Warga Muslim AS memasang selebaran di Fredericksburg pada 14 Agustus 2021. Banyak umat Islam di AS mengalami stigma selepas serangan 11 September. | AP/Jessie Wardarski

Kisah Mancanegara

11 September dan Diskriminasi Muslim AS

Muslim AS masih mengalami stigma selepas serangan 11 September.

Pada 11 September 2001, serangkaian pembajakan pesawat menimbulkan teror di Amerika Serikat (AS). Di New York, dua pesawat ditabrakkan ke menara kembar World Trade Center, membunuh ribuan orang tak bersalah sekaligus. Satu pesawat lainnya menghantam salah satu sisi gedung Kementerian Pertahanan AS alias Pentagon di Washington, dan satu lagi jatuh tanpa sempat menabrak sasarannya yang diyakini adalah Gedung Putih di Washington.

Kelompok Alqaidah yang dipimpin Usamah bin Ladin dituding jadi dalangnya. Umat Islam di AS yang tak tahu menahu soal serangan teror tersebut kemudian jadi korban selanjutnya.

Lebih dari dua dekade setelah serangan 11 September, diskriminasi dan kebencian terhadap Muslim di Amerika Serikat masih terjadi. "Setelah 22 tahun, sayangnya, Islamofobia telah mengakar dan menjadi bagian dari struktur rasisme yang ada di beberapa bagian negara kita," ujar Hussam Ayloush, kepala eksekutif Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR-CA) cabang California. 

Ayloush mengatakan kepada Anadolu bahwa hampir satu juta dari sekitar lima juta Muslim yang tinggal di AS alami diskriminasi dan kebencian. Seperti di negara bagian California, yang menunjukkan bahwa pelecehan dan prasangka terhadap komunitas Muslim masih sering terjadi beberapa dekade setelah peristiwa 9/11. 

"Lebih dari 50 persen siswa Muslim di California menghadapi beberapa bentuk intimidasi verbal dan fisik di sekolah umum hanya karena menjadi Muslim," kata Ayloush. 

photo
Para pengunjuk rasa berkumpul di acara Today, I Am A Muslim, Too untuk memprotes rencana sidang kongres tentang peran Muslim dalam terorisme yang tumbuh di dalam negeri, Ahad, 6 Maret 2011 di New York. - (AP Photo/Henny Ray Abrams)

"Selain itu, masih ada daftar orang dalam pantauan pemerintah untuk hampir 1,6 juta orang, yang hampir semuanya Muslim. Di mana namanya ada dalam daftar pantauan perjalanan atau memiliki nama yang terdengar seperti nama Muslim.." 

"Jenis-jenis pelanggaran yang muncul setelah peristiwa 9/11 yang dilakukan oleh pemerintah menjadi bagian dari bagaimana Islamofobia berkembang," lanjutnya. 

Akibat yang dirasakan oleh muslim AS, mereka dilecehkan di bandara, membuat FBI melakukan penggeledahan serta menempatkan informan di masjid-masjid. Bahkan memberikan lampu hijau kepada agen-agen federal seperti FBI dan CIA untuk melacak Muslim dari negara lain seperti Suriah, Libya dan Sudan. 

Kejahatan kebencian terhadap Muslim meroket segera setelah serangan 9/11, meningkat 1.617 persen dari tahun 2000 hingga 2001, menurut statistik dari FBI. Lonjakan yang parah itu menandai beberapa jumlah kejahatan kebencian tertinggi terhadap komunitas Muslim dalam sejarah AS. 

"Pemerintah AS di bawah pemerintahan George W. Bush membutuhkan musuh yang memungkinkan kaum konservatif baru untuk melancarkan kampanye mereka dan peristiwa 9/11 menjadi dalih yang sempurna untuk menjadikan Muslim sebagai musuh," jelas Ayloush.

 

photo
Asap terus mengepul dari hancurnya World Trade Center di New York, AS, 15 September 2001. - (EPA-EFE/KEITH MEYERS )

Ia seraya menambahkan bahwa setiap stereotip tentang komunitas Muslim digunakan untuk melecehkan, menganiaya, dan menahan siapa pun yang sesuai dengan stereotip tersebut. "Cara kami makan, cara kami berpakaian, cara kami berbicara menjadi hal yang dicurigai," katanya. 

"Jika mereka menyewa truk untuk memindahkan perabotan mereka, FBI akan memanggil mereka. Jika seorang Muslim terlalu sering bepergian ke luar negeri atau menarik banyak uang tunai untuk bisnis mereka, mereka dianggap melakukan sesuatu yang salah dan FBI akan dipanggil untuk menyelidikinya.."

Maka peristiwa 9/11 menciptakan momentum untuk membangun dan mengubah kefanatikan dan xenofobia di Amerika untuk membenarkan diskriminasi terhadap Muslim. "Hal ini memungkinkan mereka untuk mengatakan 'Saya tidak membenci semua Muslim, hanya orang-orang yang melakukan x, y atau z,' hanya untuk membenarkan kebencian mereka," kata Ayloush. 

Louise Cainkar, seorang profesor sosiologi di Universitas Marquette di Milwaukee, Wisconsin, yang mengkhususkan diri dalam Studi Arab dan Muslim Amerika mengatakan Islamofobia sudah kuat sebelum peristiwa 9/11. "Reaksi keras terhadap semua orang yang dianggap Muslim membuktikan hal itu," kata Cainkar kepada Anadolu.  

"Hal itu bergantung pada persepsi bahwa semua orang adalah sama. Persepsi seperti itu tidak pernah diterapkan pada orang kulit putih atau orang Kristen. Tentu saja, pembingkaian bahwa 9/11 adalah 'hal yang dilakukan oleh Muslim' - sesuatu yang melekat pada diri seorang Muslim - hanya memperburuk keadaan." 

Riwayat muslim Ban - (Republika)  ​

Dengan banyaknya Muslim yang dicap sebagai teroris dan dikaitkan dengan pemimpin al-Qaeda Osama bin Laden, Cainkar mengatakan bahwa komunitas Muslim di Amerika seakan-akan menghilang dalam bayang-bayang setelah serangan 9/11. 

"Pada awalnya, mereka agak 'bersembunyi', yang berarti mereka menjalani kehidupan mereka dengan sangat tenang," kata Cainkar.  

Kemudian, mereka membangun organisasi untuk memperjuangkan hak-hak mereka, membangun solidaritas dengan kelompok-kelompok lain dan akhirnya menjadi komponen yang kuat dalam masyarakat sipil Amerika. 

Menurutnya, gerakan pemberdayaan dan kesetaraan Muslim di Amerika Serikat membutuhkan waktu lebih dari dua dekade perjuangan dan kegigihan untuk berkembang menjadi seperti sekarang. Namun, bahkan setelah 22 tahun, faktor-faktor yang sama dari peristiwa 9/11 dan sebelum 9/11 masih terus menimbulkan ketakutan bagi sebagian orang Amerika.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Islamofobia

Islam ingin menciptakan sebuah dunia yang adil, ramah, beradab, dan toleran.

SELENGKAPNYA

Kasus Islamofobia di Inggris Meningkat Dua Kali Lipat

Insiden Islamofobia telah meningkat dari 584 kasus pada 2012 menjadi 1.212 kasus pada 2021

SELENGKAPNYA

Islamofobia Tiada Ujung

Barat hanya memahami Islam dan Muslim lewat lensa kekuatan dan dominasi.

SELENGKAPNYA