Calon jemaah umroh menunggu kepastian keberangkatan ke Tanah Suci Mekah di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (27/2).Foto : Thoudy Badai | Thoudy Baday/Republika

X-Kisah

Kebahagiaan Gelombang Terakhir

 

 

Rasa syukur membuncah dalam hati Waris (75), seorang pria asal Samarinda. Kelelahan yang ia rasakan saat tiba di gerbang kedatangan di Terminal 3 di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, pada Jumat (28/2) tak bisa menutupi rasa bahagianya.

Bagaimana tidak, saat ribuan lain batal berangkat ke Tanah Suci, rombongannya satu dari gelombang terakhir yang boleh berangkat dan pungkas menjalankan ritual umrah di Tanah Suci prapelarangan sementara ketibaan jamaah umrah mancanegara oleh Kerajaan Arab Saudi.

Waris menjadi satu dari 120 jamaah umrah asal Samarinda yang baru tiba di Cengkareng sekira pukul 13.30 WIB, kemarin. Prof Waris, yang juga merupakan dosen di Universitas Mulawarman itu, juga mengaku baru mengetahui penerbangan ke Arab dari Indonesia dihentikan sementara per Kamis (27/2) pada saat ia hendak bertolak ke Indonesia.

"Baru tahu kemarin juga," kata dia yang berangkat umrah bersama sembilan anggota keluarganya itu. Menurut dia, rasa prihatin dan harapan terbaik bagi setiap pihak menjadi kata-kata yang pantas diutarakan.

Dia menceritakan, kondisi di Saudi ketika melakukan ibadah umrah sama saja seperti biasa ia melakukan ibadah umrah dan haji pada tahun-tahun sebelumnya, meski udara dingin menjadi pembedanya.

Dia menyebut, aktivitas umrah dan pengamanan serta pembersihan juga berjalan seperti biasanya. "Saya merasa baik-baik saja waktu beribadah di sana. Meskipun ada ancaman korona, itu tergantung sikap dari setiap jamaah saja," ujar dosen yang sudah mengajar sejak 1960-an itu.

Lelaki yang juga berlangganan koran Republika itu mengaku, tak ada sama sekali rasa takut karena niat yang ditegakkan sudah mantap untuk beribadah.

Hal serupa juga disampaikan oleh jamaah lainnya asal Samarinda yang baru tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Novita (47). Menurut Novita, pemberangkatannya bersama 120 jamaah lain berjalan kondusif dan tanpa kekhawatiran.

Bahkan, tak ada perlakuan khusus sejak tiba di Saudi hingga kembali ke Indonesia. Dia menyebut, perjalanannya sejak 16 hingga 28 Februari itu tak diliputi kekhawatiran apa pun ketika melaksanakan ibadah.

Dia bercerita, waktu enam hari di Madinah dan enam hari lainnya di Makkah sangat berkesan, meski berada di tengah ketegangan korona. ?Pulang ke Indonesia ada sedih dan bahagia. Sedih karena meninggalkan Tanah Cuci, senang karena akan berkumpul lagi dengan keluarga,? ungkap pedagang pasar di Samarinda itu.

Sebaliknya, nelangsa dirasakan Muslich (72 tahun). Dia beserta keluarganya yang berjumlah tujuh orang memutuskan untuk pulang ke Magelang dari Bandara Soekarno-Hatta, Jumat (28/2), setelah sebelumnya menginap di hotel yang difasilitasi biro perjalanannya.

Meski terlihat tegar dan merasa legawa, raut kecewa dan lelah tak bisa ia tutupi. Pasalnya, sejak Muslich dan keluarga berangkat dari Magelang menuju Yogyakarta, hingga Jakarta untuk boardingke Madinah pada pukul 17.35 WIB, Kamis (27/2), tak ada kepastian.

 
Ya, mau bagaimana lagi, belum waktunya juga. Sabar aja, Allah belum memanggil kita ke Tanah Suci
   

"Ya, mau bagaimana lagi, belum waktunya juga. Sabar aja, Allah belum memanggil kita ke Tanah Suci," ujar dia ketika ditemui Republika di terminal tiga keberangkatan domestik, Jumat (28/2), saat hendak boarding.

Dia menambahkan, meski merasa kecewa dan lelah, asa untuk berangkat ke Tanah Suci bersama keluarga itu telah dijamin oleh pihak biro perjalanan. Jika kebijakan untuk menerima turis dan peziarah oleh Pemerintah Saudi telah dibuka kembali, ia dijanjikan bakal berangkat.

Serupa dengan Muslich, Khadzik (49) yang merupakan calon jamaah asal Magelang dan menggunakan biro yang sama dengan Muslich, juga menerima pembatalan ibadahnya itu. Namun, rasa kecewa dari batalnya ibadah ketika telah berada di bandara ia ungkapkan dengan lugas.

"Kalau belum ada kesempatan ibadah ke Tanah Suci gak masalah, masih ada lain waktu. Tapi, yang masih berat itu pengumuman dadakan pas di bandara aja," kata dia. Kepada Republika, dia menuturkan, biaya pulang-pergi Magelang ke Jakarta yang ditanggung jamaah di luar biro dirasakan memberatkannya, terutama ketika biaya yang ia gunakan untuk tiga orang.

"Saya berangkat dengan kakak-kakak saya. Satu orang sekali jalan Magelang-Jakarta bisa habis Rp 1 juta, jumlahnya kali aja berapa orang, belum PP-nya," kata dia mengeluh.

Kendati demikian, dia mengaku menerima hal itu dan berharap Saudi segera memutuskan waktu agar jamaah bisa kembali berangkat ke Tanah Suci. Terlebih, dengan visa satu bulan yang telah dia kantongi. ?Ambil hikmahnya saja,? ujar dia.

Pimpinan rombongan jamaah asal Magelang, Radit (26), memastikan, keberangkatan selanjutnya akan langsung dilakukan setelah ada pencabutan larangan dari Saudi dan saran dari Amphuri selaku asosiasi dari biro umrah PT Mulya Rahayu Mitra-nya.

Dia menegaskan, pihaknya juga telah melayani para jamaah dengan memberikan akomodasi dan transportasi sejak Kamis (27/2) hingga Jumat (28/2), di luar dari pemberangkatan Magelang-Jakarta PP.

"Mau gimana lagi. Travel juga nggak mau rugi, untuk biaya hotel dan lainnya di Tangerang kami andalkan asuransi," kata dia. Dia menambahkan, pembatalan dari hotel dan pesawat Etihad 471 Airways yang dia gunakan sedang berproses. Meski ia menjamin tak ada masalah, perlu waktu untuk mengeklaim asuransi bagi biro umrahnya.

Sementara itu, sebanyak 23 jamaah umrah terpaksa menunda perjalanan dan kembali dari Kuala Lumpur Malaysia ke Kota Palembang karena tidak diizinkan menuju Jeddah, Arab Saudi. Saat tiba di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang pada Jumat pukul 7.35 WIB menggunakan maskapai Air Asia, tampak raut kecewa dan pasrah saat jamaah keluar dari pintu kedatangan.

"Kami berangkat 27 Februari dari Palembang transit ke Kuala Lumpur, tapi sampai di sana pesawat tidak bisa lanjut dan kami harus menginap semalam, lalu pulang hari ini," kata pemilik agen perjalanan yang membawa 23 jamaah tersebut, Bilal Tribudi di bandara.

Menurut dia, 23 jamaah umrah itu sebagian besar berasal dari Kota Prabumulih, sisanya Palembang dan Lampung yang mengambil paket perjalanan umrah plus Kairo Mesir. Dalam rencana perjalanan, kata dia, jamaah dari Palembang ke Kuala Lumpur, kemudian sampai di Jeddah, jamaah lebih dulu menuju Kairo selama tiga hari, lalu baru menunaikan ibadah umrah dari Jeddah. "Tetapi, informasi kami terima tidak ada yang bisa masuk ke Jeddah, bahkan maskapai Saudi Airlines tidak ada penerbangan sama sekali, jadi diputuskan pulang dulu saja," ujarnya menambahkan.

Sebanyak 310 WNI di Turki juga dipulangkan dari Bandara Istanbul akibat kebijakan penghentian penerimaan jamaah umrah oleh Pemerintah Arab Saudi. Mereka menggunakan maskapai penerbangan Turkish Airlines dan akan segera dipulangkan ke Tanah Air. Turkish Airlines akan menerbangkan 74 WNI jamaah umrah ke Jakarta pada Jumat (28/2). n

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat