
Mujahidah
Bela Ali, Az-Zarqa Tetap Patuhi Muawiyah
Meski berada di pihak oposisi Muawiyah, tidak menjadikan Az-Zarqa patuh kepada khalifah.
Umat Islam sepeninggal Rasulullah SAW mengalami ekspansi yang luar biasa. Wilayah kekuasaan yang digamit umat membentang meliputi jazirah Arab. Besarnya gerbong dakwah membuat satu dua fitnah bermunculan. Namun, sikap terbaik ditampilkan salah seorang Muslimah az-Zarqa binti Adiy bin Murrah al-Hamadaniyyah al-Kufiyyah.
Zarqa merupakan seorang yang pemberani dan memiliki jiwa seni bahasa yang luar biasa tinggi. Zarqa terkenal memiliki tutur kata yang baik terhadap sesama. Berkat komunikasinya yang baik, sampai-sampai Amirul Mukminin pada masa itu mengundang az-Zarqa untuk meminta pendapatnya.
Sesungguhnya lentera tidak menerangi saat ada matahari. Bintang tidak melihat dalam rembulan. Siapa yang meminta saran kepada kami maka kami akan memberikannya.AZ-ZARQA BINTI ADIY
Adalah Muawiyah bin Abu Sufyan yang menjadi khalifah di Damaskus. Suatu malam, ia berbincang dan berkumpul dengan para pembantunya. Lalu, tiba-tiba ia menyebut nama Zarqa binti Adiy dan melantunkan syair karya Zarqa. “Sesungguhnya lentera tidak menerangi saat ada matahari. Bintang tidak melihat dalam rembulan siapa yang meminta saran kepada kami maka kami akan memberikannya.”
Lalu, ia buyar dari lamunannya dan mengingat-ingat sosok Zarqa. Ia adalah wanita yang mengobarkan semangat pasukan Ali bin Abi Thalib RA saat terjadi fitnah dengan Muawiyah dalam Perang Shiffin. Ia menyebut nama Zarqa di hadapan pembesarnya. Para pembantunya meminta sang khalifah menghukumnya karena pernah melawan Muawiyah. Namun, khalifah menampik usulan tersebut. Ia berkeinginan memanggil Zarqa ke istana di Damaskus.
Kemudian, Muawiyah memanggil sekretarisnya untuk mengirimkan surat kepada gubernur di Kufah agar mengantarkan az-Zarqa binti Adiy al-Hamadzaniyyah bersama saudara-saudara mahramnya yang tsiqah dan beberapa pasukan kaumnya. Muawiyah juga memerintahkan kepada sekretarisnya untuk menyiapkan permadani lembut dan penutup kain yang tebal serta perbekalan yang melimpah.
Setelah surat itu sampai kepada penguasa Kufah, ia meneruskannya kepada az-Zarqa dan membacakan surat Muawiyah kepadanya. Di sinilah letak kepahlawanan Zarqa. Meski ia sempat berada di pihak oposisi dari Muawiyah, saat sang khalifah memanggil, tak ada alasan baginya untuk tidak patuh.

“Saya bukan orang yang keluar dari ketaatan kepada Amirul Mukminin, seandainya ia membuat pilihan kepadaku, sesungguhnya aku tidak ingin pergi dari negeri ini. Namun, jika ini perintah pimpinan maka ketaatan kepadanya lebih diutamakan,” ujar Zarqa. Sang penguasa Kufah berkata, “Ini adalah perintah Amirul Mukminin.”
Jika ini perintah pimpinan, ketaatan kepadanya lebih diutamakan.AZ-ZARQA BINTI ADIY
Maka berangkatlah Zarqa ke Damaskus. Setelah tiba di kantor Muawiyah, az-Zarqa mengucapkan salam kepada semua yang ada. Muawiyah menjawab salam dan berkata, “Selamat datang kepadamu, engkau datang dengan sebaik-baiknya rombongan. Bagaimana keadaanmu wahai Bibi?” tanya Muawiyah. Az-Zarqa menjawab, “Baik-baik saja wahai Amirul Mukminin, semoga Allah melanggengkan kenikmatan atasmu. Perjalananku adalah perjalanan terbaik.”
Setelah forum pertemuan lengkap dan semua orang mengambil tempat duduknya, Muawiyah berkata kepadanya. “Apakah engkau mengetahui kenapa aku menyuruh utusan untuk menjemputmu wahai Bibi?” Az-Zarqa menjawab, “Mahasuci Allah wahai Amirul Mukminin, bagaimana saya mengetahui apa yang belum saya ketahui sebelumnya. Bukannya yang mengetahui hanyalah Dzat yang menciptakannya.”
Muawiyah lalu menjelaskan mengapa dirinya dipanggil ke pusat pemerintahan. Muawiyah menyampaikan, ia memanggil Zarqa hanya untuk sekadar bertanya, “Apakah engkau perempuan yang menunggang unta saat Perang Shiffin? Engkau berada di antara barisan pasukan dengan mengobarkan semangat?” katanya bertanya.

Az-Zarqa menjawab, “Wahai Amirul Mukminin! Kepala telah mati. Dosa telah luluh. Apa yang telah pergi tak akan kembali. Masa mempunyai perubahan. Siapa pun yang berpikir maka ia akan akan melihat. Masalah terjadi, sesudahnya ada masalah berikutnya yang datang.”
Muawiyah lalu meminta penjelas az-Zarqa tetang Perang Shiffin. Az-Zarqa pun menjawab tidak bisa menerangkannya. “Saya tidak hafal karena saya telah melupakannya. Sebab, telah lemah tulangku, dan kepalaku telah ditumbuhi uban (QS Maryam [19]:4). Dan aku sendiri sesungguhnya telah mencapai umur yang sangat tua (QS Maryam [19]:8). Sesungguhnya masa itu telah lama berlalu wahai Amirul Mukminin.”
Muawiyah menjawab, “Tapi aku sangat menghafalnya wahai az-Zarqa, saya mendengarmu pada saat itu mengatakan, ‘Wahai sekalian manusia, perhatikan dan kembalilah. Kalian telah berada dalam fitnah di mana kantong-kantong kegelapan telah menyelimuti kalian, telah meruncing tujuan jalan, maka alangkah beratnya fitnah buta dan gelap ini, tidak terdengar pengembusannya dan tidak terselamatkan orang yang menitinya’.”
Az-Zarqa menjawab, “Semoga Allah memperbaiki kecerahan wajahmu wahai Amirul Mukminin dan melanggengkan keselamatanmu. Sungguh demi Allah, orang sepertimu selalu diberitakan kabar gembira dan dibahagiakan oleh teman duduknya.”
Zarqa adalah tipe Muslimah yang pandai menempatkan diri. Ia tak ingin mengenang fitnah yang terjadi. Meski ia berdiri di sisi lain dari sang khalifah, jika sang penguasa memerintahkan sesuatu kepadanya, ia hanya taat dan patuh.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Partai Komunis Cina Menulis Ulang Alquran, Apa Jadinya?
Partai Komunis Cina (PKC) telah lama memandang agama sebagai ancaman
SELENGKAPNYANemah Hasan, Sebarkan Kisah Muslimah Lewat Lagu
Lagu tersebut kini telah menjadi soundtrack ribuan video yang membangkitkan semangat para wanita
SELENGKAPNYASaat Muslimah Mencalonkan Diri Jadi Anggota DPR
Sebagai manusia, perempuan juga diwajibkan melakukan ibadah kepada Allah dan menegakkan agama-Nya
SELENGKAPNYA