Nyai Sholichah | Facebook

Mujahidah

Nyai Sholichah Munawwaroh, Ketangguhan Ibu Gusdur

Nyai Sholichah juga tak alergi memperjuangkan umat di parlemen.

Nyai Sholichah Munawwaroh binti KH Bisri Sansuri adalah ibunda presiden keempat RI KH Abdurrahman Wahid alias Gusdur. Istri dari menteri agama RI pertama, KH Abdul Wahid Hasyim, ini adalah figur Muslimah yang komplet.

Dilahirkan dari keluarga pesantren, Nyai Sholichah yang semasa kecil kerap disapa Neng Waroh ini tumbuh menjadi pribadi yang bersahaja. Besar di lingkungan Nahdliyin, Nyai Sholihah aktif berdakwah dan berorganisasi. Namun, tugasnya sebagai ibu dan istri tak pernah ia tinggalkan.

photo
Haul Gusdur ke-4 :Istri mendiang Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Sinta Nuriyah Wahid hadir pada acara haul Gus Dur ke-4 di Jakarta, Sabtu (28/12). Haul gusdur ke-4 dengan tema 'Membangun Keikhlasan Bangsa' ini dihadiri oleh para tokoh nasional dan ribuan jamaah. - (Republika/Prayogi)

Nyai Sholichah tak pernah ketinggalan menyiapkan keperluan sang suami yang kala itu menjabat menteri. Mulai dari pakaian hingga sarapan pagi di meja makan selalu ia siapkan sendiri. Padahal, ia juga memiliki kesibukan sebagai organisatoris.

Ketegaran juga ia tunjukkan kala harus kehilangan suami saat usia muda. KH Abdul Wahid Hasyim wafat dalam sebuah kecelakaan pada usia 38 tahun. Nyai Sholichah harus hidup mandiri dengan enam anaknya yang masih kecil-kecil.

Ia ingat betul pesan mendiang suaminya agar kelak anak-anaknya dapat menjadi insan yang berguna bagi negara pada masa mendatang. Pesan itulah yang menguatkan hatinya untuk tetap tinggal di Jakarta selepas suaminya meninggal. Meski keluarga meminta Nyai Sholihah kembali ke Jombang, dia sudah berazam untuk membesarkan anak-anaknya menjadi insan yang berguna di Jakarta.

photo
epa01977133 (FILES) File picture taken 24 November 2009 of former Indonesian president Abdurrahman Wahid (C) accompanied by his guard in Jakarta. Indonesian media reported the death of former president Abdurrahman Wahid, better known as Gus Dur, at a hospital in the capital, 30 December 2009. He had been undergoing regular dialysis for some time and was hospitalized last week after traveling in East Java. Gus Dur served as president from 1999-2001 during the turbulent years following the resignation of strongman Suharto in 1998. He was the longtime head of the Islamic organization Nahdlatul Ulama, and the founder of the National Awakening Party (PKB) EPA/MUHAMMAD SOLIHIN - (EPA)

Nyai Sholichah tak lantas berpangku tangan. Ia pun memulai kehidupan baru secara mandiri. Ia terpikir berdagang adalah jalan terbaik untuk mengurus anak sembari mencari nafkah. Berkat bantuan izin dari wali kota Jakarta kala itu, ia memulai usaha menjual bahan kebutuhan pokok. Usahanya terus berkembang. Ia berhasil memasok kebutuhan pokok bagi beberapa instansi pemerintah.

Kiprahnya di dunia dakwah juga sangat menonjol. Ia meniti karier dakwah di Muslimat Nahdlatul Ulama (NU), mulai tingkat Gambir, Matraman, hingga menjadi Ketua Muslimat NU DKI Jakarta, dan Ketua I Pimpinan Pusat Muslimat NU.

 
Nyai Sholichah adalah pribadi yang akrab dengan rakyat. Ia tak segan aktif di organisasi level RT dan kelurahan tempat tinggalnya
 
 

Nyai Sholichah juga tak alergi memperjuangkan umat di parlemen. Saat NU bergabung dalam PPP, Nyai Sholichah sempat duduk di DPRD DKI Jakarta. Dalam bidang sosial, Nyai Sholichah aktif di Yayasan Dana Bantuan sejak 1958 sampai akhir hayat.

Menurut situs Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng, Nyai Sholichah mendirikan beberapa lembaga, seperti Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional, Panti Harapan Remaja di Jakarta Timur, Yayasan Kesejahteraan Muslimat NU, Lembaga Kemaslahatan Keluarga NU, pengajian Al-Islah, Lembaga Penyantun Lanjut Usia, serta Majelis Taklim Masjid Jami Matraman.

Nyai Sholichah adalah pribadi yang akrab dengan rakyat. Ia tak segan aktif di organisasi level RT dan kelurahan tempat tinggalnya. Ia juga dikenal enggan berbelanja di supermarket. Nyai Sholichah lebih memilih membeli bahan kebutuhannya di pasar tradisional.

Nyai Sholichah telah membuktikan bahwa perempuan bisa menjadi partner sejati bagi kaum laki-laki. Bukan hanya sebagai teman di rumah, melainkan perempuan bisa menunjukkan kontribusi yang besar bagi umat. Nyai Sholichah wafat pada 9 Juli 1994 di RSCM Jakarta. Ia dikebumikan di pemakaman keluarga di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.

Mengapa Pemerintah Mesir Melarang Cadar?

Larangan cadar di Mesir jadi perdebatan antara sekularisme dan Islamisme.

SELENGKAPNYA

Kemenag: Banyak Amil yang Belum Tersertifikasi

Selain sertifikasi amil, evaluasi dan pengawasan juga menjadi hal penting dalam pemberdayaan pengelolaan zakat

SELENGKAPNYA

Mendekap Hidayah

Hidayah bukanlah monopoli orang Muslim.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya