
Nostalgia
P Ramlee, Jembatan Malaysia dan Indonesia
P Ramlee jadi superstar di Indonesia.
Oleh ALWI SHAHAB
Berada di Pulau Penang, Malaysia, akhir pekan lalu, saya mendatangi rumah kelahiran aktor film P Ramlee.Pada 1950-an dan 1960-an, ia dikenal luas masyarakat Indonesia. Selain sebagai aktor, P Ramlee juga seorang sutradara, penulis cerita, skenario, dan pencipta lagu. Film dan lagu-lagunya sangat digemari di Indonesia dimainkan berbagai orkes Melayu.
Tidak ketinggalan, Radio Republik Indonesia (RRI) turut menyiarkan lagu-lagunya. Penonton selalu melimpah bila film-film Melayu (Malaysia belum terbentuk), yang dibintangi P Ramlee main di bioskop-bioskop.
Di Jakarta, bioskop Rivoli di Kramat Raya, Jakarta Pusat (kini sudah 'almarhum'), selalu menjadi langganan film-film P Ramlee.
Partner mainnya adalah Siput Serawak (ibu penyanyi Anita Serawak), Kasma Booty, dan Saloma yang kemudian jadi istri terakhirnya. Akibat selalu dibanjiri penonton, akhirnya film Malaysia dilarang beredar di Indonesia karenanya film-film Indonesia kalah bersaing.
Tidak ketinggalan, Radio Republik Indonesia (RRI) turut menyiarkan lagu-lagunya.
Mendatangi tempat kelahiran P Ramlee di pulau yang dijadikan sebagai museum, kita merasa seolah-olah aktor Malaysia yang legendaris itu hidup kembali. Rumah kelahiran P Ramlee yang terletak di jalan yang mengabadikan namanya di Pulau Pinang, terbuat dari papan dan beratap rumbia, seperti kebanyakan rumah-rumah di Jakarta tahun 1920-an.
Di rumah yang sangat sederhana ini, P Ramlee lahir pada 22 Maret 1929 dan meninggal di Kuala Lumpur pada 29 Mei 1973 dalam usia 45 tahun. Seperti juga di Penang, di Kuala Lumpur, tempat ia mengembuskan napas terakhir, dijadikan sebagai Pustaka Peringatan P Ramlee. Tempat kelahiran dan meninggalnya oleh pemerintah Malaysia disodorkan sebagai objek wisata. Seorang petugas di tempat kelahirannya di Penang mengemukakan pada penulis, rata-rata tiap bulan datang 6.000 sampai 7.000 pengunjung.
Saya sendiri mendengar wafatnya P Ramlee saat meliput kegiatan Presiden Soeharto di Istana, hanya beberapa jam setelah kepergiannya secara tiba-tiba karena serangan jantung dalam usia yang masih produktif. Seperti juga di Kuala Lumpur, di Pulau Penang kita disuguhi berbagai barang dan foto peninggalan almarhum. Termasuk pakaian, sepatu, berbagai penghargaan internasional, sebuah piano dan biola saat ia mencipta lagu.
Putra Aceh
Saat hendak memasuki ruang depan di tempat kelahirannya, bagi yang beragama Islam diminta lebih dulu untuk membaca surat Al-Fatihah bagi arwah almarhum. Sesudah membuka sepatu atau sandal, kita memasuki rumah yang lantainya terbuat dari papan. Rumah ini dibangun oleh ayahnya pada tahun 1926, seorang pelaut dari Lhokseumawe, Aceh Besar, yang datang ke Pulau Pinang setahun setelah menikah dengan Che Mah binti Hussein, penduduk setempat.

Di bagian dalam rumah terdapat ruang pameran yang memamerkan aspek-aspek kehidupan P Ramlee semasa remaja. Di kamar saat P Ramlee lahir pada 1929, terdapat sebuah tempat tidur dengan kelambu. Tidak ketinggalan sebuah peti besi yang merupakan tempat menyimpan pakaian bagi keluarganya. Di ruang dapur terdapat perkakas rumah tangga seperti piring, gelas, sendok dan garpu. Juga terdapat dandang untuk memasak dengan kayu bakar.
Di halaman luar terdapat sebuah sepeda yang digunakan P Ramlee sehari-hari saat remaja. Juga sebuah sampan tempat ia rekreasi di sungai yang terletak di bagian kediamannya. Di sinilah putra keturunan Aceh ini hidup sehari-hari sampai nasib mengangkat dirinya menjadi seorang aktor besar ketika dalam usia 19 tahun ia bergabung dengan perusahaan film Shaw Brothers di Singapura. Film pertamanya pada 1948 berjudul Cinta bersama Kasma Booty dan Maria Manado. Meski meninggal dalam usia muda tapi dia telah mencipta 300 lagu dan memproduksi 22 film.
Idola remaja
Sebagai kebanyakan seniman film dan kini sinetron, P Ramlee tampaknya kurang beruntung dalam membina rumah tangga. Dia telah tiga kali menikah dan semuanya dengan janda. Dari istri pertamanya, Juraidah, dia mendapatkan putra Nasser. Dia juga mempunyai dua anak angkat. Tahun 1956 dia membuat film berjudul Sadzali nama anak angkatnya itu. Di film ini, dia menyanyikan lagu berjudul Anakku Sadzali yang hingga kini masih sering diperdengarkan. Setelah bercerai dengan Juraidah, anak aktor film Malaysia, Daeng Harris, dia kemudian mengawini Norizan, istri Sultan Perak. Istri yang mendampinginya saat ia mengembuskan napas terakhir adalah Saloma.
Saat film Malaya masih diperbolehkan diputar di Indonesia, tidak pelak lagi P Ramlee menjadi idola remaja Jakarta.
Saat film Malaya masih diperbolehkan diputar di Indonesia, tidak pelak lagi P Ramlee menjadi idola remaja Jakarta. Penampilannya banyak ditiru termasuk rambutnya yang keriting dan kumis tipisnya seperti bintang Hollywood kala itu, Clark Gable. Yang paling sulit ditiru adalah keriting rambutnya yang jadi mode para pemuda kala itu. Karena salon kecantikan belum muncul kala itu, di kaki lima banyak bermunculan salon-salon amatiran.
Untuk mendapatkan rambut seperti idolanya para pemuda nongkrong di kaki lima. Rambutnya dikeriting dengan besi yang dipanaskan. Konon, ada yang sampai rambutnya menjadi pitak hanya untuk meniru P Ramlee. Begitu dihormatinya P Ramlee, hingga pemerintah Malaysia memberikan gelar Tan Sri. Sedangkan gambarnya diabadikan dalam perangko.
Disadur dari Harian Republika edisi 21 Maret 2010. Alwi Shahab merupakan jurnalis Republika sepanjang zaman. Beliau wafat pada 2020 lalu.