Kecemasan dan kesehatan mental (ilustrasi) | Freepik/Rawpixel

Gaya Hidup

Cari Pertolongan Profesional Ketika Hidup Sedang tidak Baik-Baik Saja

Datang ke profesional tidak berarti seseorang

Gangguan mental adalah masalah serius yang dapat memengaruhi kehidupan seseorang secara signifikan. Salah satu karyawan swasta, Tiara (29 tahun), berbagi pengalamannya tentang bagaimana dia memutuskan untuk mencari bantuan dari seorang profesional, seperti seorang psikiater atau psikolog, dalam mengatasi perjalanannya melawan gangguan mental.

Dia juga memberikan wawasan tentang mengapa mencari bantuan profesional adalah langkah yang penting daripada mencoba mengatasi masalah mental sendiri. Tiara mengawali dengan menjelaskan bahwa awalnya dia melakukan self-diagnosis terhadap perasaannya.

Saat berkuliah, dia mengalami fluktuasi mood yang signifikan, kadang merasa sangat bahagia dan kemudian dalam hitungan menit merasa sangat marah tanpa alasan yang jelas. Teman-temannya juga sering mengomentari perubahan mood-nya yang tiba-tiba.

photo
Remaja dan Kesehatan Mental - (Republika)

Awalnya, Tiara tidak menyadari masalah ini, tetapi perilakunya yang sering marah-marah tanpa alasan mengganggu hubungannya dengan banyak orang. Masalahnya semakin memburuk ketika Tiara mulai bekerja.

Dia merasa mudah sedih tanpa alasan tertentu dan sering menangis. Dia masih berpikir bahwa ini mungkin karena peralihan ke dunia kerja yang baru, di mana dia harus mandiri setelah biasanya diberi dukungan oleh orang tua.

Namun, masalah dengan perubahan mood dan kendala dalam mengendalikan emosinya terus berlanjut, bahkan memengaruhi hubungannya dengan keluarga dan teman-teman. Dia bahkan pernah tidak berhubungan dengan ibunya selama berbulan-bulan.

Sekitar 2019 menjadi puncak masalah mental Tiara. Beban kerja yang tinggi, masalah fisik seperti jerawat dan perasaannya yang merasa tak berharga memicu kondisi yang semakin dalam.

Hubungannya dengan pacarnya juga mengalami masalah. Tiara merasa bahwa dia tidak berharga dan bahwa semua orang menjauhinya, meskipun pada kenyataannya tidak demikian.

Puncaknya, pada pertengahan 2019, Tiara hampir mencoba bunuh diri dengan melompat ke rel kereta Stasiun Palmerah, Jakarta. Untungnya, dia mendapatkan pertolongan dari orang-orang yang menghentikannya. Ini adalah titik baliknya dan dia akhirnya mendapat bantuan dari seorang profesional. “Terus setelah kejadian itu, aku ditolongin sama strangers sampai bisa ke psikolog,” kata Tiara kepada Republika, Senin (9/10/2023).

Proses pertama Tiara dalam mencari bantuan profesional pun tidak selalu mulus. Dia harus mencoba beberapa psikolog sebelum menemukan yang tepat.

Psikolog yang tepat adalah yang mendengarkan dan memahami tanpa menghakimi. Psikolog itu meminta Tiara untuk bercerita tentang dirinya dari kecil hingga dewasa dan masalahnya, merekamnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Psikolog itu berulang kali mendengar meminta Tiara mengulangi cerita yang sama, yang membantu Tiara mengingat pengalaman hidupnya yang mungkin menjadi penyebab masalahnya. Tiara juga menjalani berbagai bentuk terapi, termasuk hipnoterapi tidur dan terapi jurnal.

Hasilnya, dia mulai merasa tidak lagi bergantung pada orang lain, mengendalikan emosinya, dan bisa lebih membantu orang lain dalam masalah mereka. Pengalaman ini membuatnya lebih menghargai dirinya sendiri dan membuatnya sadar akan pentingnya mencari bantuan ketika menghadapi masalah mental.

Tiara ingin menyampaikan pesan penting bagi mereka yang menghadapi masalah serupa. Dia mengatakan bahwa datang ke profesional tidak berarti seseorang "gila", tetapi merupakan langkah yang baik untuk menyelesaikan masalah dalam diri sendiri. Dia juga menyarankan agar tidak terlalu peduli dengan pendapat orang lain atau stigma sosial terkait masalah kesehatan mental.

Penting untuk mencari bantuan jika merasa membutuhkannya. Selain itu, Tiara memberikan saran bagi teman-teman yang mendengarkan curahan hati orang yang menghadapi masalah mental.

Dia menekankan pentingnya mendengarkan tanpa menghakimi dan memberikan dukungan yang diperlukan. Jangan menyampaikan pesan seperti "bersyukur saja" atau "sabar saja”, karena hal ini bisa memperburuk masalah kesehatan mental.

Jika seseorang sudah mencari bantuan profesional, berikan dukungan yang positif dan hindari membandingkan dengan diri sendiri. “Kalau kalian sudah datang ke profesional, ternyata nggak cocok, coba cari yang lain. Itu kayak nyari baju, cari pasangan, jangan berhenti di satu psikolog. Coba cari yang lain,” ujar dia. 

 

Mengejar Kesadaran 

Saat ini sedang digencarkan kampanye untuk kesehatan remaja baik fisik maupun psikis. Remaja diajak untuk mulai mau berkunjung ke dokter, psikolog, ataupun psikiater jika ada masalah pada dirinya. 

Psikolog klinis, Kasandra Putranto, mengatakan, adanya kesadaran dari remaja maupun orang tua untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan mental merupakan modal yang sangat baik untuk mencapai kesehatan mental yang baik. Adanya langkah yang diambil untuk bertemu dengan tenaga kesehatan mental dapat diartikan dengan adanya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di dalam diri individu. 

"Individu akan mendapatkan banyak dampak positif melalui konsultasi dengan tenaga profesional, mulai dari tertanganinya masalah yang dihadapi hingga peningkatan kualitas hidup," ujar Kassandra kepada Republika, Sabtu (7/10/2023).

Kassandra mengatakan, dengan adanya penanganan masalah kesehatan mental dengan baik, masalah kesehatan mental akan dapat ditangani dengan lebih efektif. Salah satunya dengan menjalani konseling atau terapi dengan psikolog. 

Kassandra mengungkapkan, banyak individu yang mengetahui bahwa ia memiliki masalah kesehatan mental, tapi belum memahami apa penyebab dari masalahnya. Sejatinya, ondisi tertentu yang dapat memicu masalah maupun teknik-teknik tertentu untuk menangani masalahnya. 

"Dalam hal ini, psikolog dapat berperan besar dalam membantu individu memahami masalahnya dengan seutuhnya, mulai dari akar masalah hingga teknik untuk menghadapi masalah," ujarnya.

Mengutip American Psychological Association, Kassandra mengatakan, terapi kesehatan mental ditemukan bermanfaat bagi 75 persen orang yang menjalaninya. Hal ini pun dapat menyebabkan perbaikan dalam gejala yang dirasakan dan peningkatan dalam kualitas hidup.

Selain itu, konseling dapat membantu individu untuk meningkatkan mood-nya, meningkatkan resiliensi individu, mendapatkan perspektif baru akan masalahnya, memahami perasaannya dengan lebih baik, dan pada akhirnya dapat menangani masalahnya. 

Lalu, apakah ada peningkatan pasien dari kalangan gen Z yang mau berkonsultasi dengan psikolog saat ini? Kassandra mengatakan, generasi Z mencakup orang-orang yang terlahir antara 1997 hingga 2023, yang membuat mereka berumur 10 hingga 27 tahun saat ini. Menurut MCKinsey Health Institute di Amerika Serikat, generasi Z menunjukan tingkat kecemasan, depresi, dan perasaan kesulitan yang lebih tinggi dari generasi-generasi sebelumnya. 

"Walaupun belum ada data yang jelas mengenai jumlah individu dengan masalah mental per tahunnya, jumlah generasi muda yang mengalami gangguan mental sangat mengkhawatirkan," kata Kassandra.

 

 

 
Generasi Z menunjukkan tingkat kecemasan, depresi, dan perasaan kesulitan yang lebih tinggi dari generasi-generasi sebelumnya. 
 
 

 

 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mentalitas Generasi Digital

Kontrasnya karakter anak muda merupakan fenomena mentalitas sosial generasi digital.

SELENGKAPNYA

Pakai Smartphone Sejak Dini dan Kesehatan Mental Gen Z

Orang tua harus menakar kedewasaan anak sebelum memberikan mereka ponsel pintar.

SELENGKAPNYA

Warna dan Pengaruhnya pada Kesehatan Mental Anak

Ada sel-sel dimata yang akan berekasi terhadap warna dan cahaya.

SELENGKAPNYA