
Internasional
Kasus Islamofobia di Inggris Meningkat Dua Kali Lipat
Insiden Islamofobia telah meningkat dari 584 kasus pada 2012 menjadi 1.212 kasus pada 2021
Oleh AMRI AMRULLAH
LONDON -- Kasus-kasus kebencian terhadap Muslim dan sikap anti-Muslim di Inggris telah meningkat dua kali lipat dalam 10 tahun terakhir. Hal ini diungkapkan dalam sebuah studi terbaru oleh Tell Mama, yang mendukung para korban Islamofobia, sebagaimana dilaporkan The Independent pada Kamis (20/7/2023).
Organisasi yang juga memantau sentimen anti-Muslim di seluruh Inggris itu mengatakan, insiden Islamofobia yang dilaporkan telah meningkat setiap tahun dari 584 kasus pada tahun 2012 menjadi 1.212 kasus pada tahun 2021. Tell Mama telah memberikan dukungan kepada orang-orang yang terlibat dalam lebih dari 16.000 kasus kebencian terhadap Muslim dan sikap anti-Muslim sejak 2012. Setidaknya lebih dari 20.000 orang mengajukan laporan terkait Islamofobia pada periode tersebut.
Mereka mencatat bahwa pandemi Covid-19 menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam Islamofobia secara online. Pandemi juga memicu peningkatan yang signifikan dalam perselisihan terkait tetangga yang berubah menjadi anti-Muslim.
Kebijakan Lock Down di Inggris menjadi penghambat kasus-kasus yang berhubungan dengan rumah tangga dan tetangga, kata Tell Mama. Organisasi ini menambahkan bahwa tahun 2020 terjadi 1.328 kasus kebencian anti-Muslim secara daring dan luring.
Antara tahun 2016 dan 2019, frekuensi tertinggi insiden Islamofobia secara offline terjadi, sesuai dengan "serangkaian serangan teroris di Inggris, serangan teroris Christchurch di Selandia Baru, dan hasil referendum Brexit". "Lonjakan kebencian anti-Muslim dapat dijelaskan oleh pertumbuhan sayap kanan, sikap kasar atas wacana politik, dan aktivitas Daesh," kata Tell Mama.
Ketegangan atas konflik Israel-Palestina pada tahun 2021 juga sekali lagi merembet ke dalam laporan tersebut, dengan peningkatan kasus anti-MuslimTEL MAMA
"Ketegangan atas konflik Israel-Palestina pada tahun 2021 juga sekali lagi merembet ke dalam laporan tersebut, dengan peningkatan kasus anti-Muslim," katanya.
Serangan yang dipublikasikan dengan baik terhadap para pencari suaka dan fasilitas migran juga telah menyebabkan kejahatan yang ditiru, kata organisasi itu.
Direktur Tell Mama, Iman Atta, mengatakan pihaknya telah menghasilkan salah satu studi paling perinci di Inggris, dengan jumlah kasus aktual dan klasifikasi kasus kebencian anti-Muslim yang mencakup satu dekade dari tahun 2012-2022. Ini adalah data selama satu dekade untuk membantu, mendukung dan memastikan bahwa Muslim Inggris mendapatkan akses terhadap keadilan.
"Kami berharap data ini menginspirasi orang lain untuk fokus pada bidang pekerjaan ini, dan menyadarkan banyak orang bahwa kebencian anti-Muslim harus ditantang secara damai, dipantau, dan dilawan di mana pun ia muncul."
"Jika kita ingin memastikan masyarakat di mana kohesi sosial diperkuat, mengatasi kebencian anti-Muslim adalah bidang pekerjaan penting yang membutuhkan upaya kolektif kita," ujar Iman Atta.

Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menekankan perlunya tindakan kolektif untuk mengatasi meningkatnya Islamofobia dan xenofobia di negara-negara Barat. Dia menyoroti kasus pembakaran Alquran di Swedia pada hari raya Idul Adha.
Erdogan menekankan tanggung jawab semua Muslim untuk mencegah peristiwa pembakaran itu terulangnya. “Kita semua, semua Muslim, memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa tindakan seperti itu, yang sangat kami tanggapi di Turki, tidak terulang," ujarnya dalam sebuah video yang dikirim ke Gala Dinner Konvensi Tahunan ke-46 Asosiasi Asosiasi Dokter Keturunan Pakistan Amerika Utara (APPNA).
Menurut Erdogan, umat Islam perlu bertindak dengan satu hati dan satu tindakan. "Tidak ada seorang pun di dunia yang berani menyerang kesucian umat Islam,” katanya dikutip dari Anadolu Agency.
Desakan Erdogan ini sejalan dengan permintaan Organisasi Negara Islam (OKI), yang menyerukan langkah-langkah untuk menghindari penodaan kitab suci umat Islam pada masa depan. Permintaan tersebut pun ditanggapi Swedia dengan lebih serius.
Menteri Kehakiman Swedia Gunnar Strommer menyatakan, negara itu sedang mempertimbangkan larangan menodai kitab suci umat Islam. Menurut harian lokal Swedia Aftonbladet, Strommer mengatakan pihak berwenang sedang meninjau perubahan dalam peraturan terkait diperlukan untuk menghentikan tindakan tersebut.
Strommer mengatakan, tindakan seperti itu menimbulkan ancaman bagi keamanan nasional Swedia karena kerusakan yang ditimbulkannya pada hubungannya dengan dunia Islam. Peran para pembakar Alquran pun dinilai memprovokasi serangan teroris terhadap negara tersebut. "Dengan latar belakang itu, wajar untuk meninjau situasi hukum," ujar Strommer.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.