Ilustrasi nelayan menangkap ikan | Syifa/Antara

Nasional

Waspadai Cuaca Ekstrem

Terdampak cuaca ekstrem, nelayan di Gunung Kidul dan Jepara hilang saat melaut.

 

JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat untuk terus mewaspadai potensi cuaca ekstrem di beberapa daerah. Curah hujan lebat hingga sangat lebat diprakirakan masih terjadi hingga hari ini, Senin (24/2).

"Potensi curah hujan ekstrem masih ada, namun tidak sampai setinggi curah hujan tanggal 1 Januari 2020. Prakiraannya besok (Senin, 24/2) memang lebat hingga sangat lebat," kata Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Rajab di Jakarta, Ahad (23/2).

Indonesia saat ini masih dalam masa puncak musim hujan. Masyarakat diimbau untuk terus memantau informasi prakiraan cuaca resmi dari BMKG. Curah hujan dengan kategori lebat, yakni 50-100 mm per hari, sementara kategori sangat lebat dengan 100-150 mm per hari.

Curah hujan lebat hingga sangat lebat disebabkan massa udara yang masuk di wilayah Indonesia masih banyak mengandung uap air. Selain itu, ada daerah yang menjadi pertemuan angin di Indonesia sehingga hujan yang turun berpotensi lebat.

BMKG mengimbau agar masyarakat terus memantau informasi mengenai cuaca dari BMKG dan merencanakan aktivitas sesuai dengan kondisi potensi hujan. Wilayah yang berpotensi hujan lebat di antaranya Kepulauan Bangka Belitung, Jawa Tengah, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Maluku.

Sementara itu, wilayah yang berpotensi hujan lebat disertai angin kencang, kilat, atau petir adalah Sumatra Barat, Bengkulu Jambi, Sumatra Selatan, Jawa Barat, Jabodetabek, Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Gorontalo, dan Papua.

Kepala Stasiun Klimatologi Sleman Yogyakarta Reni Kraningtyas, dalam keterangan resminya mengimbau masyarakat terus mewaspadai potensi kejadian cuaca ekstrem, yaitu hujan lebat disertai kilat petir dan angin kencang, ataupun hujan dengan durasi yang panjang karena dapat berdampak terjadinya longsor, banjir, dan banjir bandang.

Kondisi cuaca ekstrem tersebut dipicu oleh pertumbuhan awan-awan konvektif atau awan kumulonimbus secara intensif. Kejadian banjir bandang umumnya dipicu oleh hujan dengan intensitas lebat atau hujan berdurasi panjang, yang terjadi di hulu sungai. Kejadian banjir bandang sering ditandai dengan terlihatnya awan hitam tebal ke arah hulu sungai meskipun cuaca di daerah hilir sungai cerah atau tidak hujan.

Nelayan hilang

Tim pencarian dan penyelamatan Satuan Perlindungan Masyarakat II Kabupaten Gunung Kidul, Daerah istimewa Yogyakarta, mencari Supardiyono (33 tahun), nelayan Pantai Grigak, Desa Girikarto, Kecamatan Panggang. Supardiyono dinyatakan hilang setelah memasang jaring krendet.

Sekretaris SAR Satlinmas Wilayah II Gunung Kidul Surisdiyanto mengatakan, pada Sabtu (22/2) sore, Supardiyono melakukan pemasangan jaring krendet di bawah tebing Pantai Grigak Desa Girikarto. Jaring krendet digunakan untuk menangkap lobster atau ikan yang berada di sekitar tebing.

?Pada Ahad (23/2) sekitar pukul 03.00 WIB, korban saat menarik jaring krendet terpeleset jatuh terhantam ombak, kemudian tenggelam,? kata Surisdiyanto.

Koordinator SAR Satlinmas Wilayah II Gunung Kidul Marjono menambahkan, pihaknya mengimbau kepada nelayan untuk menjaga keselamatan saat melaut. Apalagi, tebing yang cukup curam, ditambah kondisi cuaca yang sering kali berubah cepat.

Seorang nelayan asal Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, juga dinyatakan hilang menyusul perahu yang digunakan untuk melaut diketahui dalam kondisi tanpa awak. Perahu tersebut ditemukan sekitar pukul 08.00 WIB terombang-ambing ombak di laut pada Ahad (23/2).

Menurut Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Jepara Arwin Noor Isdianto mengatakan, perahu yang ditemukan di tengah laut dengan jarak sekitar satu mil dari daratan merupakan milik Legiman, warga Desa Karanggondang, Kecamatan Mlonggo. Berdasarkan informasi dari keluarga ataupun teman korban, kata dia, korban melaut pada Ahad (23/2) pukul 04.30 WIB di Perairan Empu Rancak.

Banjir

BPBD Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur mencatat sebanyak empat kecamatan di Kabupaten Probolinggo terendam banjir akibat hujan deras yang mengguyur di wilayah setempat sejak Sabtu (22/2) sore hingga malam hari. Hujan disertai angin kencang itu mengakibatkan banjir dan pohon tumbang.

?Hujan deras yang mengguyur beberapa jam dan pasangnya air laut di kawasan pesisir, serta jebolnya tanggul menyebabkan rumah warga di beberapa desa di Kecamatan Gending terendam banjir,? kata Kepala BPBD Kabupaten Probolinggo Anggit Hermanuadi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat