UMKM (ilustrasi). | ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/rwa.

Iqtishodia

Mendorong Daya Saing UMK Industri Kreatif

Penyusunan strategi pengembangan usaha mikro kecil (UMK) yang pesat mampu memberikan dampak terhadap perekonomian setempat.

OLEH Rossana Tiarasari (Mahasiswa Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah FEM IPB University), Prof. Ma’mun Sarma (Dosen Departemen Manajemen, FEM IPB University), Dr. Feryanto (Dosen Departemen Agribisnis, FEM IPB University)

 


Kota Tasikmalaya merupakan salah satu daerah dengan pertumbuhan UMK industri kreatif yang berkembang pesat di Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2023 tercatat sebanyak 15.002 pelaku UMK, dan 9.770 di antaranya telah memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB). Kota ini memiliki delapan produk unggulan, seperti bordir, batik, kelom, payung geulis, dan anyaman. Namun, produk unggulan tersebut hanya menyerap sekitar 29.865 tenaga kerja atau sekitar 10 persen dari potensi daya serap yang tersedia.

Dari berbagai produk kreatif yang dihasilkan, bordir menjadi satu-satunya produk yang memiliki branding kuat, baik di pasar domestik maupun internasional, sehingga melekat sebagai identitas kota tersebut. Sementara itu, produk unggulan lainnya masih belum dikenal luas oleh masyarakat di luar Kota Tasikmalaya. Untuk memperkuat posisi sektor industri kreatif, Dinas KUMK Perindag Kota Tasikmalaya kini gencar mempromosikan batik dan kelom geulis sebagai identitas baru daerah tersebut.

Berdasarkan data Rencana Pembangunan Daerah (RPD) Kota Tasikmalaya tahun 2023–2026, persentase usaha mikro yang berhasil meningkat menjadi usaha kecil pada tahun 2023 mencapai 23 persen. Adapun usaha mikro yang telah memiliki sertifikat mencapai 17 persen.

Sementara itu, jumlah UMK yang telah terakses dukungan usaha tercatat sebanyak 1.695 pelaku usaha dengan tingkat pemberdayaan UMK sebesar 74,50 persen. Pencapaian pelaku usaha mikro yang naik kelas masih berada di bawah 50 persen karena banyak pelaku usaha memilih bertahan pada skala yang sama. Kondisi ini dipengaruhi oleh rendahnya literasi digital serta minimnya keberanian dalam menghadapi risiko usaha yang semakin besar ketika skala bisnis meningkat.

Meskipun sekitar 70 persen pusat bisnis dan perdagangan di wilayah Priangan Timur berada di Tasikmalaya, kota ini masih menghadapi tantangan dalam meningkatkan kinerja ekonominya. Rendahnya daya beli masyarakat dan tingginya tingkat kesenjangan menjadi faktor utama yang menghambat laju pertumbuhan ekonomi daerah. Akibatnya, pertumbuhan UMK yang pesat belum mampu memberikan dampak optimal bagi perkembangan ekonomi daerah serta menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran.

Tulisan ini disusun berdasarkan hasil riset yang dilakukan di Kecamatan Cipedes dan Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan key informant yang terdiri atas Dinas KUMK Perindag Kota Tasikmalaya, Kepala Bidang Perekonomian dan Infrastruktur Kewilayahan Bappelitbangda, penanggung jawab Galeri Kreatif UMKM Kiwari BI, serta para pelaku usaha. Responden pelaku usaha berjumlah 30 orang yang dipilih berdasarkan kriteria memiliki NIB, telah menjalankan usaha minimal 10 tahun, serta termasuk UMK industri kreatif di Kecamatan Cipedes dan Kecamatan Tawang. Data sekunder diperoleh dari hasil penelitian terdahulu, jurnal, dan literatur relevan lainnya. Penelitian ini menggunakan analisis matriks IFE, EFE, IE, SWOT, dan QSPM, dengan waktu penelitian berlangsung dari Juli 2024 hingga Februari 2025.

Kondisi UMK Industri Kreatif Kota Tasikmalaya

Di balik perkembangan UMK industri kreatif yang pesat, sejumlah pelaku usaha di Kota Tasikmalaya masih menghadapi berbagai permasalahan, seperti rendahnya kualitas sumber daya manusia dan manajerial, persaingan usaha sejenis, serta ketidakmampuan memanfaatkan teknologi dan pemasaran. Kondisi tersebut secara tidak langsung menghambat kemampuan pelaku usaha untuk berkembang. Berdasarkan data Dinas KUMK Perindag Kota Tasikmalaya, hingga tahun 2023 pelaku usaha yang telah memiliki sertifikat NIB baru mencapai 12,20 persen dari total 123.001 pelaku usaha.

Persaingan usaha sejenis di Kota Tasikmalaya juga dipicu oleh persaingan harga yang signifikan. Hal ini disebabkan maraknya produk batik hasil mesin cetak yang dijual dengan harga lebih murah dibandingkan batik tulis atau manual. Kondisi tersebut membuat pengrajin batik lokal sulit bersaing dari sisi harga di pasar.

Melihat kondisi tersebut, Pemerintah Kota Tasikmalaya telah menerbitkan sejumlah regulasi, antara lain Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pemberian Insentif dan Kemudahan Penanaman Modal, Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 2 Tahun 2020 tentang Usaha Mikro, serta Peraturan Wali Kota Tasikmalaya Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil. Pemerintah juga memberikan dukungan melalui pelatihan, pemberdayaan, pendampingan, serta sosialisasi dan edukasi kepada pelaku usaha. Namun, upaya tersebut belum sepenuhnya mampu mengatasi permasalahan yang ada.

Permasalahan Pelaku UMK Industri Kreatif

Permasalahan yang dihadapi pelaku UMK terdiri atas faktor internal dan eksternal yang menghambat pengembangan usaha. Berdasarkan hasil analisis matriks IFE, kekuatan terbesar UMK industri kreatif terletak pada lokasi Kota Tasikmalaya yang strategis (0,49), loyalitas konsumen yang terbangun selama bertahun-tahun (0,47), serta akses informasi pasar yang mulai meluas (0,47). Adapun kelemahan terbesar meliputi rendahnya inovasi produk (0,11), keterbatasan modal usaha (0,09), serta pencatatan dan laporan keuangan (0,09).

Sementara itu, hasil analisis matriks EFE menunjukkan peluang terbesar berupa sentra UMK sebagai destinasi wisata (0,60), peluang kemitraan untuk pengembangan usaha (0,50), serta dukungan pemerintah daerah (0,49). Ancaman terbesar meliputi kenaikan biaya bahan baku (0,11), tuntutan peningkatan kapasitas, kualitas, dan produktivitas (0,08), serta persaingan usaha sejenis (0,08).

Posisi pelaku UMK dalam matriks internal-eksternal (IE) berada pada kuadran V, yang menunjukkan kekuatan internal dan daya tarik eksternal berada pada tingkat sedang. Kondisi ini menandakan bahwa strategi yang tepat adalah menjaga stabilitas usaha, meningkatkan efisiensi, serta memperkuat daya saing terhadap kompetitor.

Strategi Pengembangan UMK Industri Kreatif

Strategi diversifikasi produk menjadi salah satu alternatif pengembangan UMK industri kreatif di Kota Tasikmalaya, mengingat banyaknya pelaku usaha yang menghasilkan produk serupa, seperti batik dan sandal kelom. Tanpa ciri khas, UMK sulit bersaing dengan produk massal berbasis mesin. Diversifikasi, penguatan branding, pemasaran agresif, serta riset pasar diperlukan agar pelaku UMK mampu memahami kebutuhan konsumen dan menciptakan produk yang lebih menarik.

Pemerintah Kota Tasikmalaya mendukung strategi ini melalui pembangunan Pusat Promosi Industri Kreatif (PPIK), penyediaan sertifikasi, pelatihan, serta program benchmark. Pemerintah juga memperluas akses pasar melalui kolaborasi dengan distributor dan pemetaan target pasar domestik maupun internasional agar UMK dapat naik kelas.

Kota Tasikmalaya juga memiliki peluang besar untuk mengembangkan destinasi wisata berbasis UMK melalui pendirian workshop atau penampilan proses produksi produk lokal. Selain menjadi daya tarik wisata, sentra tersebut berpotensi memperluas pemasaran, meningkatkan pendapatan daerah, serta membuka lapangan kerja. Contoh keberhasilan konsep ini dapat dilihat di Sukaregang, Garut, yang menjadikan UMK kulit sebagai daya tarik wisata dan berhasil menembus pasar ekspor.

Pengembangan destinasi wisata UMK dinilai relevan untuk mengatasi persoalan kemiskinan dan rendahnya daya beli masyarakat. Keberadaan workshop atau studio yang berfungsi sebagai pusat pelatihan dan produksi dapat meningkatkan keterampilan masyarakat serta memperluas peluang kerja.

Pemberian insentif dan pengembangan program inkubasi juga menjadi strategi penting, mengingat banyak pelaku UMK mengalami kesulitan permodalan. Bantuan dana perlu diberikan secara tepat sasaran disertai pengawasan yang ketat. Menurut Irawan (2023), pendanaan produktif yang dibarengi program inkubasi dan pendampingan berkelanjutan mampu membentuk ekosistem UMK yang lebih kompetitif.

Pemerintah Kota Tasikmalaya perlu merumuskan strategi agar pemberian insentif dan program inkubasi bersifat inklusif serta tidak menimbulkan kesenjangan baru. Peningkatan kebijakan dan penguatan sektor ekonomi kreatif menjadi rekomendasi penting guna mendorong kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat