Arsitektur
Simbol Pencapaian Arsitektur Utsmani di Bosnia
Masjid Gazi Husrev-Beg di Sarajevo, Bosnia-Herzegovina, berdiri sejak abad ke-16 M.
Di antara seluruh negara Semenanjung Balkan, Bosnia-Herzegovina memiliki warna keislaman yang lebih kentara. Bukan hanya sejarahnya yang pernah menjadi bagian dari Kekhalifahan Turki Utsmaniyah, negeri itu pun hingga kini dihuni umat Islam dalam jumlah yang signifikan. Sensus pada tahun 2013 mencatat, nyaris separuh penduduk setempat merupakan Muslim.
Hingga kini pun, Bosnia-Herzegovina mempunyai cukup banyak situs peninggalan Turki Utsmaniyah. Salah satunya adalah Masjid Gazi Husrev-Beg atau yang dalam bahasa setempat disebut Gazi Husrev-begova Dzamija.
Banyak pakar arsitektur menilai, masjid di Sarajevo tersebut merupakan contoh paripurna gaya bangunan khas Utsmaniyah di Balkan. Kompleks yang dibangun pada abad ke-16 Masehi itu dahulunya berfungsi sebagai masjid utama bagi kaum Muslimin Bosnia. Eksistensinya bermula dari wakaf Gazi Husrev, seorang gubernur lokal (beg), pada awal abad ke-16 M.
Ada beragam keterangan mengenai sosok perancangnya. Ada yang menyatakan, Masjid Gazi Husrev-Beg dirancang oleh Mimar Sinan, sang arsitek utama yang mengabdi untuk Utsmaniyah, terutama pada era Sultan Sulaiman al-Qanuni hingga Murad III.
Namun, umumnya akademisi meyakini bahwa Acem Esir Ali merupakan sosok yang bertanggung jawab dalam mendesain Masjid Gazi Husrev-Beg. Arsitek yang akrab disapa Alauddin itu merupakan orang keturunan Persia yang lama bekerja di Balkan. Konon, ia memboyong banyak tukang batu dari Ragusa—kini Kroasia selatan—untuk ikut menyelesaikan tugas dari Gubernur Gazi Husrev.
Seperti Hagia Sophia di Istanbul, masjid ini memiliki banyak kubah. Penampilannya merupakan representasi dari periode awal arsitektur Utsmaniyah klasik atau “gaya Istanbul awal.” Ruangan utama berbentuk persegi panjang yang terletak di tengah-tengah. Tembok yang tinggi menutupi setiap sisinya. Pada bagian atas, kubah berada dan ditopang tiang-tiang fondasi.
Sisi kiblat masjid ini diperluas dengan ruang persegi panjang lainnya. Ruangan itu ditutupi oleh konstruksi semi-kubah yang bertumpu pada dua struktur muqarnas yang tampak mengembang. Area ini menampung elemen-elemen arsitektur yang berfungsi sebagai mihrab dan mimbar.
Tempat shalat di Masjid Gazi Husrev-Beg dinaungi kubah dengan diameter 13 meter dan tinggi 26 meter. Tepat di bawah langit-langit, terdapat lampu kristal yang menggantung dengan anggunnya. Lingkaran di sisi interior kubah itu menampilkan dekorasi kaligrafi dan hiasan bermotif flora. Tiap ujung lengkungan atap menunjukkan gambar asmaul husna, yang tergurat dengan tulisan bergaya kufi.
Bagian eksteriornya didominasi oleh kubah utama. Di sebelahnya, terdapat sebuah menara setinggi 47 meter yang terlihat sederhana, tetapi cukup ikonik. Menara yang tampak seperti pensil raksasa itu dahulunya merupakan tempat muazin yang hendak mengumandangkan azan.
Masih dalam area Masjid Gazi Husrev-Beg, terdapat beberapa bangunan yang berfungsi sebagai madrasah, tempat singgah musafir, serta area permakaman. Gubernur Husrev pada masanya dikenal sebagai pemimpin yang mengutamakan pelayanan publik. Di masjid tersebut, ia menyediakan sekolah agama serta tempat untuk majelis ilmu dan tasawuf.
Di dekat pintu masuk, ada sebuah kolam air mancur. Pada masa itu, bagian dari Masjid Gazi Husrev-Beg itu menjadi sumber air bagi jamaah yang hendak berwudu. Kini, kolam tersebut diberi pagar sehingga lebih berfungsi sebagai dekorasi belaka.
Salah satu fakta unik dari riwayat tempat ibadah ini adalah tentang eletrifikasi. Inilah masjid pertama di dunia yang dialiri arus listrik. Sejak 1898, Masjid Gazi Husrev-Beg menjadikan tenaga setrum sebagai sumber penerangan dan penggerak ventilasi. Kala itu, Bosnia dikuasai Kerajaan Austria-Hongaria.
Ketika Perang Bosnia berkecamuk pada 1992-1996, Masjid Gazi Husrev-Beg mengalami kerusakan hebat. Milisi yang anti-kelompok etnis Bosnia menyasar tempat ibadah itu tanpa kenal ampun. Usai konflik tersebut, pemerintah Bosnia Herzegovina berupaya merenovasi bangunan yang bernilai historis itu. Pada tahun 2000, ikhtiar perbaikan mulai dilakukan. Dalam hal ini, Kerajaan Arab Saudi turut membantu.

Ada beberapa bagian di sana yang tidak bisa dikembalikan seperti semula, semisal dekorasi khas Bosnia yang rusak akibat diterjang peluru kala perang terjadi. Untuk memulihkan hiasan kaligrafi di sana, pemerintah setempat mendatangkan sejumlah ahli seni, termasuk Hazim Numanagic pada 2001 dan 2002. Kini, Masjid Gazi Husrev-Beg terus berfungsi sebagai tempat ibadah sekaligus destinasi wisata Islam yang terkenal di seluruh Sarajevo.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Polres Yogyakarta Bongkar Penjualan BBM Pertalite Ilegal
Sebanyak tujuh orang tersangka diamankan dari penggerebekan di daerah Sleman.
SELENGKAPNYASampah Menggunung di Kota Bandung
Tumpukan sampah memakan sebagian badan jalan dan hampir mencapai atap TPS.
SELENGKAPNYAMengapa Sulit Berhenti Judi?
Banyak remaja kini mulai berjudi pada usia yang sangat muda.
SELENGKAPNYA