Museum Mevlana di Konya, Turki. Pada zaman Utsmaniyah, kompleks ini juga menjadi tempat persinggahan dan pusat aktivitas kaum sufi, khususnya dari ordo Maulana. | DOK WIKIPEDIA

Dunia Islam

Jejak Rumi di Konya

Kompleks makam sufi agung, Jalaluddin Rumi, di Konya, Turki, ini mulai berstatus museum sejak 1954.

Kiranya ada daftar para sufi besar dunia, tentunya nama Jalaluddin Rumi akan termasuk di dalamnya. Sosok yang juga dikenal luas sebagai penyair tak lekang waktu itu lahir di Balkh, Afghanistan utara, pada 1207. Saat berusia 21 tahun, ia ikut orang tuanya, berhijrah ke Anatolia.

Nama belakangnya, Rumi, bermakna 'orang Roma.' Dalam pengertian orang-orang Asia barat pada masa itu, Roma bukan hanya merujuk pada kota di Italia, melainkan 'wilayah Imperium Romawi' yang terdekat, yakni Semenanjung Anatolia--yang kini mayoritasnya menjadi Republik Turki.

Penguasa Anatolia kala itu, Raja Muhammad, menyambut Bahauddin Walad dan putranya, Jalaluddin Rumi dengan hangat. Rumi pun tumbuh menjadi pemuda yang gemar belajar ilmu-ilmu agama. Salah satu kajiannya saat itu ialah ilmu fikih, terutama mazhabnya Hanafi.

Kehidupannya berubah total sejak berjumpa dengan seorang sufi misterius, Syamsuddin alias Syamsi Tabrizi. Lelaki tua itu berasal dari Tabriz, sebuah kota di dataran Persia.

Pada hari perjumpaan itu di Konya, Anatolia tengah (kini sebuah kota di Republik Turki) sekira tahun 1244 M, Rumi sedang asyik membaca buku. Tiba-tiba, Syamsi Tabrizi merebut buku yang sedang dibaca ulama Hanafiyah tersebut.

“Sekarang, engkau harus hidup dari apa yang engkau ketahui,” kata sufi-pengelana itu sesudah melemparkan buku milik Rumi ke kolam air terdekat.

Rumi terkejut. Tanpa basa-basi, dirinya segera berlari untuk menyelamatkan bukunya. Belum hilang rasa kagetnya, ia kembali diperingatkan. Kali ini, Syamsi berseru, semua buku yang dibacanya tidak berarti apa-apa.

“Tapi kalau engkau memang menginginkannya, aku bisa mengeluarkan buku yang tercebur itu dari kolam dalam keadaan kering,” tambahnya.

Benar saja, orang asing ini mengambil kitab itu seolah-olah benda tersebut tidak pernah tersentuh air sebelumnya. Rumi menyadari, pria yang ada di hadapannya ini bukanlah orang biasa.

Sejak itu, keduanya bersahabat erat. Ulama Konya itu memandang sang darwis bak matahari yang menyinari hidupnya dalam jalan menuju Sang Maha Cinta.

photo
Seorang perempuan berhijab memandangi menara Museum Mevlana di Kota Konya. Di bawah kubah berwarna hijau itu, terdapat makam Jalaluddin Rumi. - (DOK EPA/Sedat Suna)

Menjaga memori

Pancaran tasawuf Rumi menyinari banyak kalangan. Menjelang akhir hayatnya, ia membentuk komunitas tasawuf Mevlevi atau al-Maulawiyah—yang hingga kini masih diikuti banyak orang terutama di Turki dan Suriah. Nama tarekat itu merujuk pada panggilan sayang dirinya oleh para pengikutnya, “Maulana.”

Pada 17 Desember 1273 (672 Hijriah), Rumi berpulang ke rahmatullah dalam usia 66 tahun. Ribuan orang melepas kepergiannya dengan duka mendalam. Jenazahnya dimakamkan di Konya, tepat di sebelah kuburan ayahnya.

Sultan Alauddin Kayqubad mula-mula membangun sebuah taman mawar di sekitar permakaman bapak-anak itu. Pembangunan tersebut dilakukannya sebagai bentuk penghormatan. Beberapa waktu kemudian, mursyid al-Maulawiyah menginisiasi berdirinya kawasan makam besar (kubbe-i hadra) di area tempat peristirahatan terakhir Rumi.

Sultan Seljuk tidak hanya merestui rencana ini, tetapi juga mendatangkan seorang arsitek terkemuka kala itu, Badruddin Tabrizi. Akhirnya, pada 1274 kompleks mausoleum itu tuntas dikerjakan.

Keberadaan Makam Besar Rumi terus bertahan di sepanjang masa kekuasaan Turki Utsmaniyah. Sesudah kekhalifahan tersebut tumbang, pemerintah Republik Turki kemudian mengubah status kawasan bersejarah ini menjadi museum. Sejak 1954, namanya menjadi Museum Mevlana.

Seperti halnya sebuah museum, kompleks bangunan ini berfungsi menjaga memori tentang Jalaluddin Rumi. Sang sufi tidak hanya menjadi inspirasi bagi komunitas Islam, tetapi juga non-Muslim. Sebab, yang kerap disuarakan penulis Matsnawi, Fihi Ma Fihi, dan Maktubat itu ialah hakikat cinta antara manusia dan Sang Pencipta serta spiritualitas.

Maka, Museum Mevlana pun tampil dengan pelbagai keindahan. Sebagai contoh, hamparan taman bunga mawar di sana. Saking indahnya kebun tersebut, warga Turki menamakan museum ini sebagai Istana Mawar. Tiap memasuki musim semi, ratusan bunga mawar akan mekar dan menyebarkan semerbak keharuman.

Sebagian area museum tersebut pernah menjadi tempat tinggal para salik. Salah satu kegiatan mereka ialah berlatih tarian sufi Samaa (whirling dervishes). Kesenian ini diciptakan Rumi sebagai bentuk ekspresi akan ekstase cinta Ilahi.

Dari kejauhan, keanggunan museum itu sudah tampak. Sebuah kerucut hijau toska besar menghiasi atap sebuah bangunan di sana. Tepat di bawah kerucut itu, terdapat kuburan Rumi yang berdampingan dengan makam ayahanda dan putra sulungnya, Sultan Walad—dikenang antara lain sebagai pemopuler whirling dervishes.

photo
ILUSTRASI Tarian khas kaum sufi. - (DOK PEAKPX)

Sebelum memasuki ruang makam, setelah memasuki pintu utama, pengunjung akan langsung bertemu sebuah taman berhias kolam. Itulah simbol dari “Malam Penyatuan.” Istilah itu diciptakan Rumi yang pernah menyebut kematiannya sebagai momen penyatuan diri dengan Tuhan. Di taman itu pula, tarian Samaa dipertunjukkan setiap tanggal 17 Desember untuk memperingati hari wafatnya Rumi.

Pesona Konya tentunya bukan hanya pada Museum Mevlana. Bentang kota tersebut juga dipenuhi berbagai bangunan ikonik dan bersejarah. Misalnya, Masjid Besarebey, Masjid Abdulaziz, dan Masjid Hasbey Darulhuffaz. Begitu pula dengan Madrasah Ince Mineret. Meskipun berusia kuno, bangunan-bangunan cagar budaya itu selalu terawat dengan baik.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Nona Rara Batik, Integrasikan Teknologi dan Tradisi

Nona Rara Batik tetap setia pada proses pembuatan batik yang tradisional dan autentik.

SELENGKAPNYA

‘Dana Pensiun BUMN Dirampok’

Erick Thohir melanjutkan agenda 'bersih-bersih BUMN'.

SELENGKAPNYA

Tebusan untuk Abbas

Meski kepada binatang, seorang Muslim diminta menerapkan keadilan

SELENGKAPNYA