
Kisah
Dua Pertanyaan Titipan untuk Nabi Musa
Seorang musafir muda menjumpai dua sosok berbeda yang menitipkan pertanyaan padanya.
Kisah berikut ini dapat ditemukan dalam kitab Nashoihul Ibad karya Syekh Syihabuddin Ibnu Hajar al-Asyqalani. Pada suatu hari, seorang musafir muda meninggalkan kampungnya untuk belajar agama kepada Nabi Musa AS. Perjalanan panjang dilaluinya, termasuk ke daerah-daerah yang belum pernah didatanginya.
Tanpa sengaja, remaja ini kemudian berjumpa dengan seorang tua yang buta. Tidak hanya tanpa penglihatan, orang lanjut usia (lansia) itu juga tidak memiliki sepasang tangan dan kaki.
Bagaimanapun banyaknya kekurangan fisik yang dialami si lansia, pemuda itu tetap menatapnya kagum. Sebab, lisan orang tua tersebut tidak henti-hentinya menggumamkan zikir. Dari mulutnya, keluar lafazh puja-puji ke hadirat Allah SWT.
Saat mendekatinya, musafir muda ini mendapati sesuatu yang menakjubkan. Banyak semut hilir-mudik membawa butir-butir makanan dari tanah. Hewan kecil ini merembet ke sekujur tubuh orang tua ini. Ke dalam mulut sang ahli zikir, mereka menaruh makanan itu.
“Ternyata begitu caranya mendapatkan rezeki,” katanya dalam hati.
“Wahai anak muda,” ujar lansia ini, “engkau tadi bercerita hendak bertemu dengan Nabi Musa. Aku titip pertanyaan untuknya. Tanyakanlah kepadanya, seperti apa bagus dan indahnya surga yang Allah siapkan untukku? Sebab, aku setiap hari beribadah, berzikir, dan menyebut nama-Nya.”
“Baiklah, akan kusampaikan kepada Nabi Musa,” sahut pemuda itu.
Sesudah pamit, ia pun meneruskan rihlahnya. Di tengah jalan, ia diadang seorang perampok. Sempat ketakutan, remaja ini kemudian memberitahukannya; bahwa dirinya sedang dalam perjalanan menuju Nabi Musa.
Dan lagi, ada amanah dari seorang kakek tua dan lumpuh yang harus disampaikannya kepada sang nabi. Mendengar penuturannya, si perampok seperti terhenyak dan terdiam untuk sesaat.
Kemudian, lelaki itu berkata, “Wahai anak muda, kalau begitu, tanyakan juga kepada Nabi Musa, pantaskah diriku masuk surga? Sementara, dosa-dosaku sangat banyak. Aku telah membunuh banyak jiwa, merampok begitu banyak orang. Apakah aku akan diampuni Allah?”
“Baiklah, aku anggap pertanyaan-pertanyaanmu ini sebagai amanah darimu untuk kusampaikan kepada Nabi Musa,” katanya.
Setelah lama berjalan, akhirnya remaja tersebut sampai ke tempat tinggal Nabi Musa AS. Usai memperkenalkan diri, pemuda ini lalu menyampaikan amanat dari lansia yang telah ditemuinya itu kepada sang nabi.
Mendengar penuturannya, saudara Nabi Harun AS itu kemudian bersabda, “Orang tua yang buta itu akan masuk neraka, sedangkan perampok jahat yang insaf itu akan masuk surga, insya Allah."
Betapa mengejutkannya jawaban Nabi Musa AS itu. Mengertilah pemuda ini bahwa Allah SWT melihat pada keikhlasan seorang hamba. Bukan pada anggapan manusia, seberapa banyak ibadahnya, atau apa pun perbuatan maksiatnya di masa lalu.

Pentingnya ikhlas
Kisah di atas mengajarkan, betapa pentingnya tulus hati dalam berhubungan vertikal dengan Allah (habluminallah). Percuma tampak saleh di hadapan manusia sedangkan niat seseorang tidak ikhlas kepada-Nya.
"Katakanlah, 'Sesungguhnya aku diperintahkan untuk menyembah Allah dengan penuh keikhlasan kepada-Nya dalam menjalankan agama. Dan aku diperintahkan agar menjadi orang yang pertama-tama berserah diri.' Katakanlah, 'Sesungguhnya aku takut akan azab yang akan ditimpakan pada hari yang besar jika aku durhaka kepada Tuhanku.' Katakanlah, 'Hanya kepada Allah aku menyembah dengan penuh keikhlasan kepada-Nya dalam menjalankan agamaku'" (QS az-Zumar ayat 11-14).
Tujuan dilakukannya ikhlas adalah agar Allah SWT ridha pada apa yang dikerjakan seorang hamba dan supaya terhindar dari segala niat buruk yang bersifat keduniaan, yang dapat menodai kualitas amal ibadah.
Orang-orang yang dijumpai sang musafir dalam kisah di atas juga mengisyaratkan pentingnya kesegeraan bertobat. Dan, jangan berputus asa dari rahmat Allah.
Tobat nasuha akan menghapus keburukan-keburukan yang dilakukan sebelumnya, mengembalikan keaslian jiwa orang yang bertobat, serta menghapus keburukan-keburukan yang dilakukannya.
"Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)" (QS az-Zumar: 53- 54).
Dalam dua ayat Alquran ini, Allah memberikan jaminan kepada seluruh hamba-Nya yang beriman agar mereka tidak sampai jatuh pada pesimisme. Ingat, kasih sayang dan rahmat-Nya begitu luas. Itu pun seyogianya menjadi kabar gembira, bahwa Allah akan mengampuni setiap dosa hamba-Nya baik yang besar maupun kecil. Kemauan untuk bertobat secara tulus ikhlas, itulah yang Nabi Musa apresiasi dari sosok perampok yang ditemui si musafir.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Pola Pikir Sini dan Kini untuk Hidup Lebih Bahagia
Pola makan sehat dikaitkan dengan risiko yang lebih rendah untuk gangguan makan dan kecanduan makanan.
SELENGKAPNYAPatung Bung Karno Banyuasin, tak Mirip dan tak Perlu
Warganet mengolok-olok patung Bung Karno yang dibangun d i Banyuasin.
SELENGKAPNYAMemahat Mimpi di Indonesia demi Palestina
Amin al-Nawajha akan kembali ke Gaza setelah 13 tahun belajar di Indonesia.
SELENGKAPNYA