KH Ahmad Dahlan | DOK MUHAMMADIYAH

Kisah

KH Ahmad Dahlan Meluruskan Arah Kiblat

Sang pendiri Muhammadiyah ingin membenarkan arah kiblat masjid-masjid di Yogyakarta, yang saat itu kebanyakan keliru.

Dari Tanah Suci, Muhammad Darwisy kembali ke Yogyakarta dengan membawa nama baru, KH Ahmad Dahlan. Nama yang merupakan pemberian dari seorang gurunya di Masjidil Haram, Sayyid Bakri Syatha. Sebab, sang guru melihat putra ketib anom itu memiliki banyak kemiripan sifat dengan Syekh Ahmad Zaini Dahlan, mufti mazhab Syafii di Makkkah

Di Yogyakarta, KH Ahmad Dahlan membawa tekad untuk berdakwah tajdid. Ia ingin meneguhkan praktik keagamaan yang semurni-murninya, selaras dengan Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Menolak taklid dan apalagi takhayul.

Salah satu langkah penting yang diambilnya begitu kembali di kampung halaman ialah meluruskan arah kiblat. Menurutnya, arah kiblat sebagian besar masjid di Yogyakarta—termasuk Masjid Agung milik Keraton—tidak tepat menuju ke arah Ka’bah di Masjidil Haram, Makkah. Hal itu pun berdasar pada ilmu falak dan ilmu bumi yang diperolehnya selama menuntut ilmu di Haramain.

Karena itu, Kiai Ahmad Dahlan berupaya meyakinkan tokoh-tokoh agama di Yogyakarta. Ia pun mengajak mereka untuk berdiskusi tentang arah kiblat di masjid-masjid. Sayangnya, ajakan dan penjelasan sang kiai tidak membuat mereka berubah pendirian. Bahkan, ada pula yang menuduhnya hendak mengubah “tradisi” Islam setempat.

photo
Masjid Agung di Kauman, Yogyakarta. - (DOK WIKIPEDIA)

Kiai Ahmad Dahlan tidak menyerah. Ia lalu menerapkan sendiri pembetulan arah kiblat di Langgar Kidul (Mushala Selatan), tempatnya mengajar. Lambat laun, perbuatan sang kiai menjadi bahan gunjingan orang-orang, khususnya sebagian warga Kampung Kauman Yogyakarta.

Ikhtiar Kiai Dahlan tak henti. Ia lalu menyuruh sejumlah santrinya untuk mendirikan shalat di masjid Agung arah kiblat yang tepat. Pada suatu malam, para muridnya itu berjalan menuju tempat ibadah milik Keraton Yogyakarta tersebut. Setiba di sana, mereka dengan sigap membuat garis putih, pertanda saf, yang sesuai dengan arah kiblat.

Masjid Agung, sebagimana masjid-masjid lainnya di Yogyakarta kala itu, mengarah ke barat sehingga tidak tepat menuju arah Ka’bah yang 24 derajat arah barat laut. Dengan membuat saf yang betul searah kiblat, santri-santri Kiai Dahlan itu berharap kaum Muslimin dapat shalat tepat menghadap kiblat. Namun, tindakan para pemuda itu—yang diketahui dan direstui sang guru—justru memicu kegegeran masyarakat dan kalangan Keraton.

Keesokan harinya, Kanjeng Penghulu Kamaludiningrat murka. Ia lalu memerintahkan orang-orang agar membongkar Langgar Kidul yang dibuat Kiai Ahmad Dahlan. Baginya, alumnus Haramain itu telah mencederai “tradisi” yang selama ini berlaku ketat di Yogyakarta.

Dengan robohnya Langgar Kidul, hati Kiai Ahmad Dahlan masygul. Saking remuk perasaannya, ia bersama istrinya berniat meninggalkan Yogyakarta untuk selama-lamanya. Tradisi setempat seakan-akan menjadi sesuatu yang mustahil ditekuk.
Kiai Saleh, kakaknya, dapat memahami perasaan sang adik. Maka, Kiai Dahlan pun segera dikejarnya sebelum menaiki kereta di Stasiun Tugu.

KH Ahmad Dahlan, sang pendiri Persyarikatan Muhammadiyah. - (DOK MUHAMMADIYAH)

  ​

"Dahlan, kau tidak boleh pergi," kata Kiai Saleh.

"Buat apa saya di sini lagi," Dahlan menjawab.

"Engkau mesti pulang!"

"Surauku tidak ada lagi," jawab Dahlan.

"Kita dirikan surau baru," usul kakaknya, "sekarang pulanglah."

Maka, Kiai Dahlan menuruti permintaan kakaknya. Ia terus berikhtiar menghadirkan pembenahan-pembenahan pada pemikiran dan praktik beragama Islam di tengah masyarakat.

Mengapa sosok berjulukan “sang pencerah” itu bersikukuh soal kiblat? Sebab, walau bagaimanapun, kiblat merupakan hal prinsip bagi umat Islam dalam peribadahan. Apalah gunanya shalat bila tak mengarah pada kiblat yakni Ka’bah di Baitullah?

Ironisnya, kiblat pada masjid-masjid di Yogyakarta, termasuk Masjid Agung, tidak mengarah pada Baitullah. Kiblat pada Masjid Agung sekaligus melambangkan kebebalan mayoritas umat Islam saat itu di Yogyakarta.

Sebagai seorang alim yang menimba ilmu bertahun-tahun di Makkah, Kiai Dahlan mengemban amanat membenarkan setiap kekeliruan dan mencerdaskan setiap kebodohan. Dengan berbekal pengetahuan ilmu falak dan ilmu hisab, yang dipelajarinya selama di Mekkah antara lain melalui Syekh Jamil Jambek Minangkabau, Kiai Dahlan menghitung kepersisan arah kiblat pada setiap masjid yang melenceng.

Bila keinginannya membenarkan kekeliruan mendapat tentangan luar biasa, dapat dimaklumi. Di masa itu, Islam di Jawa termasuk Yogyakarta, baur dengan tradisi setempat. Pembauran ini justru dapat menggelincirkan pemeluknya pada laku bidah.

 
Akibat masih terpengaruh sisa-sisa kepercayaan animisme, masyarakat masih cenderung menganggap Kitabullah layaknya sebuah azimat.
   

Padahal, Islam bersumber pada Alquran dan Sunnah Nabi SAW. Akibat masih terpengaruh sisa-sisa kepercayaan animisme, masyarakat masih cenderung menganggap Kitabullah layaknya sebuah azimat: disimpan dengan rasa hormat berlebihan di tempat yang diistimewakan. Kitab suci bukannya disimak untuk diamalkan isinya.

Dahlan berusaha mencerahkan kondisi kelam tersebut. Setelah 'tragedi kiblat' di Masjid Agung, ia pun mendirikan organisasi Muhammadiyah. Melalui organisasi tersebut, ia mendobrak kekakuan tradisi yang memasung Islam, untuk mengembalikan kepada kemurniannya.

Di awal kiprahnya, ia kerap mendapat rintangan, bahkan dicap hendak mendirikan agama baru. Namun keteguhan sikapnya menyebabkan Muhammadiyah --seperti diungkap Sutrisno Kutoyo dalam sebuah buku biografi tentang KH Ahmad Dahlan-- di kemudian hari tercatat sebagai pelopor.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Rupiah dan IHSG Berpotensi Terus Menguat

The Fed diperkirakan tidak akan lagi menaikkan suku bunga.

SELENGKAPNYA

Wapres Ajak Santri Jihad Ekonomi

Keberhasilan transformasi ekonomi ditandai dengan peningkatan rasio kewirusahaan nasional.

SELENGKAPNYA

Tiga Pj Bupati Diduga Melanggar Netralitas

Bawaslu sedang mengusut tiga kasus dugaan pelanggaran netralitas penjabat (pj) bupati.

SELENGKAPNYA