Mengubah mood agar lebih bahagia (ilustrasi) | Unsplash/Jacqueline Munguia

Gaya Hidup

Pola Pikir Sini dan Kini untuk Hidup Lebih Bahagia

Pola makan sehat dikaitkan dengan risiko yang lebih rendah untuk gangguan makan dan kecanduan makanan.

Dengan berbagai kesibukan dan rutinitas harian, banyak orang kesulitan menikmati momen yang sedang dijalani. Saat sedang melakukan suatu aktivitas, bisa jadi pikiran sudah melayang ke berbagai hal lainnya yang juga menunggu untuk dikerjakan.


Hal ini, berpotensi membuat keseimbangan diri terganggu, atau mengimbas waktu berkualitas bersama keluarga atau orang terkasih. Psikiater Dimitrios Tsatiris membagikan cara untuk mengatasinya, yakni melatih diri menerapkan mindfulness atau kesadaran sini-kini.


Dikutip dari laman Psychology Today, Kamis (21/9/2023), mindfulness didefinisikan sebagai kesadaran mengalami momen saat ini tanpa menghakimi. Manfaat dari mindfulness, termasuk berkurangnya stres dan membuat seseorang tak reaktif secara emosional.


Keuntungan lain, yakni membuat seseorang memiliki fokus yang lebih baik, dan bisa lebih puas menjalani hidup. Bersikap penuh perhatian akan membuat seseorang tidak kewalahan ketika pekerjaan dan kewajiban sosial saling menarik diri ke arah yang berbeda.


Menurut Tsatiris, mindfulness tak bisa tercapai begitu saja. Ahli kesehatan jiwa yang berspesialisasi dalam bidang manajemen kecemasan itu mengatakan, ada sejumlah pelatihan dan pembiasaan yang perlu dilakukan secara terus-menerus sebagai berikut.


1. Sadari kondisi tubuh sepenuhnya

Bicara mindfulness bukan cuma soal pikiran atau kesehatan mental, melainkan juga terkait kondisi fisik. Tsatiris mengatakan, banyak orang tidak menyadari apa yang terjadi pada tubuhnya, sehingga kesadaran ini perlu dilatih.


Berhentilah sejenak dan perhatikan bagaimana ketegangan dan kecemasan terasa di bagian tubuh. Lepaskan sebagian ketegangan fisik dengan menarik napas dalam-dalam atau meregangkan otot-otot yang tegang. Intervensi ini berlangsung beberapa menit, tetapi berdampak langsung pada penurunan tingkat kecemasan.


2. Ketahui tujuan mindfulness

Tidak hadir di momen saat ini adalah akar dari segala kecemasan. Saat rasa cemas melanda, seseorang terlalu fokus memikirkan apa yang mungkin terjadi pada masa depan atau kejadian pada masa lalu. Di situlah pentingnya mindfulness atau praktik penuh perhatian.


3. Nikmati momen-momen kecil

Bersenang-senang saat menjalani rutinitas dan merayakan momen kecil mungkin tampak biasa saja, tapi sebenarnya ini sangat berarti. Misalnya, saat pulang bekerja dan naik transportasi umum seperti kereta, letakkan ponsel sejenak dan nikmati perjalanan itu.


Momen-momen serupa juga tersebar sepanjang hari, termasuk benar-benar mencecap rasa makanan yang disantap, mengobrol dengan rekan kerja selama beberapa menit, atau merasakan aliran air saat mandi. Meski singkat, momen itu bisa memberikan dampak positif.


4. Tetapkan batasan layar

Ponsel pintar bisa membuat ketagihan dan membuat seseorang menghabiskan terlalu banyak waktu mengaksesnya. Tak dimungkiri pekerjaan pada era modern sangat terkait dengan gawai, tapi juga perlu untuk menetapkan batasan mengakses ponsel pintar atau perangkat lain.


Misalnya, tinggalkan ponsel di ruangan lain saat menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman, atau hentikan akses media sosial beberapa jam sebelum tidur. Sebelum secara refleks mengambil ponsel, tanyakan pada diri terkait urgensi untuk mengaksesnya.


5. Habiskan waktu di alam

Menghabiskan waktu di alam adalah cara yang bagus untuk mengupayakan mindfulness. Merasakan embusan angin dan memandang keindahan alam di lingkungan sekitar bisa mengingatkan akan anugerah hidup dan bahwa manusia hanya bagian kecil dari alam semesta.


Hubungan Sehat dengan Makanan 

photo
Makanan dan gaya hidup (ilustrasi) - (Unsplash/Chad Montano)


Hubungan seseorang dengan makanan tidak sesederhana yang dibayangkan. Ada orang yang terobsesi pada makanan tertentu, menyantap beberapa jenis makanan untuk mendapat efek emosional, atau yang makan dengan perasaan bersalah.

Makan, bukan hanya tentang mendapat "bahan bakar" tubuh dan memenuhi kebutuhan nutrisi penting. Nyatanya, seseorang perlu memiliki hubungan yang sehat dengan makanan, termasuk memiliki perilaku makan yang sehat bagi tubuh.

Dikutip dari laman Hindustan Times, Rabu (20/9/2023), seseorang dapat memeriksa, apakah hubungannya dengan makanan sudah sehat dengan mencermati beberapa hal. Pertama, periksa apakah kebiasaan makan sudah selaras dengan isyarat tubuh.

Artinya, seseorang sudah sadar kapan merasa lapar, kapan tidak lapar, dan kapan merasa kenyang setelah menyantap makanan tertentu. Selanjutnya, hubungan itu bisa ditinjau dari jumlah dan variasi makanan yang tepat dari semua kelompok makanan.

photo
Biasakan memiliki hubungan yang baik dengan makanan (ilustrasi) - (Unsplash/Anna Pelzer)

Tanda lain, periksa apakah sudah merasa nyaman saat makan sendiri ataupun bersama orang lain. Tanyakan pada diri sendiri apakah sudah mampu menikmati makanan apa pun, tanpa dihantui perasaan bersalah atau muncul ketakutan yang mendominasi hidup.

Jika banyak jawaban dari pertanyaan itu adalah "tidak" atau "belum", seseorang mungkin perlu berupaya meningkatkan hubungan baik dengan makanan. Alasannya, banyaknya jawaban "tidak" menunjukkan bahwa seseorang mungkin menggunakan makanan sebagai mekanisme penanggulangan emosi negatif.

Masalahnya, hal ini memicu pusat penghargaan di otak. Artinya, meskipun seseorang merasa lebih baik, perilaku ini menjadi diperkuat, sehingga dia cenderung terus makan sebagai respons terhadap emosi negatif.

Makan secara emosional dan tidak terkontrol lebih mungkin dikaitkan dengan gejala gangguan makan dan kualitas pola makan yang lebih buruk. Termasuk, lebih sedikit asupan sayur-sayuran dan lebih banyak asupan makanan rendah nutrisi.

Sementara itu, sebuah tinjauan studi tentang kecanduan makanan dan kesehatan mental menemukan, pola makan sehat dikaitkan dengan risiko lebih rendah adanya gangguan makan dan kecanduan makanan.

Bagaimana mengembangkan hubungan baik dengan makanan? Seseorang bisa memulai dengan menuliskan kapan dan di mana dia makan dan minum, dengan siapa, sambil melakukan apa, dan bagaimana perasaan terhadap semua hal tersebut. Hal ini membantu meningkatkan kesadaran akan emosi termasuk stres, kecemasan, depresi, dan faktor-faktor yang memengaruhi makan dan minum.

Selanjutnya, berlatih makan dengan penuh kesadaran. Menjadi sadar berarti meluangkan waktu untuk memeriksa apakah Anda benar-benar lapar, atau apakah itu akibat tergiur melihat makanan, dipicu oleh bau yang tercium dari toko atau kafe, atau "rasa lapar emosional".

Pelajari pula kebutuhan nutrisi dan pelajari mengapa tubuh membutuhkan vitamin dan mineral tertentu. Tak perlu mengategorikan makanan sebagai "baik" atau "buruk", sebab menghindari sama sekali menyantap makanan "buruk" membuat semakin menginginkannya.

 

 
Seseorang perlu memiliki hubungan yang sehat dengan makanan. 
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat