekolah

Sekolahan yang memiliki gedung bertingkat harus dipastikan aman.

SELENGKAPNYA