Ilustrasi WFH | Pexels/Elle Hughes

Gaya Hidup

Butuh Perjuangan Wujudkan Work-Life Balance

Hybrid working juga menyimpan tantangannya tersendiri.

Pascapandemi, istilah hybrid working dengan melakukan kombinasi working from home (WFH) dan working from office (WFO) kian populer di masyarakat dan dunia kerja. Semakin banyak perusahaan di Indonesia yang mulai menerapkan model kerja ini.

Rani Anggraeni Dewi, seorang international certified ZEN counselor & couple relationship therapist, mengatakan, hal itu dipercaya dapat meningkatkan work-life balance dan produktivitas. Sebab karyawan tidak perlu lagi setiap hari menghabiskan waktu untuk melakukan perjalanan ke kantor maupun pulang ke rumah. “Hybrid working juga menawarkan fleksibilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan hanya bekerja di kantor,” kata dia, dikutip Selasa (10/10/2023).

Karena karyawan diberikan kesempatan dan kebebasan untuk menentukan di mana ia akan bekerja sambil tetap bisa melakukan hal lain di luar pekerjaan atau melakukan pekerjaan kantor dari rumah. Namun, di balik fleksibilitas yang ditawarkan, hybrid working juga memiliki kekurangan, yakni tidak semua karyawan mampu selalu produktif saat bekerja di mana saja.

photo
Aktivitas pekerja di gedung perkantoran perbankan pada masa penerapan PPKM Darurat di Jakarta, Senin, (5/7). Salah satu aturan PPKM darurat, yaitu semua sektor industri nonesensial diwajibkan 100 persen karyawan menerapkan bekerja dari rumah (WFH) dan sektor esensial diberlakukan 50 persen maksimum karyawan bekerja di kantor (WFO). Republika/Thoudy Badai - (Republika/Thoudy Badai)

Bekerja di rumah dan tempat lain tentunya berpotensi untuk mendapat pengalihan atau distraksi. Seperti halnya harus mengurus anak di rumah, suara bising di area terbuka, dan hal lain yang dapat menurunkan efektivitas kerja.

Selain itu, banyak yang justru merasa kewalahan saat WFH hingga akhirnya mengalami burn out akibat pola dan jam kerja yang tidak teratur. Termasuk juga, jadwal rapat secara daring yang dilakukan langsung berurutan terus-menerus.

Di sisi lain, pada saat WFO seorang karyawan juga bisa tidak fokus bekerja karena memikirkan tanggung jawab dan masalah yang terjadi di rumah. Ketika di rumah, ia kesulitan untuk memberikan waktu yang berkualitas bagi keluarganya karena sering kali masih harus sambil menyelesaikan pekerjaan kantor. 

photo
Remaja dan Kesehatan Mental - (Republika)

  ​

Kondisi ini tentu saja membuat seseorang bisa menjadi kelelahan secara emosional dan rasanya tidak mampu menjalankan tanggung jawab kesehariannya. Karena tidak adanya keseimbangan dalam aspek kehidupan, seperti aspek kesehatan fisik maupun mental.

Mengacu ke Studi terbaru dari Mercer Marsh Benefits bertajuk “Health on Demand 2023” yang melakukan Studi terhadap lebih dari 17.500 karyawan di 16 pasar seluruh dunia termasuk di Indonesia, ditemukan sebanyak 26 persen karyawan Indonesia mengaku mengalami stres dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, berdasarkan survei Champion Health UK yang dirangkum dalam The Workplace Health Report 2023 disebutkan beberapa penyebab stres di lingkungan kerja adalah akibat adanya beban kerja yang berlebihan, kelelahan, serta WFH.

Karyawan wanita PUN cenderung lebih rentan mengalami kecemasan dan depresi dibanding karyawan pria. Dikutip dari Corporate Wellness Magazine, work-life balance sangat penting bagi kesejahteraan dan kebahagiaan karyawan. Hal ini, karena bukan saja membantu mengurangi tingkat stres, melainkan juga meningkatkan kesehatan mental dan fisik, meningkatkan produktivitas, dan mempererat hubungan. Mencapai work-life balance penting demi hidup yang lebih berkualitas.

Meraih Keseimbangan

Lalu, bagaimana kita bisa menerapkan work-life balance dalam konsep hybrid working dan mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup? Rani menambahkan, kunci untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup serta memiliki kehidupan yang seimbang adalah dengan mindful living. Mindful living adalah hidup secara sadar dan fokus pada tujuan yang ingin dicapai saat ini.


Mencapai work-life balance, Rani menyebut, penting demi hidup yang lebih berkualitas. “Kita harus punya kemampuan untuk switch on/off WFH mode ataupun WFO mode, memiliki kesadaran penuh atas peran dan tanggung jawab di manapun kita berada, baik sebagai karyawan/pimpinan saat di kantor maupun sebagai orang tua/anak/pasangan saat di rumah,” kata dia. 

Rani pun menyarankan agar membangun relasi dengan diri sendiri, keluarga, dan dunia sekitar. Sempatkan diri untuk melakukan jeda atau hening dan memberikan batasan diri atau pengertian. Jika bisa mengendalikannya, kita bisa menjalani hidup secara harmonis dengan diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan pekerjaan.

photo
Tenang beraktivitas di rumah (ilistrasi) - (Unsplash/SideKiX media )

Itulah mengapa mindful living and mindful working sangat penting untuk menjalani hidup masa kini. Menurut Rani, hal penting lainnya untuk bisa melakukan mindful living dan mindful working adalah dengan selalu memiliki mindset berpikir positif serta melakukan detox negative emotion.

Orang perlu menyadari bahwa di dalam hidup ini banyak sekali dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu yang bisa meninggalkan trauma serta memikirkan ketidakpastian pada masa depan yang membuat khawatir, pikiran buruk atau emosi negatif hingga ujungnya membuat stres. 

Maka dari itu, penting melepaskan semua beban emosi negatif tersebut dengan fokus pada apa yang sedang dihadapi saat ini saja atau living present. Wanita yang juga mendirikan Gerakan Indonesia Bahagia ini membagikan tip untuk mencapai hal tersebut, yaitu dengan olah tubuh, olah rasa, dan olah pikir.

Olah tubuh, yaitu dengan rutin berolahraga, olah pikir, yaitu memprioritaskan mana yang saat ini penting. Hal yang terakhir olah rasa, yaitu bagaimana kita meregulasi dan memvalidasi perasaan kita. Rani meyakini, jika kita bisa mengelola itu semua, barulah kita bisa being awake, being aware, dan being attentive.

photo
Hobi berkebun (ilustrasi) - (Pixabay)

Artinya, kita sadar akan melakukan apa dan fully present pada apa yang sedang kita lakukan. Saat itulah kita bisa melakukan yang terbaik di setiap peran yang kita jalani. Lalu, bagaimana kita bisa selalu konsisten dalam menjalani hal tersebut? Seseorang harus punya lima kekuatan yang harus dimiliki, yaitu sebagai berikut.

1. Kekuatan untuk hening. Gunakan kesempatan untuk Jeda 5-10 menit setelah menyelesaikan suatu pekerjaan untuk atur nafas lalu mulai beraktivitas kembali agar kita bisa lebih fokus dan tenang.

2. Kekuatan untuk memilah. Mana yang perlu kita lakukan dan prioritaskan saat ini.

3. Kekuatan untuk beradaptasi dengan pekerjaan atau tugas.

4. Kekuatan untuk bertahan dalam tantangan. Jangan mudah terbawa perasaan. Kita harus bertahan dan berjuang demi tujuan hidup dan tanggung jawab terhadap keluarga.

5. Kekuatan untuk bekerja sama. Kita tidak bisa melakukan beberapa hal di atas tanpa dukungan dan kerja sama dengan orang-orang di sekitar kita.

Untuk merawat kekuatan-kekuatan di atas, dibutuhkan kemampuan untuk berdamai dengan diri sendiri, menerima, dan mencintai diri sendiri. Meskipun kita sedang merasa kesal, jenuh, sakit hati, dan perasaan negatif lainnya, kita harus bisa mengatasi perasaan-perasaan itu. 

“Selalu gunakan waktu untuk menentukan prioritas, jangan selalu menuntut kesempurnaan atau perfeksionis pada diri sendiri dan orang lain, lakukan hal yang paling disukai serta memiliki hubungan yang baik di dalam keluarga. Karena keintiman dalam keluarga menjadi immune booster paling ampuh terutama saat berada dalam masa-masa sulit,” kata dia menambahkan. 

 

 
Kunci untuk mencapai kehidupan yang seimbang adalah dengan mindful living.
 
RANI ANGGRAENI DEWI, International Certified ZEN Counselor & Couple Relationship Therapist. 
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Menyikapi Isu Kesehatan Mental Secara Proporsional

Banyak Gen Z yang menjadikan isu kesehatan mental sebagai alasan.

SELENGKAPNYA

Gen Z Akrab dengan Isu Kesehatan Mental, Mitos atau Fakta?

Sangat mungkin ada lebih dari satu alasan di balik berkembangnya suatu gangguan kesehatan mental.

SELENGKAPNYA

Polusi dan Kesehatan Mental yang Memburuk

Polusi udara yang terhirup masuk ke saluran pernapasan dapat memicu terjadinya perubahan pada area-area otak yang mengontrol emosi.

SELENGKAPNYA