Literasi keuangan di era digital (ilustrasi) | Freepik/Pikisuperstar

Gaya Hidup

Lompatan Kuantum Transaksi Digital dan Kejahatan yang Terus Mengincar

Institusi keuangan digital akan berperan penting sebagai penggerak dan pendukung ekosistem digital.

Adopsi teknologi digital berkembang pesat beberapa tahun belakangan, termasuk di dunia keuangan. Menurut Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 5 Sumatra Bagian Utara, Bambang Mukti Riyadi, hal itu memberikan banyak kemudahan bagi konsumen.

"Apalagi, ketika Covid-19, kita semua 'dipaksa' terbiasa melakukan transaksi keuangan secara digital," ujar Bambang pada edukasi keuangan digital #KumpulJagoan bertajuk "Atur Keuangan Sesuai Maumu dengan Aplikasi Jago" di Kota Medan, Ahad (19/11/2023).

Bagi dia, pemanfaatan layanan keuangan digital bukan sebuah pilihan, sebab semua akan mengarah ke sana. Akan tetapi, Bambang menyoroti bahwa pengalaman setiap orang beragam. Ada yang sudah terbiasa memanfaatkan layanan keuangan digital tersebut, ada juga yang baru, dan belum memiliki pemahaman serta pengetahuan terkait hal itu.

photo
Bank Jago menggelar kegiatan edukasi keuangan digital #Kumpul Jagoan bertajuk Atur Keuangan Sesuai Maumu dengan Aplikasi Jago di Kota Medan, Ahad (19/11/2023). - (Republika/Shelbi Asrianti)

Jika tidak memiliki literasi terkait hal itu, konsumen bisa terjerumus, seperti berbagai kasus konsumen yang terjerat pinjaman online (pinjol) ataupun judi online (judol). Itu sebabnya Bambang mengimbau agar inklusi keuangan dibarengi dengan literasi keuangan yang baik.

Istilah inklusi keuangan artinya ketersediaan dan kesetaraan kesempatan dalam mengakses layanan keuangan. Sementara, literasi keuangan mencakup pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang memengaruhi sikap, perilaku, atau pengambilan keputusan terkait pengelolaan keuangan.

Dalam paparannya, Bambang mengutip data terkait indeks literasi dan inklusi keuangan di Indonesia. Pada 2022, indeks inklusi keuangan nasional sebesar 85,10 persen, tetapi indeks literasi keuangan nasional hanya sebesar 49,68 persen.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Belajar Sehat Mental (@santoshadotid)

Terkait indeks literasi keuangan digital, secara nasional angkanya tercatat sebesar 41 persen pada 2022, naik dari 2019 yang tercatat sebesar 35,51 persen. "Orang bisa bertransaksi, tapi tidak semua terliterasi. Teknologi digital adalah sesuatu yang sangat membantu, tapi harus dipahami. OJK sangat concern terhadap hal ini," ujarnya Bambang.

Karena itu, Bambang mengapresiasi inisiatif Bank Jago yang menggagas acara edukasi dan pengenalan solusi keuangan digital #KumpulJagoan bertajuk "Pandai Atur Keuangan Sesuai Maumu dengan Aplikasi Jago". Acara itu bertujuan memberikan wawasan tentang industri keuangan digital dan cara mengelola keuangan menggunakan aplikasi perbankan digital.

Kegiatan tersebut menghadirkan pembicara Head of Consumer Business Customer Value Management Bank Jago, Irene Santoso, dan Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin. Bank Jago menggandeng sejumlah komunitas, seperti Blogger Penggiat Kreatif, Blogger Sumut, Medan Membaca, 1.000 Guru Medan, Bisnis Online Medan, serta Pertukaran Pemuda Antarnegara.

 

 

 
Orang bisa bertransaksi, tapi tidak semua terliterasi. 
 
BAMBANG MUKTI RIYADI, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 5 Sumatra Bagian Utara. 
 
 

 

Aspek Keamanan

photo
Bank Jago menggelar kegiatan edukasi keuangan digital #Kumpul Jagoan bertajuk Atur Keuangan Sesuai Maumu dengan Aplikasi Jago di Kota Medan, Ahad (19/11/2023). - (Republika/Shelbi Asrianti)

Keuangan digital di Indonesia dinilai terus berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Ekonom dari Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Amin Nurdin, menyoroti bahwa hal itu tidak terlepas dari penetrasi internet dan pertumbuhan transaksi perdagangan melalui sistem elektronik atau e-commerce.


"Berdasarkan riset dan penelitian, keuangan digital kita akan tumbuh sangat signifikan, quantum leap, dahsyat luar biasa. Inklusi dan literasi keuangan berkembang cepat, lebih masif, dari Aceh sampai Papua," ujar Amin, dalam kesempatan yang sama. 


Secara tren, jumlah pengguna internet di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya dalam satu dekade terakhir. Jumlah pengguna internet di dalam negeri tercatat bertambah 142,5 juta dari Januari 2013, yang hanya sebanyak 70,5 juta orang.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Menjadi Manusia (@menjadimanusia.id)


Pertumbuhan jumlah pengguna internet dalam satu dekade terakhir paling tinggi, yaitu pada Januari 2016, mencapai 50,16 persen secara tahunan. Sementara, pertumbuhan paling lambat, yaitu pada Januari 2022 yang hanya tumbuh 0,5 persen.


Amin meyakini teknologi digital dapat mendukung pertumbuhan pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia. Ekonomi digital Indonesia diproyeksikan akan bertumbuh dari Rp 1.408 triliun pada 2022 menjadi Rp 3.216 triliun pada 2027 mendatang. "Penetrasi internet juga terus meningkat dengan proyeksi ekonomi digital akan berkontribusi sekitar 14 persen terhadap PDB di 2027, dari hanya sekitar delapan persen di 2022," ujar Amin pada paparannya.


Dalam perekonomian digital, ia mengamati, institusi keuangan digital akan berperan penting sebagai penggerak dan pendukung ekosistem digital. Demikian pula, posisinya dalam meningkatkan inklusi dan literasi keuangan.


Maka itu, beberapa kemampuan penting institusi keuangan digital dalam melayani segmen pasar digital adalah pola pikir yang berfokus pada nasabah (customer centric mindset). Begitu juga, ekosistem yang terbuka dengan inovasi (open innovation ecosystem).


Dengan transformasi digital yang menjadi keniscayaan, bahkan keharusan pada masa mendatang, ada tantangan dan risiko yang turut serta. Termasuk, bagaimana memastikan orang-orang yang tepat ada di tempat yang tepat, dengan pola pikir dan keahlian yang sesuai, mengingat masih kurangnya talenta yang siap secara digital.


Selain itu, digitalisasi dan kemudahan bertransaksi diikuti oleh risiko keamanan siber. Digitalisasi juga akan meningkatkan harapan dan permintaan pelanggan akan proses yang lebih baik, lebih cepat, dan lebih murah. Amin menggarisbawahi, di situlah perlunya kebijakan yang mengatur keuangan digital.


Tujuannya, untuk mengedepankan perlindungan konsumen, memfasilitasi pengembangan infrastruktur digital yang efektif dan efisien, juga penguatan regulasi dan pengawasan untuk mencegah distrubsi. "Selain itu, berbagai aturan perlu guna memastikan standardisasi dan interoperabilitas, mendukung inovasi yang bertanggung jawab, dan menciptakan ekosistem keuangan digital," ucap Amin.



Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

OJK Gandeng Majelis Taklim Kampanyekan Literasi Keuangan Syariah

Program SiCantikS sebelumnya telah diluncurkan OJK di Bandung pada 14 September 2023.

SELENGKAPNYA