
Resonansi
Boikot Demi Palestina
Boikot untuk membuat semua perusahaan berpikir jangka panjang terkait situasi Gaza.
Oleh ASMA NADIA
Lima hari setelah serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober 2023 yang mengakibatkan banyak kerusakan dan korban militer di pihak Israel, Disney memberi bantuan mencapai 2 juta dolar AS atau setara Rp 31 miliar.
"Setelah serangan teroris mengerikan yang menargetkan orang Yahudi di Israel akhir pekan lalu, kita semua harus melakukan apa yang kita bisa untuk mendukung orang-orang tak bersalah yang mengalami begitu banyak penderitaan, kekerasan, dan ketidakpastian, terutama anak-anak," tutur CEO Walt Disney Company, Robert A Iger, dalam situs resminya.
Setelah berita tersebut tersebar, tidak sedikit pelanggan Disney Hotstar yang mempertimbangkan atau langsung memutus untuk berhenti berlangganan.
Lalu muncul berita McD Israel mendonasikan 4.000 makanan kepada rumah sakit dan unit militer. Restoran cepat saji itu juga siap menyumbang makanan setiap hari kepada tentara yang ada di medan perang. Bahkan, McD Israel juga akan memberikan diskon khusus hingga 50 persen bagi tentara Israel yang datang untuk makan di McD.
Menanggapi hal itu, Ade Andrian, seorang manajer di Medan mengatakan kepada Aljazirah, “Favorit saya the family meal, saya juga selalu order es krim. Namun sejak mengetahui McDonald’s memberi makanan dan diskon buat tentara Israel, saya tidak pernah ke sana lagi.”
Di media sosial beredar konten yang khusus dibuat anak-anak di Gaza. Mereka menyerukan boikot for the sake of Gaza dalam ahasa Arab.
Sikap yang sepertinya mewakili banyak pelanggan lain di Indonesia.
Di media sosial beredar konten yang khusus dibuat anak-anak di Gaza. Mereka menyerukan boikot for the sake of Gaza dalam ahasa Arab.
“Boikot demi Gaza,” ujar setiap anak, satu per satu sambil menunjukkan secarik kertas dengan logo produk berbeda.
Ada logo Starbucks, KFC, McDonald’s, Doritos, Pringle, Dove, Nutella, Pepsi, Coca-Cola, Burger King, Nike, Dettol, Cadbury, Bueno, Snicker, dan Nivea.
Jika sebelumnya isu boikot hanya pembicaraan dari mulut ke mulut, kini bahkan MUI tidak sekadar menyetujui, tapi juga memfatwakan haram bagi yang masih mengonsumsi.
Ketua MUI Bidang Fatwa, Asrorun Niam Sholeh menegaskan, "Mendukung pihak yang diketahui mendukung agresi Israel, baik langsung maupun tidak langsung, seperti dengan membeli produk dari produsen yang secara nyata mendukung agresi Israel hukumnya haram."
Memang di antara produk yang diharamkan karena dukungan terhadap Israel, sebagian besar di antaranya telah mendapat label halal dari MUI. Lalu bagaimana?
Ya, tentu saja produk tersebut secara bahan tetap halal, tapi jika profitnya dialokasikan untuk sesuatu yang haram seperti pembantaian massal saat ini, maka membelinya menjadi haram.
Sama seperti kita shalat memakai sarung. Sarung itu halal, tapi kalau sarungnya hasil curian, maka oleh cara perolehannya ia menjadi haram.
Pertama sekali kita harus harus ingat, berpihak pada kemanusiaan adalah keharusan. Tidak ada pilihan netral antara pembantaian dan perdamaian.
Lalu apakah boikot itu benar-benar efektif?
Sebelum itu, pertama sekali kita harus harus ingat, berpihak pada kemanusiaan adalah keharusan. Tidak ada pilihan netral antara pembantaian dan perdamaian.
Jika dikaji di Wikipedia, ternyata Robert Allen Iger, CEO Disney, adalah keluarga Yahudi di New York City. Dia berpihak pada Israel, salah satunya mungkin karena percaya apa yang terjadi adalah pembunuhan sipil oleh Hamas.
Namun setelah ditelisik, sebagian besar warga sipil Israel yang tewas pada 7 Oktober justru dibunuh oleh tentara Israel sendiri yang panik.
Kita bisa melihat video puluhan mobil yang terparkir saat konser musik hancur akibat serangan senjata serbu helikopter tempur Israel, bukan roket Hamas. Ratusan sipil Israel tewas akibat tentara Zionis panik sehingga mengira semua sipil yang berkeliaran adalah Hamas.
Jika sudah menyadari kenyataan ini, tetapi tetap berpihak pada Israel, maka hati nurani mereka yang harus dipertanyakan.
Aksi boikot memberi pengaruh jauh lebih besar daripada diam saja. Setidaknya boikot ini memberi tekanan atau keseimbangan.
Kedua, yang jelas aksi boikot memberi pengaruh jauh lebih besar daripada diam saja. Setidaknya boikot ini memberi tekanan atau keseimbangan.
Ketika publik mengancam akan uninstall Grab menyusul postingan istri pemilik Grab yang menunjukkan simpatinya pada Israel, Grab Indonesia dan OVO gerak cepat membuat pernyataan mendonasikan dana kemanusiaan Rp 3,5 miliar untuk membantu korban konflik yang terdampak di Gaza, Palestina.
Ketika McDonald’s diboikot, McDonald’s berbagai negeri menyatakan bahwa itu hanya kebijakan McD Israel. Mereka tidak mau terlibat di dalam move McD Israel.
Berkebalikan dengan langkah Mcd Israel, McD Oman memberikan donasi sebesar 100 ribu dolar AS untuk membantu masyarakat Gaza. McDonald's di Uni Emirat Arab memberikan donasi 1 juta AED sebagai bentuk dukungan ke Gaza.
McD Turki yang menyumbangkan uang 1 juta dolar AS untuk rakyat Gaza yang menjadi korban perang, terutama wanita, anak-anak, dan orang tua. Adapun, McDonald’s di Kuwait diketahui telah memberikan sumbangan 250 ribu dolar AS untuk Gaza.
Bagaimana dengan dampak ekonomi dan pekerjaan? Bagaimana dengan pekerja Muslim yang tempat kerjanya diboikot? Ya, lantas bagaimana dengan nasib mereka?
Boikot tidak ditujukan untuk membuat para pekerja kehilangan pekerjaan. Justru boikot dilakukan untuk membuat semua perusahaan berpikir jangka panjang saat bertindak dan membuat pernyataan terkait posisi mereka dalam situasi mencekam saat ini di Gaza.
Boikot tidak ditujukan untuk membuat para pekerja kehilangan pekerjaan. Justru boikot dilakukan untuk membuat semua perusahaan berpikir jangka panjang saat bertindak dan membuat pernyataan terkait posisi mereka dalam situasi mencekam saat ini di Gaza.
Jika ingin usahanya berumur panjang, mereka jelas dengan tegas harus memilih pada kemanusiaan bukan pada pembantaian. Jadi sejatinya, pilihan justru ada pada kebijakan pemimpin perusahaan untuk menempatkan diri secara tepat.
Yang bersalah bukan yang memboikot, tapi perusahan yang memilih untuk mendukung genosida dan melawan kemanusiaan. Dengan kata lain, boikot harus disikapi bijak, baik bagi yang memboikot atau perusahaan yang berpikir untuk mendukung pihak yang melakukan genosida.
Bagimu hanya satu suapan, hanya satu items, tapi di Gaza bisa berarti satu peluru. Satu lagi jiwa --kemungkinan malah lebih-- yang terpisah dari raga.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Dukungan terhadap Perjuangan Palestina
Mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina atas agresi Israel hukumnya wajib.
SELENGKAPNYANetanyahu Akui Gagal Minimalkan Korban Sipil
ICJ telah menerima 15 pernyataan tertulis secara resmi mengenai kebijakan Israel di Palestina.
SELENGKAPNYAWarga Gaza Derita Kelaparan
Seluruh penduduk Palestina di Jalur Gaza menderita kerawanan pangan.
SELENGKAPNYAIsrael Belum Puas Kepung Rumah Sakit
Rumah Sakit Indonesia di Gaza berhenti beroperasi.
SELENGKAPNYA