
Arsitektur
Masjid Al Rawdah: Pesona Unik Arsitektur New-Gothic
Masjid di Connecticut, Amerika Serikat, ini dahulunya merupakan sebuah mansion, yang lalu dibeli komunitas Muslim setempat.
Negara bagian Connecticut di Amerika Serikat (AS) memiliki jumlah penduduk Muslim yang cukup signifikan. Di sana, terdapat tidak kurang dari 150 ribu orang beragama Islam. Mereka berasal dari berbagai latar belakang dan kelompok, bukan hanya pendatang dari Asia dan Afrika.
Untuk memenuhi kebutuhan warga Connecticut yang Muslim, ada cukup banyak masjid di sana. Salah satunya yang terbilang unik ialah Masjid Al Rawdah, beralamat di Jalan Raya Meriden Nomor 189 E.
Barangkali, inilah masjid yang paling menarik perhatian bila dibandingkan dengan tempat-tempat ibadah lainnya di seluruh Connecticut. Sebab, wujud bangunannya lebih menyerupai sebuah rumah mewah dan besar (mansion) dengan gaya arsitektur kebangkitan gotik (gothic revival architecture).
Tidak ada kubah di sana, sebagaimana umumnya masjid-masjid di Indonesia. Bahkan, lambang bulan sabit dan bintang pun tidak terpampang pada bagian atapnya. Statusnya sebagai sebuah rumah-ibadah Islam cenderung terbaca “hanya” dari papan nama di muka area itu: “Al-Rawdah Mosque – Islamic Association of Southern Connecticut.”
Masjid yang mempesona ini merupakan milik kaum Muslimin, khususnya yang tergabung dalam Asosiasi Islam Connecticut Selatan (IASC). Pihak takmir setempat tidak membangunnya dari nol, tetapi membelinya sebagai sebuah bangunan-jadi yang siap pakai.
Sebelum menjadi kepunyaan umat Islam, mansion yang berwarna dominan cokelat itu dibangun oleh seorang pengusaha lokal. Laman resmi Masjid Al Rawdah (www.rawdatalquran.org) tidak menyebutkan kapan rumah bergaya gotik-baru itu didirikan. Bagaimanapun, bangunan tersebut lantas beralih fungsi menjadi rumah pemakaman dan kremasi milik perusahaan yang bernama Szymaszek-Taylor Funeral Home.
Pada 2007, usaha rumah-duka itu gulung tikar. Pemiliknya kemudian meminta jasa sebuah korporasi broker properti untuk memperantarai penjualan. Cukup lama mansion tersebut berselimut debu, tanpa ada satu pun yang mau membelinya.

Sekitar tahun 2010, komunitas Muslim Connecticut Selatan mengumumkan kebutuhan akan tempat ibadah baru di wilayah setempat. Setelah bermusyawarah, tokoh-tokoh Islam lokal mulai mencari lokasi yang cocok untuk berdirinya sebuah masjid. Bagai gayung bersambut, mansion bekas rumah duka itu lalu menarik minat Muslimin lokal untuk membelinya.
Mereka pertama-tama membentuk sebuah perkumpulan agar pembelian properti itu dapat berjalan dengan lancar. Maka pada Februari 2011, berdirilah Asosiasi Islam Connecticut Selatan. Pada tahun yang sama, organisasi itu diakui secara hukum oleh pemerintah negara-bagian Connecticut.
Pada 2012, IASC berhasil menyelesaikan pembelian rumah besar itu. Tidak lama kemudian, mansion tersebut resmi dibuka sebagai masjid untuk khalayak umum. Nama yang dipilih oleh organisasi itu adalah Masjid Al Rawdah. Tempat ibadah ini dimaksudkan tidak hanya sebagai pusat aktivitas religi Islam. Fungsinya juga menyajikan syiar agama tauhid kepada publik dan sekaligus mempromosikan hubungan persahabatan dan tenggang rasa dengan warga dari agama lain.
Bicara tentang toleransi, lokasi Masjid Al Rawdah menyimbolkan hal itu. Tempat ibadah Muslim tersebut bertetangga dengan Gereja First United Methodist serta Gereja Kristus Meriden di sebelah barat. Warga non-Muslim juga biasa menghadiri acara open mosque yang digelar pihak takmir setempat.
Masyarakat umat agama-agama di negara bagian ini juga tergabung dalam Komisi Connecticut untuk Hak dan Kesempatan Asasi Manusia (Connecticut Commission on Human Rights and Opportunities/CHRO). Menurut Cheryl A Sharp dalam artikelnya, “Sweet Land of Liverty: Islamophobia and the Treatment of Muslims in the State of Connecticut” (2012), salah satu fokus kerja komisi tersebut adalah melawan dan menanggulangi islamofobia.
Masjid Al Rawdah terdiri atas tiga lantai dan sebuah basement. Jamaah biasa melaksanakan shalat di ruangan lantai satu. Adapun lantai kedua dan ketiga masing-masing diperuntukkan bagi tempat pengajian anak-anak dan gudang penyimpanan.

Seperti umumnya bangunan bergaya gotik, Masjid Al Rawdah memiliki jendela yang besar dan berujung lancip. Begitu pula dengan bagian depannya yang menampilkan lengkungan runcing (pointed arch), salah satu kekhasan arsitektur dari Eropa barat itu.
Sesungguhnya, Barat mengadopsi seni rancang-bangun pointed arch dari Andalusia atau Spanyol Islam. Corak gotik sendiri lahir akibat kebosanan para seniman Renaisans terhadap arsitektur abad pertengahan.
Ciri gotik lainnya yang terdapat pada Masjid Al Rawdah adalah bagian yang menyerupai menara dengan atap tersendiri. Kompleks masjid itu mungkin terlalu “luas” bagi Muslimin Meriden, Connecticut Selatan, yang berjumlah puluhan kepala keluarga. Namun, inilah tempat mereka berinteraksi dan memusatkan kegiatan keislaman.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Mengulik Manfat Mengajak Anak Lari
Event lari saat ini juga banyak yang telah menyasar anak-anak.
SELENGKAPNYAMengenal Para Pesaing Putri Ariani di Final AGT
Para kontestan memperebutkan hadiah sebesar satu juta dolar AS.
SELENGKAPNYA