
Oase
Ketika Hidayah Datang di Turki
Emile Zehnder tertarik pada Islam usai merasakan hangatnya ukhuwah Islamiyah di Turki.
Emile Zehnder (86 tahun) merupakan seorang mualaf asal Strasbourg, Prancis. Ia masuk Islam usai merasakan hangatnya ukhuwah Islamiyah saat sedang berlibur di Turki. Ini bermula sejak dirinya ditinggal wafat oleh pasangannya. Sekitar sembilan bulan lalu, istrinya menghembuskan nafas terakhir.
Kehilangan pasangan merupakan pukulan yang amat besar dalam hidupnya. Zehnder sempat merasa frustrasi dan depresi. Ia menjadi cenderung tertutup. Keceriaan seolah-olah terenggut dari hatinya.
Pada awal tahun 2022, lingkungan tempat tinggalnya kedatangan para penghuni baru. Mereka adalah sepasang suami dan istri yang bernama Enver Kodat dan Halide. Keduanya merupakan warga Prancis yang masih keturunan Turki.
Keduanya lalu memperkenalkan diri. Zehnder tersenyum dan dalam hatinya mengakui, orang-orang Islam ini cukup ramah. Mereka kemudian menyebutkan rencana untuk kembali ke tanah leluhur di Turki, guna mengunjungi sanak kerabat.
“Kalau Anda mau, boleh ikut bersama kami, untuk berlibur atau sekadar jalan-jalan? Turki negara yang indah untuk liburan,” kata Enver kepadanya.

Zehnder hanya tersenyum dan sekadar mengiyakan. Namun, siapa sangka perkataan itu membekas dalam ingatannya sesampainya di rumah. Lama kelamaan, ia pun menginsafi, tidak ada salahnya menikmati suasana baru untuk sejenak di luar Prancis. Hal itu terasa lebih baik daripada terus-menerus di dalam rumah, tempat yang selalu membuatnya kangen akan kehadiran mendiang istri.
Lagipula, dirinya belum pernah mengunjungi Turki. Negara di antara dua benua itu mungkin menarik karena memiliki banyak destinasi wisata. Kira-kira sepekan setelah pertemuan tersebut, Zehnder pun menginformasikan kepada tetangganya bahwa dirinya berminat ikut ke Turki.
Hari yang dinanti pun tiba. Mereka berangkat dari ke Ankara dengan menumpangi pesawat terbang. Tujuannya bukanlah ibu kota tersebut, melainkan Elazig, tempat Enver Kodat berasal. Di sana, Zehnder dijamu dengan penuh kehangatan dan keakraban oleh sanak famili Enver.
Hari berikutnya, Zehnder ikut dengan pasangan suami-istri itu ke Elazig. Kota yang terletak di wilayah Turki timur itu merupakan daerah tempat Halide berasal. Kebetulan, lingkungan tempat tinggal ayah dan ibu Halide sangat kental akan nuansa Islam.
Sekitar sepekan lamanya Zehnder menjadi tamu keluarga Halide. Mereka menjamunya dengan sangat baik dan penuh ramah tamah. Lelaki Prancis itu pun merasa, dirinya seperti menemukan rumah-kedua, tempat yang akhirnya bisa menghapus dukanya semenjak ditinggal wafat sang istri.
Dirinya seperti menemukan rumah-kedua, tempat yang akhirnya bisa menghapus dukanya semenjak ditinggal wafat sang istri.
Pada suatu hari, Zehnder berjalan-jalan di gang yang tidak terlalu sempit di Elazig. Tampak orang-orang berkumpul mengelilingi seorang tua yang mengenakan jubah putih. Dengan bahasa Inggris yang patah-patah, ia pun bertanya kepada seorang hadirin.
Rupanya, pria yang sedang ceramah itu adalah seorang ulama. Di sela-sela pidatonya, tokoh lokal itu membacakan sesuatu yang belum pernah didengar Zehnder.
Dari penjelasan “penerjemah dadakan” di dekatnya, lelaki Prancis itu akhirnya mengetahui. Bacaan tersebut adalah Alquran. Ia pun meminta terjemahan satu ayat saja dari yang tadi dibacakan. Itu adalah surah Yunus ayat ke-25.
Kembali ke rumah keluarga Halide, Zehnder masih menyimpan kesan yang mendalam dari pembacaan Alquran. Bahkan, malam itu ia tidak bisa tidur sebelum mendengarkan lagi lantunan ayat-ayat Alquran, yang akhirnya ditemukan melalui situs YouTube.
Keesokan paginya, Zehnder memberitahukan kepada Enver dan Halide bahwa dirinya ingin memeluk Islam.
“Aku ingin menjadi seorang Muslim. Tolong tunjukkan padaku bagaimana caranya,” kata pria yang kini berusia 85 tahun itu kepada kedua sahabat Turki-nya itu.
Enver pada awalnya terkejut dan heran mendengar pengakuan tersebut. Apa yang membuat Zehnder tiba-tiba tertarik pada Islam? Lelaki asal Strasbourg itu pun menceritakan kesan yang didapatinya selama rihlah di Turki. Khususnya, impresi yang dirasakannya dari mendengarkan pengajian sufi di Elazig, beserta lantunan Alquran yang dibacakan.
Pasangan suami-istri itu lalu menyarankannya agar bersama-sama pergi ke Kantor Mufti provinsi setempat. Sesampainya di tujuan, ketiga orang itu diterima Wakil Mufti, Ozer Comert. Setelah mengetahui maksud kedatangan mereka, pemuka agama itu kemudian menerangkan cara-cara berislam.
Tidak hanya itu, Zehnder pun diajarkan mengenai rukun iman, rukun Islam, serta sekilas perikehidupan Rasulullah SAW. Beberapa kisah keteladanan Nabi Muhammad SAW diceritakan kepadanya. Beberapa kali, lelaki Prancis itu sampai menitikkan air mata lantaran terharu akan budi pekerti sang pembawa risalah Islam.
Keesokan harinya, Zehnder datang lagi ke kantor mufti tersebut, masih dengan ditemani Enver dan Halide. Kali ini, ia sudah siap untuk mewujudkan keputusannya, yakni menjadi Muslim. Ia lalu mengucapkan dua kalimat syahadat, yakni dalam bahasa Arab dan bahasa Prancis. Ustaz Ozer Comert membimbingnya hingga tuntas.
“Saya bahagia karena saya menjadi seorang Muslim,” kata Zehnder, seperti dikutip Republika dari laman Daily Sabah.
Mulai saat itu, ia pun memilih nama baru, yakni Emin. Itu berasal dari kata amin dalam bahasa Arab. Kepada Daily Sabah, ia mengungkapkan kebahagiaan dirinya sebagai Muslim. Ke depan, lanjutnya, ia ingin semakin banyak belajar perihal Islam.
“Setelah istri saya meninggal, saya mulai lebih banyak menghabiskan waktu dengan tetangga saya. Mereka juga banyak mendukung saya. Setelah itu, saya ingin belajar lebih banyak tentang Islam. Fakta bahwa orang Turki saling mendukung di Prancis juga sangat mengesankan saya," tambahnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Mengenal Syekh Izzuddin al-Qassam
Namanya diabadikan menjadi sayap militer Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam.
SELENGKAPNYA‘Pengakuan’ Achsanul Qosasi Terima Rp 40 Miliar Uang BTS
Pengembalian uang dinilai bentuk pengakuan Achsanul Qosasi menerima aliran uang korupsi BTS.
SELENGKAPNYAKH Anwar Iskandar Sah Jadi Ketua Umum MUI
KH Anwar Iskandar ditetapkan sebagai ketua umum MUI yang baru menggantikan KH Miftachul Akhyar
SELENGKAPNYA